Liputan6.com, Jakarta Sering terbangun dari tidur untuk buang air kecil bukan hal yang bisa disepelekan. Bisa jadi, kondisi itu adalah masalah kesehatan nokturia.
Dokter Harrina Erlianti Rahardjo, Ketua Indonesian Society of Female and Functional Urology mengatakan bahwa nokturia adalah jumlah seseorang berkemih selama periode tidur utamanya.
Baca Juga
Pada nokturia, ketika seseorang terbangun untuk kencing pertama kali, setiap proses berkemih harus diikuti tidur atau keinginan untuk tidur.
Advertisement
Dalam temu media virtual beberapa waktu lalu, ditulis Minggu (20/12/2020), Harrina mengatakan, penting bagi seseorang yang mengalami nokturia untuk melakukan pemeriksaan ke dokter, agar dapat segera dilakukan intervensi.
Hal itu demi mencegah terganggunya kualitas hidup seseorang, akibat gangguan pada tidurnya.
"Karena terbayang kalau seseorang tidur, kemudian bolak-balik terbangun, bukan hanya sekali, bahkan dua sampai tiga kali dalam semalam, kualitas tidur sangat terganggu," kata Harrina yang juga Staf Medis Departemen Urologi FKUI-RSCM ini.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Intervensi Gaya Hidup
Harrina mengungkapkan, setelah pemeriksaan, ada beberapa intervensi yang bisa dilakukan pada mereka yang mengalami masalah nokturia. "Yang pertama tentu intervensi gaya hidup."
Intervensi nokturia dapat dilakukan lewat mengatur diet seperti lebih rendah garam, mengurangi kalori, menurunkan berat badan, serta mencegah asupan cairan terlalu banyak di malam hari.
Harrina mengatakan, pasien bisa disarankan untuk mengonsumsi lebih banyak minum di pagi atau siang, ketimbang menjelang tidur.
"Jenis paling bagus air putih. Hindari dan batasi asupan yang mengandung alkohol dan kafein yang membuat kandung kemih menerima urin dari ginjal sehingga lebih banyak kencingnya."
Advertisement
Pemberian Obat-Obatan
Selain itu, latihan fisik otot dasar panggul juga bisa dilakukan bagi pasien yang kandung kemihnya overaktif sehingga lebih mampu menahan buang air kecil.
Jika terapi fisik tidak berhasil, dokter mungkin dapat memberikan bantuan berupa pemberian obat-obatan tertentu.
"Kita juga bisa padukan dengan obat. Tentunya ini harus sesuai dengan evaluasi dokter, kemudian dokter juga harus menilai berapa dosisnya, kemudian berapa lama, dan itu harus melihat efek samping."
Harrina mengatakan, apabila ada obat-obatan tertentu yang dikonsumsi dan membuat buang air kecil jadi lebih banyak, konsultasikan dengan dokter apakah pola konsumsinya dapat disesuaikan.
"Kalau ada bengkak di kaki yang mungkin bisa menimbulkan nokturia, kami sarankan untuk meninggikan kaki bawahnya setelah makan sampai waktu tidur malam, atau menggunakan stocking."
Harrina menegaskan bahwa yang terpenting, pasien dan dokter harus mengidentifikasi dan melakukan terapi pada penyakit penyerta yang mungkin menjadi penyebab nokturia. Beberapa di antaranya seperti diabetes, sakit ginjal, jantung, tekanan darah, obesitas, dan lain-lain.
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19
Advertisement