Usia 20-40 Tahun Penuhi Sepertiga Pasien Corona Covid-19 di Amerika

World Health Organization (WHO) telah memperingatkan kalau anak muda belum tentu kebal dari virus corona (Covid-19).

oleh Fitri Syarifah diperbarui 21 Mar 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2020, 14:00 WIB
100 Orang Tewas Akibat COVID-19 di AS, Pantai Florida Tetap Ramai
Pengunjung menikmati Clearwater Beach di Florida, Amerika Serikat, Rabu (18/3/2020). Virus corona COVID-19 sudah menyebar ke seluruh wilayah Amerika Serikat dengan jumlah kasus sebanyak 5.359 dan menewaskan 100 orang. (AP Photo/Chris O'Meara)

Liputan6.com, Jakarta Meskipun pasien virus corona (Covid-19) didominasi oleh manula, namun World Health Organization (WHO) memperingatkan kalau anak muda juga bisa terinfeksi. Mereka bahkan diimbau tetap harus menghindari kegiatan yang bersifat berkerumun dan kontak dengan orang yang lebih tua, yang lebih rentan.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, "Pilihan yang dibuat oleh anak muda bisa menjadi perbedaan antara hidup dan mati bagi orang lain," mengutip dari NYTimes.

Pada tanggal 20 Maret, terhitung sudah lebih dari 11.000 pasien meninggal dari seluruh dunia karena penyakit pernapasan Covid-19. Dan hampir 250.000 pasien telah dites positif.

Pernyataan ketua WHO tersebut terkait laporan bahwa anak muda di berbagai belahan dunia merasa santai karena pengumuman orang yang lebih tua yang lebih rentan terhadap Covid-19 ini.

Hingga beberapa hari lalu, beberapa bar dan restoran masih dipadati oleh banyak orang yang merayakan St. Patrick’s Day. Pantai-pantai penuh di Amerika Serikat. Dan mereka kebanyakan adalah para remaja.

Masalahnya, seperti dimuat BBC, Covid-19 ini bukan hanya flu biasa. Semakin banyak kondisi kesehatan (underlying disease, imunokompromis, dan berusia lebih tua) yang bisa diganggu oleh virus ini.

Kini masyarakat mengkhawatirkan kemungkinan anak muda telah berkontribusi terhadap penyebaran wabah Covid-19 karena terlalu tenang dan percaya bahwa menjadi muda dan sehat melindungi mereka dari infeksi.

Berdasarkan angka yang dirilis Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Rabu lalu (18 Maret) menunjukkan, orang dewasa berusia 20-44 tahun mewakili hampir sepertiga pasien virus corona di Amerika Serikat.

Orang dewasa yang lebih muda umumnya lebih tangguh daripada orang yang lebih tua, tetapi peningkatan kondisi kesehatan kronis di kalangan milenium, di usia 20-an dan 30-an sekarang, telah membuat mereka lebih kuat daripada yang mereka kira.

Para ahli telah melihat peningkatan tingkat obesitas dan penyakit seperti diabetes tipe 2 dan tekanan darah tinggi, serta peningkatan penyakit jantung dan beberapa kanker. Ini sangat terkait dengan hasil yang buruk dari infeksi coronavirus.

Selain itu, sekitar 17 persen pria dan 12 persen wanita usia 18 hingga 44 memiliki kecenderungan merokok, dan 4 persen hingga 7 persen menggunakan rokok elektrik, menurut angka nasional. Keduanya meningkatkan risiko penyakit pernapasan.

Belum lagi, menurut sebuah laporan, dibandingkan generasi X (usia saat ini 40-50-an), generasi milenial memiliki masalah kesehatan perilaku yang lebih tinggi, misalnya depresi (yang mempengaruhi 1 dari 20 orang dewasa berusia 30-an, dan banyak yang mengonsumsi alkohol dan kecanduan narkoba.

Sementara, jika para milenial serentak melakukan 'physical distance', tentu akan sangat berperan penting dalam mengurangi penyebaran virus corona, sekaligus membantu perekonomian, mengingat para milenial merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini:


physical distance untuk generasi muda

Antisipasi Virus Corona di Stasiun Gambir
Calon penumpang kereta api mengenakan masker saat berada di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (31/01). Dalam rangka pencegahan Virus Corona, PT Kereta Api Indonesia (persero) melakukan sosialisasi kepada penumpang dengan membagi-bagikan masker di stasiun Gambir. (merdeka.com/Imam Buhori)

WHO kini merekomendasikan "physical distance" daripada "social distance" dalam upaya pencegahan penyebaran virus. "Kami ingin orang-orang tetap saling terhubung," ujar Dr. Maria Kerkhove, seorang epidemiolog WHO, mengutip dari BBC.

Benjamin F. Miller, seorang psikolog yang merupakan kepala perancang strategi untuk Well Being Trust, sebuah yayasan nasional yang berfokus pada kesehatan mental dan spiritual mengatakan, tetap tinggal di rumah dan melakukan social distance berdampak besar bagi kesehatan mental para remaja dewasa millenial.

"Karena mereka menghadapi tantangan kesehatan mental juga, terutama jika mereka hidup sendirian atau berjuang dengan kecemasan atau depresi," kata Miller.

Para millenial ini, kemungkinan menikah lebih kecil daripada generasi X, menurut survei Cigna tahun 2018 terhadap 20.000 orang Amerika dan melaporkan banyak yang merasa kesepian dan tersisihkan.

Mereka yang berusia 18-37 tahun lebih cenderung tidak mempedulikan suatu hubungan, artinya kurang berminat berada dalam suatu hubungan. Jadi jika melakukan social distance untuk para milenial, itu akan memperburuk hubungan sosial mereka, menurut Dr. Miller.

Anda bisa tetap terhubung dengan media sosial, "karena kesehatan mental Anda sama pentingnya dengan kesehatan fisik Anda dalam menghadapi pandemi ini," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya