Alasan Seseorang Merasa Deja vu

Bukan karena seorang penjelajah waktu yang super, menurut Peneliti Memori alasan seseorang merasa deja vu.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jan 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2020, 11:00 WIB
Ilustrasi Deja Vu (Pixabay)
Ilustrasi Deja Vu (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Sekitar 70 persen dari populasi pernah mengalami deja vu, fenomena ini paling sering terjadi pada orang-orang yang sering bepergian dan orang-orang yang memiliki gelar sarjana dan lanjutan. “Orang-orang dengan imajinasi yang lebih terstimulasi cenderung paling sering mengalami deja vu,” tulis New York Times.  

Puncak deja vu memuncak selama awal masa dewasa, dan menurun seiring bertambahnya usia. Selain itu, deja vu juga lebih banyak terjadi pada orang yang lelah atau stres , dan karena alasan neurologis seperti yang dilansir The Healthy.

Ada blip di otak

Penjelasan ini berkaitan dengan bagaimana otak menyimpan ingatan jangka panjang dan pendek. “Para peneliti menjelaskan bahwa informasi yang kita ambil dari lingkungan mungkin 'bocor', dan salah jalan pintas dari memori jangka pendek ke jangka panjang melewati mekanisme transfer penyimpanan khas,” tulis Psychology Today

Ketika momen baru dialami  (yang berada dalam ingatan jangka pendek) rasanya seolah-olah kita mengambil sebagian ingatan dari masa lalu yang jauh. Para peneliti yang sama mengatakan bahwa otak ini gagal, dan dapat terjadi bahkan pada orang yang paling sehat sekalipun.

Simak Video Menarik Berikut:

Pernah mengalami hal yang sangat mirip

Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Dalam satu percobaan, psikolog meminta siswa menghafal daftar kata seolah-olah mereka sedang bersiap untuk ujian. Selanjutnya, para siswa duduk di depan komputer dan menyaksikan serangkaian kata kedua muncul di layar, dan diminta untuk menandai kata-kata yang telah mereka lihat di daftar kata pertama yang mereka hafal. 

Para peneliti menemukan bahwa mereka mampu membuat kata yang tidak dikenal terlihat akrab dengan mem-flash-nya di layar selama beberapa milidetik. 

Hal itu berarti flash akan menjadi subliminal — benar-benar tidak terlihat oleh mata telanjang —, namun para siswa masih percaya bahwa mereka telah melihatnya di daftar pertama. 

Para peneliti sepakat contoh itu dari contoh deja vu, percobaan membuktikan betapa sedikit yang dibutuhkan otak untuk mencatat memori sebagai pengalaman masa lalu. 

Indera telah mengisi titik-titik kosong pada otak

Dikutip dari Psychology Today, dikatakan bahwa otak terus bekerja untuk memahami dunia. Beberapa peneliti percaya deja vu dapat disebabkan oleh campuran antara input sensorik dan output penarikan memori. Hal itu berarti bahwa sesuatu yang sederhana seperti aroma parfum yang sudah dikenal bisa menipu otak untuk berpikir keseluruhan dari momen tersebut.

Memimpikan skenario masa depan

"Sudah diketahui scara umum bahwa jika Anda membayangkan sesuatu  yang tidak terjadi di masa lalu, itu dapat menciptakan perasaan keakraban jika hal itu terjadi nanti," kata Kathleen McDermott, dokter peneliti memori di Universitas Washington.

Menurutnya, Anda tidak memerlukan informasi luar yang objektif untuk menciptakan situasi tersebut. “Anda dapat melakukannya secara internal, sendiri,” ujarnya.

 

Penulis: Lorenza Ferary

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya