Laporan Korea Selatan: Pasien Sembuh yang Kembali Positif COVID-19 Tidak Menularkan Virus

Pejabat kesehatan Korea Selatan melaporkan hampir 300 pasien terinfeksi COVID-19 yang dites positif untuk kedua kalinya tidak menulari orang lain.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Des 2020, 20:25 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2020, 08:00 WIB
Choi Sang-boon, lansia berusia 104 tahun yang sembuh dari virus corona di Korea Selatan (Pohang Medical Center)
Choi Sang-boon, lansia berusia 104 tahun yang sembuh dari virus corona di Korea Selatan (Pohang Medical Center)

Liputan6.com, Jakarta Pejabat kesehatan Korea Selatan melaporkan hampir 300 pasien terinfeksi COVID-19 yang dites positif untuk kedua kalinya tidak menulari orang lain.

Temuan awal ini dirilis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea pada Senin (18/5/2020). Hal ini memperkuat gagasan bahwa mereka yang terinfeksi COVID-19 telah mengembangkan kekebalan terhadap penyakit tersebut.

Para pejabat memantau 285 pasien yang telah pulih kemudian positif kembali. Mereka menemukan, dari 790 orang yang berhubungan dengan pasien, tidak ada satupun yang tertular.

Maka dari itu, Korea Selatan mencabut persyaratan karantina 14 hari untuk pasien yang sudah boleh pulang, menurut The Wall Street Journal mengutip New York Post.

"Sejauh ini kami belum melihat infeksi sekunder dari orang-orang yang berhubungan dengan pasien yang kambuh," kata Yoon Tae-ho, seorang pejabat senior kementerian kesehatan.

Simak Video Berikut Ini:

Diduga Hanya Fragmen Virus yang Mati

Korea Selatan telah memiliki lebih dari 11.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi.

Lebih dari 470 pasien sembuh telah dinyatakan positif untuk kedua kalinya setelah dipulangkan. Para pejabat kesehatan mempertanyakan apakah virus tersebut baru saja aktif kembali atau pasien yang terinfeksi ulang.

Para pejabat mengatakan tes mungkin hanya mengambil fragmen virus yang mati.

"Kami lebih menekankan teori bahwa fragmen virus yang mati tetap ada dalam tubuh pasien yang pulih, karena kami belum melihat bukti infektivitas," ujar Ki Moran, seorang profesor di National Cancer Centre.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya