Soal Harga Masker N95 yang Melonjak, Dokter Paru: Sebetulnya untuk Petugas Kesehatan

Dokter spesialis paru mengatakan masker N95 yang harganya melonjak akibat isu virus Corona, sesungguhnya digunakan oleh petugas kesehatan saat merawat pasien

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Feb 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2020, 14:00 WIB
Heboh Virus Corona, Harga Masker Melonjak Tajam
Pedagang menunjukkan masker jenis N-95 (kiri) dan biasa di toko alat kesehatan di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (4/2/2020). Isu merebaknya wabah virus corona di Indonesia membuat penjualan masker di Pasar Pramuka meningkat pesat meski dalam sepekan harga melonjak tajam. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Kekhawatiran masyarakat Indonesia terhadap merebaknya infeksi virus corona membuat masker berjenis N95 banyak diburu. Bahkan, dilaporkan beberapa pedagang menjualnya dengan harga yang tak masuk akal.

Melihat hal ini, dokter spesialis paru Erlina Burhan mengatakan bahwa sesungguhnya masker N95 digunakan oleh petugas kesehatan yang tengah merawat pasien.

Erlina yang merupakan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengatakan, untuk melindungi diri dari paparan virus, sesungguhnya masyarakat cukup menggunakan masker bedah saja. Produk ini biasanya bisa ditemui di pasaran dengan warna yang populer adalah hijau atau biru.

"Orang sekarang termakan hoaks. Masker N95 jadi jarang di pasaran. Kalau pun ada sekarang harganya mahal," kata Erlina dalam temu media di Cikini, Jakarta, pada Kamis kemarin, ditulis Jumat (7/2/2020).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Pengalaman Pakai Masker N95

Heboh Virus Corona, Harga Masker Melonjak Tajam
Pedagang melayani pembeli masker di toko alat kesehatan di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (4/2/2020). Isu merebaknya wabah virus corona di Indonesia membuat penjualan masker di Pasar Pramuka meningkat pesat meski dalam sepekan harga melonjak tajam. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Erlina menceritakan, dirinya pernah mendapat laporan soal kelangkaan masker N95 hingga ada yang dijual dengan harga jutaan. Padahal, harga aslinya tak setinggi itu.

"Saya bilang, duh lebay banget ya. Itu kan sebetulnya bukan untuk masyarakat, tapi untuk petugas kesehatan yang menangani pasien. Jadi biasa kita pakai itu di ruang isolasi yang ada pasiennya," kata Erlina.

Dalam pengalamannya menghadapi wabah flu burung beberapa tahun lalu, Erlina menceritakan dia dan rekan-rekannya menggunakan pakaian pelindung yang mirip astronot ketika sedang menangani pasien. Salah satu alat pelindung diri yang digunakan adalah masker N95.

"Saya kasih tahu, ya, satu jam saja (pakai masker) sudah tidak kuat. Dua jam, kita ganti shift, ganti dokter yang lain. Karena pengap sekali," ujarnya. Setelah digunakan pun, seringkali masker juga menimbulkan bekas merah di pipi.

"Jadi itu bukan buat masyarakat. Masyarakat cukup pakai masker bedah," kata Erlina merekomendasikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya