Guru Besar Unair Teliti Manfaat Herbal Jahe Merah untuk Dukung Kesehatan Gigi Anak

Salah satu herbal yang dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesehatan gigi anak yakni jahe merah.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani Diperbarui 25 Apr 2025, 07:21 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2025, 07:21 WIB
Ilustrasi Jahe Merah
Ilustrasi jahe merah. (Foto: Liputan6.com/Dyah Wardani)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Tanaman herbal bisa menjadi solusi inovatif bagi permasalahan gigi seperti karies, gangguan rahang, dan lainnya. Menurut Guru Besar Bidang Ilmu Herbal Dalam Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga Prof Dr Prawati Nuraini, sifat alami pada herbal cenderung lebih aman, minim efek samping serta berkelanjutan.

Salah satu herbal yang dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesehatan gigi anak yakni jahe merah. Dalam penelitiannya, Prof Prawati menemukan aktivitas antibakteri pada ekstrak jahe merah dapat menurunkan aktivitas infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Menurutnya, hal tersebut menjadi kunci dalam mencegah karies atau gigi bolong serta penyakit periodontal infeksi gusi pada gigi anak.

Selain itu, jahe merah juga berperan penting dalam penyembuhan luka pasca tindakan, perkembangan tulang dan perawatan gigi anak.

Dalam pengukuhannya sebagai guru besar di bidang ilmu herbal pada Kamis (24/4), Prof Prawati mengatakan, inspirasi penelitiannya terhadap jahe merah berasal dari satu surat di kitab suci Al-Quran.

"Inspirasi utama penelitian ini datang dari ayat Al-Qur’an dalam Surah Al-Insan ayat 17–18, yang menyebutkan jahe sebagai minuman surga. Dari sana, saya menggali potensi jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) dalam konteks kesehatan gigi anak,” ungkapnya, dilansir laman unair.ac.id.

Indonesia, sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati (biodiversitas), diakui Prof Prawati menyimpan beragam potensi tanaman obat yang telah dimanfaatkan masyarakat sejak dulu.

"Pengetahuan lokal ini jika dikembangkan secara ilmiah dapat menghasilkan produk kesehatan yang tidak hanya efektif, tetapi juga ramah lingkungan dan terjangkau," tuturnya.

Memanfaatkan pengobatan tradisional dinilainya sebagai upaya menjaga warisan dari leluhur.

 

Penggunaan Herbal Perlu Pengawasan Ahli

Meski demikian, Prof Prawati menekankan bahwa penggunaan herbal sebagai alternatif pengobatan tetap perlu pengawasan ahli agar efektivitasnya tetap maksimal.

"Penggunaan herbal sebagai alternatif yang aman, efektif, dan ekonomis dapat menjadi pilihan yang alami, bebas efek samping, dan terjangkau. Namun demikian, penggunaannya harus tetap dalam pengawasan tenaga ahli dan hanya dalam dosis tertentu agar efektivitasnya tetap maksimal."

Masalah Gigi Jadi Masalah Kesehatan Terbanyak di Indonesia

Masalah gigi menjadi masalah kesehatan terbanyak yang ditemukan dalam program Cek Kesehatan Gratis. Hal ini diungkap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

"Nomor satu ternyata gigi," ujar Menkes.

Hal tersebut berkorelasi dengan temuan bahwa 50 persen puskesmas di Indonesia tidak memiliki dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan gigi.

Terkait temuan tingginya kasus permasalahan gigi, Budi mengungkapkan tengah berkoordinasi dengan fakultas kedokteran gigi untuk bisa menggenjot agar makin banyak dokter gigi di Indonesia.

 

Indonesia Kekurangan Dokter Gigi

Berdasarkan data Kemenkes, ada 7.475 puskesmas di Indonesia yang telah dilengkapi dengan tenaga medis dokter gigi per April 2025. Sementara 26,8 persen atau 2.737 puskesmas lainnya belum memiliki dokter gigi.

Distribusinya pun lebih banyak di kota-kota besar, bukan di daerah, apalagi daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Di samping itu, masih terdapat gap sebesar 10.309 orang antara jumlah dokter gigi yang tersedia dengan kebutuhan ideal secara nasional. Sementara itu, jumlah lulusan dokter gigi per tahun lebih kurang hanya sekitar 2.650 orang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya