Fakta, LIPI Uji Klinis Jahe Merah Sebagai Imunomodulator Covid-19

Jumlah kasus positif Covid-19 yang terus meningkat mendorong berbagai pihak tergerak untuk bekerja sama menemukan obat Covid-19.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 03 Sep 2020, 00:29 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 00:25 WIB
Fakta, LIPI Uji Klinis Jahe Merah Sebagai Imunomodulator Covid-19
©Shutterstock.

Liputan6.com, Jakarta Jumlah kasus positif Covid-19 yang terus meningkat dan menimbulkan banyak korban jiwa mendorong berbagai pihak tergerak untuk bekerja sama menemukan obat Covid-19. Salah satunya adalah PT Bintang Toedjoe yang menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk melakukan uji klinis obat herbal yang memiliki kandungan jahe merah sebagai imunomodulator Covid-19.

Kolaborasi perusahaan farmasi yang menghasilkan produk obat-obatan dan jamu seperti Bejo Jahe Merah dan Bejo Susu Jahe Merah bersama lembaga riset LIPI ini mendapatkan dukungan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Imunomodulator

Abdi Wira Septama, peneliti dari Pusat Penelitian Kimia LIPI mengatakan secara terminologi, imunomodulator merupakan satu bahan yang dapat memodulasi atau mengatur sistem imunitas dengan cara menekan reaksi imun yang berlebihan.

“Bahan tersebut kemudian meningkatkan reaksi imunitas dan dapat memperbaiki reaksi imunitas dalam keadaan tidak seimbang,” ujar Abdi Wira dalam Webinar bertema “Hoax atau Fakta : Uji Klinis jahe Merah sebagai Imunomodulator Covid-19”, Senin (31/8) lalu.

Lebih lanjut, Abdi menjelaskan secara tidak langsung imunomodulator mampu memodulasi sistem kekebalan tubuh atau imunitas, baik menstimulasi pada keadaan yang kekurangan atau memperbaiki reaksi imunitas pada keadaan tidak seimbang. Salah satu kekayaan alam Indonesia yang punya potensi untuk mempertahankan imunitas seseorang adalah jahe merah.

"Mengenai potensi jahe merah untuk dikembangkan sebagai bahan imunomodulator atau obat imunomodulator, didasarkan dari hasil penelitian-penelitian dan juga data empiris dimana kita ketahui jahe merah secara tradisional telah digunakan sebagai obat dalam mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit infeksi dan juga antiinflamasi," kata Abdi.

Jahe merah, kata Abdi memiliki potensi dalam mengatur sistem imunitas alami sehingga berpotensi dikembangkan menjadi produk fitofarmaka melalui pembuktian secara klinis. Fitofarmaka adalah obat dari bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis. 'Kelas' fitofarmaka berada di atas Jamu dan Obat Herbal terstandar.

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan POM RI, Mayagustina Andarini mengatakan hingga saat ini, obat yang masuk kategori fitofarmaka masih sangat terbatas karena memang membutuhkan effort lebih besar dan harus ada uji yang dilakukan pada manusia.

"Covid-19 ini belum ada obatnya, oleh karena itu, satu-satunya cara untuk melawannya adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita, menyiapkan tubuh supaya imunnya menjadi meningkat," tutur Mayagustina.

Kolaborasi PT Bintang Toedjoe dan LIPI

Kolaborasi PT Bintang Toedjoe dan LIPI
Webinar bertema “Hoax atau Fakta : Uji Klinis jahe Merah sebagai Imunomodulator Covid-19”, Senin (31/8).

Kepala Pusat Pengembangan Inovasi dan Iptek LIPI, Yan Riyanto mengatakan LIPI dan PT Bintang Toedjoe sepakat menjalin kerja sama dalam jangka waktu tiga tahun untuk pengembangan dan kolaborasi di berbagai macam riset di berbagai bidang salah satunya adalah uji klinis di bidang kesehatan terkait dengan salah satu produk Bintang Toedjoe.

"Oleh karena itu, LIPI sebagai lembaga riset di Indonesia terbuka untuk meneliti salah satu produknya. Pengembangan ini tentu sangat berpotensi untuk dikembangkan kedepannya ya," paparnya

Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe, Simon Jonatan mengatakan pihaknya selalu berupaya untuk semakin memajukan jamu sebagai kebanggaan bangsa dan berkontribusi pada kesehatan masyarakat salah satunya melalui produk Bejo Jahe Merah yang akan diuji klinis. Uji klinis untuk membuktikan manfaat jahe merah sebagai imunomodulator Covid-19.

"Saya sangat berterima kasih kepada LIPI untuk bekerja sama dengan Bintang Toedjoe dalam mengadakan uji klinis Bejo jahe merah," paparnya

Lebih lanjut Simon menjelaskan Bejo Jahe Merah yang akan di uji klinis merupakan salah satu produk dengan konsep ekosistem yang dimulai dengan membina para petani dengan mengusung konsep sharing ekonomi. Konsep ekosistem ini memastikan dari  bahan yang akan di uji klinis yang merupakan tanaman obat asli Indonesia.

Misi Besar Bintang Toedjoe

PT Bintang Toedjoe memiliki misi bahwa dari setiap tetes keringat petani  dan peneliti melalui sharing ekonomi dengan perusahaan ekstraktor dihasilkan produk jamu herbal berkualitas dunia berbasis bukti ilmiah yang juga didukung oleh pemerintah.

"Dengan ekosistem produk yang akan di uji klinis ini akan traceable & recorded mulai dari bibitnya, cara menanamnya, lokasinya, SOP pasca panennya sampai dengan ekstraksinya," tuturnya.

Jahe merah memang memiliki berbagai manfaat yakni  untuk membantu menjaga daya tahan tubuh, anti inflamasi, analgesik, antimikroba dan membantu infertilitas pria. Jahe merah pun bermanfaat untuk mencegah penyakit kronis degeneratif melalui manfaat membantu mengoptimalkan kadar gula darah, membantu menurunkan kadar kolesterol, dan asam urat, pada orang-orang lanjut usia.

Simon berharap jika jahe merah bisa terus dikenal sebagai tanaman obat asli kebanggan Indonesia.

"Kami telah roadshow ke kementerian, ke beberapa universitas untuk bersama-sama secara terintegrasi mulai dari pembenihan sampai dengan kontrol mutunya untuk menjadikan jahe merah sebagai Ginsengnya Indonesia. Uji klinis yang kami lakukan bertujuan supaya jahe merah menjadi produk kebanggaan Indonesia," tutupnya.

Jahe Merah
Jahe Merah.

Ketua IDI, dr. Daeng M Faqih memberikan apresiasi kepada LIPI dan PT Bintang Toedjoe untuk melakukan penelitian yang baik yang sudah mengarah kepada uji klinis guna menghasilkan produk imunomodulator agar daya tahan tubuh menjadi lebih prima. Ia menghimbau kepada masyarakat untuk bergotong royong menjaga daya tahan tubuh supaya tidak tertular Covid-19.

Daeng juga meminta masyarakat waspada tentang berbagai obat yang saat ini beredar yang diklaim dan dipercaya sebagai obat yang mampu menanggulangi Covid-19.

"Kita di dalam memberikan pernyataan di bidang kedokteran dan kesehatan tidak berdasarkan testimoni dan kampanye, tetapi kita lebih berdasarkan metode-metode keilmuan. Jadi informasi yang disampaikan harus merujuk pada sebuah metode keilmuan yang benar," katanya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya