Hoaks Seputar Virus Corona Dinilai Picu Harga Masker Melonjak

Direktur P2PML Kemenkes Wiendra Waworuntu menyatakan, melonjaknya harga masker juga dipicu banyaknya soal hoaks novel Coronavirus di Indonesia.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Feb 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2020, 12:00 WIB
Virus Corona Mewabah, Pekerja China Sibuk Produksi Pakaian Pelindung dan Masker
Pekerja memproduksi masker di sebuah pabrik di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, China, Senin (27/1/2020). Masker tersebut diproduksi untuk mendukung pasokan bahan medis saat wabah virus corona melanda China. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Heboh soal novel coronavirus atau lebih dikenal dengan sebutan virus corona membuat banyak orang berburu masker untuk melindungi diri dari infeksi virus dengan strain baru ini.

Bahkan, dilaporkan harga masker di beberapa tempat penjualan alat kesehatan seperti di Pasar Pramuka, Jakarta, naik drastis.

Terkait hal ini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu mengatakan, hal itu dipicu juga oleh adanya hoaks yang beredar di masyarakat.

"Itu karena virus, hoaksnya lebih banyak," kata Wiendra ditemui di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, beberapa waktu lalu ditulis Kamis (6/2/2020). 

Wiendra kembali mengingatkan bahwa hingga saat ini belum ditemukan kasus virus corona yang terkonfirmasi di Indonesia. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Kalau Sakit Lebih Baik Istirahat

Heboh Virus Corona, Harga Masker Melonjak Tajam
Pedagang menunjukkan masker jenis N-95 (kiri) dan biasa di toko alat kesehatan di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (4/2/2020). Isu merebaknya wabah virus corona di Indonesia membuat penjualan masker di Pasar Pramuka meningkat pesat meski dalam sepekan harga melonjak tajam. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Lebih lanjut, Wiendra mengatakan agar apabila Anda sakit atau batuk, masker memang sudah seharusnya digunakan oleh pasien. Selain itu, apabila ada orang yang sakit, sebaiknya tidak terlalu dekat dengan mereka.

"Kemudian jika Anda sakit, lebih baik tinggal di rumah. Anda istirahat yang cukup daripada pakai masker," katanya.

Menurut dia, yang membuat masyarakat takut sesungguhnya ada pada masyarakat itu sendiri.

"Karena kita merasa bahwa itu kebutuhan dasar," kata Wiendra menjelaskan. "Padahal, kebutuhan dasar itu adalah makan makanan dengan gizi seimbang, istirahat yang cukup, kemudian kalau sakit pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan. Cukup kan itu."

Walau begitu, Wiendra mengatakan bahwa masker boleh saja digunakan apabila untuk melindungi dirinya dari menularkan penyakitnya ke orang lain atau di saat udara tercemar.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya