Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bioinformatika Universitas Padjadjaran (Unpad) Muhammad Yusuf menjelaskan tentang kelebihan tes antigen ketimbang tes antibodi untuk penanganan COVID-19.
Menurutnya, tes antigen adalah tes pada virus termasuk material genetiknya yang bisa dideteksi menggunakan PCR. Tes antigen berbeda dengan tes antibodi yang harus menunggu tujuh hari untuk pembentukan antibodi.
Baca Juga
“Jadi kalau tujuan kita ingin mendeteksi apakah seseorang sudah terpapar virus dan berpotensi menularkan kepada orang lain itu memang caranya dengan deteksi antigen,” ujar Yusuf dalam webinar pada Rabu (28/10/2020).
Advertisement
Tes yang membutuhkan waktu lama untuk diketahui hasilnya akan berpotensi meningkatkan penularan karena orang yang dites tidak mengontrol diri saat menunggu hasil tes yang baru keluar 7 hari berikutnya.
“Yang kita perlukan adalah uji yang bisa memberikan informasi bahwa kita terpapar virus atau tidak dalam hitungan hari atau bahkan menit. Secara akurasi, tes antigen memang tidak sebaik PCR karena saat PCR itu ada proses pembanyakan material genetik virus.”
Namun, tes antigen sudah didesain agar bisa mendeteksi keberadaan virus yang banyak dalam satu sampel. Jumlah virus yang banyak adalah ketika seseorang berpotensi menularkan COVID-19 ke orang lain atau infeksius.
“Kita harapkan dengan terdeteksinya orang yang terpapar virus itu dapat membatasi penyebaran virus sehingga kalau bisa virus itu berhenti di orang tersebut.”
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini:
Alat Deteksi CePAD
Dalam kesempatan tersebut, Yusuf juga mengenalkan alat deteksi antigen bernama CePAD, menurutnya alat ini dapat menunjukkan hasil yang lebih akurat.
“Bentuknya sama seperti rapid test antibodi yang biasa yang sudah kita kenal sehari-hari tapi bedanya adalah kalau di dalam sampel ada virus nanti dia akan tertangkap oleh antibodi spesifik di garis kunci dan nanti di garis kuncinya itu aka nada garis merah. Jadi kalau positif itu akan terbentuk 2 garis.”
CePAD memiliki cara kerja yang cukup sederhana. Seperti tes PCR, pengambilan sampel diambil dengan swab nasofaring. Sampel kemudian dicampurkan ke dalam cairan dan diteteskan pada CePAD dan dalam waktu 20 menit sudah akan terlihat hasilnya.
“Kita berbahagia karena pengembangan produk ini semuanya dilakukan secara lokal. Mulai dari proses produksi antigen di Unpad kemudian diserahkan ke PT TMC, suatu perusahaan farmasi, kemudian di-assembly oleh PT Pakar Geomedika, sebuah produsen rapid test lokal untuk pembuatan barang jadinya,” tutup Yusuf.
Advertisement