Tunda Pengobatan karena Takut Tertular COVID-19, Risiko Pasien Kanker Meninggal Meningkat

Penundaan satu bulan pengobatan kanker akibat COVID-19 dapat menyebabkan peningkatan risiko kematian sebesar 6 persen.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 12 Des 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2020, 12:00 WIB
ilustrasi kanker
Ilustrasi kanker Foto oleh Miguel Á. Padriñán dari Pexels.

Liputan6.com, Jakarta Koalisi ahli onkologi Asia dan komunitas penyintas kanker mengimbau pasien kanker untuk tidak menunda pengobatan di masa pandemi COVID-19.

Dampak jangka panjang dari penundaan pengobatan pada pasien belum sepenuhnya diketahui, penelitian terbaru menunjukkan bahwa dengan penundaan satu bulan pengobatan dapat menyebabkan peningkatan risiko kematian sebesar 6 persen.

Hasil tersebut menunjukkan betapa pentingnya keberlanjutan perawatan bagi pasien kanker agar dapat sembuh namun tetap berhati-hati dan menjalankan protokol COVID-19 saat hendak terapi.

Menurut Direktur Institut Kanker Universitas Nasional, Singapura, Dr. Chng Wee Joo, diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu merupakan faktor penting untuk menentukan keberhasilan pengobatan kanker.

Ia menambahkan, pandemi COVID-19 telah menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sistem perawatan kesehatan di seluruh Asia, termasuk layanan kanker.

“Saat negara-negara memasuki new normal, kami sangat mendorong pasien kanker untuk tidak menunda mengakses layanan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan demi mendapatkan akses pengobatan yang terbaik,” ujar Chng dalam webinar AstraZeneca, Kamis (10/12/2020).

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini:

Dampak COVID-19 pada Layanan Kanker di Berbagai Negara

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan terganggunya banyak layanan bagi penderita kanker di Asia selama setahun terakhir. Bahkan, meskipun layanan tetap tersedia, beberapa pasien menunda melakukan janji temu, pengobatan serta janji tindak lanjut karena takut tertular virus.

Di Filipina, misalnya, sebuah survei menemukan bahwa ketakutan dan kecemasan pasien kanker karena khawatir tertular virus SARS-CoV-2 memengaruhi perilaku pencarian solusi kesehatan bagi mereka yang masih perlu didiagnosis.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Belum diketahui data secara nasional tapi di Rumah Sakit Kanker Dharmais terjadi penurunan kunjungan pasien kanker. 

“Di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, terjadi penurunan angka kunjungan pasien, sampai dengan 37 persen,” seperti yang disampaikan oleh Dokter spesialis Onkologi Ginekologi, Muhammad Yusuf dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Kamis (10/12/2020).

Terdapat penurunan 9 persen dalam kunjungan untuk konsultasi pertama dan 30 persen penurunan konsultasi tindak lanjut di National University Cancer Institute, Singapura (NCIS) antara Februari dan Maret 2020.

Selain itu, dalam survei terhadap 480 ahli bedah di seluruh India, diperkirakan 192.000 pasien kemungkinan mengalami keterlambatan dalam diagnosis kanker secara tepat waktu. Perjanjian untuk skrining Pap smear tahunan gratis turun 75 persen.

“Dapat dipahami bahwa masyarakat lebih berhati-hati dalam mengunjungi rumah sakit dan klinik saat ini, tetapi penundaan diagnosis atau pengobatan dapat menyebabkan kanker menjadi lebih sulit untuk diobati dan menyebabkan hasil yang lebih buruk bagi pasien,” ucap Fong Pei-Chieh, Medical Director of AstraZeneca, Asia Area.

Infografis Negara Pertama Suntik Vaksin COVID-19, Inggris atau China?

Infografis Negara Pertama Suntik Vaksin Covid-19, Inggris atau China? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Negara Pertama Suntik Vaksin Covid-19, Inggris atau China? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya