Meski Jumlah Kasus Tinggi, Virus Corona Hingga Kini Belum Pandemi

Kenapa hingga saat ini masih belum disebut sebagai pandemi atau wabah yang cakupan wilayahnya lebih luas?

oleh Fitri Syarifah diperbarui 09 Mar 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2020, 21:00 WIB
Antisipasi Virus Corona di Stasiun Gambir
Calon penumpang kereta api mengenakan masker saat berada di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (31/01). Dalam rangka pencegahan Virus Corona, PT Kereta Api Indonesia (persero) melakukan sosialisasi kepada penumpang dengan membagi-bagikan masker di stasiun Gambir. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Biasanya, tidak setiap hari kita membahas penyakit pernapasan, tapi virus corona (COVID-19) cukup membuat heboh dan membawa kecemasan bagi sebagian besar orang di seluruh dunia. Terhitung sejak 9 Maret, COVID-19 telah berdampak pada 104 daerah di seluruh dunia (termasuk 6 kasus di Indonesia) dan satu kasus di kapal Diamond Princess.

Lalu, kenapa hingga saat ini masih belum disebut sebagai pandemi atau wabah yang cakupan wilayahnya lebih luas?

Pandemik vs Epidemik

Januari lalu, World Health Organization (WHO) mendeklarasikan wabah "Darurat Kesehatan Masyarakat Internasional". COVID-19 ditetapkan sebagai epidemi, artinya terdapat kenaikan jumlah kasus secara tiba-tiba di luar batas normal, ujar Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Anda mungkin melihat wabah penyakit di area tertentu di dunia, tapi di sebagian besar negara di seluruh dunia tidak mewabah.

“Ada banyak yang penasaran terhadap pandemik,” ujar Sandra Kesh, MD, wakil direktur medis di Westmed Medical Group in Purchase, NY. Biasanya WHO mendeklarasikann penyakit ini sebagai wabah pandemi. Namun kali ini, WHO lebih berhati-hati, karena tidak ingin membuat masyarakat ketakutan, ujar Sandra.

Pandemi memiliki jangkauan yang luas, khususnya memenuhi 3 kriteria, ujar Dr. Kesh : menyebar melalui penularan satu manusia ke manusia lain; menyebabkan sakit, termasuk kematian; dan mempengaruhi sejumlah besar orang di seluruh dunia. Bukankah COVID-19 telah memenuhi semua kriteria?

Sayangnya, poin terakhir, masih belum dapat dipastikan. "Saat Anda memiliki pandemik, fokusnya akan berkurang terhadap pencegahan penyebaran dan lebih kepada mitigasi dari dampak penyakit," ujar Dr. Kesh. "WHO merasa jika kita masih bisa mengatasinya kalau memanfaatkan kebutuhan kesehatan masyarakat," ujarnya.

Jika Anda sangat ingin mengetahui lebih dalam terkait pandemi, Anda bisa mengecek langsung ke laman WHO.

Setidaknya terdapat 6 fase pandemi, yang intinya mencakupi:

- tidak terjadi apapun (nothing is going on)

penularan antar manusia (human-to-human transmission)

wabah di masyarakat (outbreaks in the community)

wabah di seluruh dunia (there are outbreaks over the world)

- post-peak period (periode pasca-puncak)

post-pandemic period (periode pasca-pandemik)

 

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Pandemi yang Pernah Terjadi

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

CDC sangat berdedikasi sepanjang sejarah pandemi. Sejauh ini sudah 4 kali dunia mengalami pandemi. Yang paling terbaru, terdapat pandemik H1N1 (Anda mungkin lebih mengenalnya dengan nama flu babi) pada tahun 2009, yang telah membunuh 575,400 orang di seluruh dunia pada tahun-tahun pertamanya, dan lebih berdampak pada dewasa di bawah usia 65 tahun.

Tidak seperti COVID-19 yang lebih menyerang pria lansia. Virus tersebut bertahan hingga 10 Agustus 2010, dan virusnya menjadi flu biasa pada umumnya. Lalu, sebelumnya ada pandemi 1957-1958, pandemik 1968, dan pandemik 1918. CDC mencatat bahwa pandemi 1981 adalah yang terparah sepanjang sejarah, karena menginfeksi sepertiga populasi dunia dan membunuh 50 juta orang.

Apa yang akan berubah jika COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi?

Itu tidak akan mengubah kebiasaan yang harus Anda lakukan untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat. Seperti melakukan kebersihan dasar untuk mengurangi risiko penyakit apapun.

Termasuk mencuci tangan dengan benar, menggunakan hand sanitizer secara liberal, menghindari menyentuh apapun (seperti kenop pintu, pegangan tangga, dan sebagainya, yang jika tersentuh pun segera cuci tangan atau gunakan sanitizer sebelum menyentuh hal lain), dan beri jarak dari orang yang sedang sakit atau batuk atau bersin.

CDC juga menyarankan untuk tidak menyentuh wajah terlalu sering, karena bisa membawa virus masuk ke dalam tubuh.

Namun, tetap saja Dr. Kesh menekankan bahwa virus corona tidak akan menjadi wabah di Amerika. Ia percaya di Amerika tidak akan terjadi penyebaran meluas dengan memfokuskan identifikasi lebih awal, dilakukan pengetesan, serta melanjutkan penanganan dan pencegahan. Ini karena sistem kesehatan negara yang kuat.

Jadi, bawa sanitizer kemanapun Anda pergi, hindari berjabat tangan, dan tinggal di rumah jika sedang sakit. Epidemik maupun pandemik bukan berarti Anda harus menyetok persediaan minum, tisu toilet, masker, dan lain-lain. Jangan hilangkan rasa kemanusiaan, beri kesempatan bagi yang lebih membutuhkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya