Berpotensi Ganti Nasi, Makanan Khas Yogyakarta Ini Ramah untuk Pasien Diabetes

Makanan tradisional khas Yogyakarta ini sesungguhnya punya manfaat bagi pasien diabetes karena indeks glikemiknya yang rendah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Nov 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2019, 06:00 WIB
Growol
Makanan tradisional khas Yogyakarta, growol (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang yang tidak sadar bahwa makanan tradisional yang sudah ada sejak lama di kampung halaman mereka, ternyata punya kelebihan untuk kesehatan. Salah satunya adalah growol, makanan khas Yogyakarta.

Growol sendiri dihasilkan dari fermentasi ketela pohon. Dari proses tersebut, menghasilkan makanan tradisional yang mengandung indeks glikemik yang rendah.

Kepada Health Liputan6.com, dosen program studi sarjana gizi dari STIKES Panti Rapih, Yogyakarta Fransisca Shinta Maharini, growol sesungguhnya berpotensi menggantikan nasi bagi penderita diabetes.

"Dengan indeks glikemik yang rendah, dia berpotensi atau bisa menjadi alternatif untuk terapi atau pencegahan untuk diabetes melitus," kata perempuan yang akrab disapa Shinta ini ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Rabu (6/11/2019).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Tentukan Standarisasi Terlebih Dahulu

Fransisca Shinta Maharini, dosen program studi sarjana gizi dari STIKES Panti Rapih, Yogyakarta menjelaskan tentang makanan tradisional Yogyakarta growol yang punya manfaat bagi pasien diabetes
Fransisca Shinta Maharini, dosen program studi sarjana gizi dari STIKES Panti Rapih, Yogyakarta menjelaskan tentang makanan tradisional Yogyakarta growol yang punya manfaat bagi pasien diabetes (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Shinta mengatakan bahwa saat ini, pembuatan growol masih sangat tradisional. Maka dari itu, ia beserta rekan-rekannya sedang mencoba mencari tahu seperti apa standar pembuatan growol yang baik.

"Karena dengan standarisasi pembuatan growol yang baik tentu akan diketahui growol yang baik itu kualitasnya seperti apa," kata Shinta ditemui usai penelitiannya menjadi salah satu pemenang Nutrifood Research Center Grant periode 2019-2020 kategori dosen atau peneliti.

Apabila nantinya standarisasi sudah ditemukan, Shinta berencana untuk melanjutkan penelitiannya terkait inovasi yang bisa dilakukan pada makanan tradisional tersebut.

"Baik itu di-oven atau mungkin digoreng, nanti dilihat indeks glikemiknya dan juga ketahanan dari bakteri asam laktatnya itu. Diketahui dari tinggi bakteri asam laktat itu kan juga baik untuk kesehatan usus."

Selain itu, inovasi yang juga akan diteliti oleh Shinta dan rekan satu timnya yaitu pakar teknologi pangan, Maria Amrijati Lubijarsih, dia ingin memperkenalkan growol kepada anak muda.

"Mungkin kalau untuk anak muda sekarang, mungkin apa sih itu growol. Mungkin dengan kami tahu fermentasi yang baik, proses pembuatan yang baik seperti apa, kami akan lebih menginovasikan lagi. Jadi growol bisa dibuat menjadi sesuatu yang lebih menarik," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya