Liputan6.com, Jakarta - Rasa enggan melakukan hubungan seksual yang bukan disebabkan gangguan atau penyakit organ bisa jadi disebabkan oleh gangguan jiwa terkait seksualitas.
Menurut Dr. dr. Made Kurnia Widiastuti Giri dari Program Studi Kedokteran Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Bali, disfungsi seksual yang disebabkan gangguan psikiatri dapat digolongkan dalam berbagai keadaan.
Baca Juga
Misal, gangguan keinginan dan gairah seksual yang disebabkan oleh gangguan kepribadian atau gangguan mental lainnya.
Advertisement
Selain itu dapat pula berupa:
-Gangguan hasrat seksual, kurang atau hilangnya nafsu seksual.
-Gangguan keengganan seksual, penolakan dan kurangnya kenikmatan seksual.
-Penolakan seksual, kurangnya kenikmatan seksual.
-Ejakulasi dini.
-Dorongan seksual yang berlebihan.
-Kegagalan dari respons genital.
“Kegagalan dari respons genital yang saya maksud misalnya adalah gangguan disfungsi ereksi yang bukan karena penyakit organik, yang bukan karena penyakit yang sudah didiagnosis seperti misalnya kelainan pada pembuluh darah,” ujar Made dalam seminar daring Undiksha, ditulis Senin (5/4/2021).
-Disfungsi orgasme.
“Kegagalan orgasme dan disfungsi ereksinya itu dikarenakan pasien mengalami gangguan dalam hal psikologisnya.”
-Vaginismus non-organik.
“Ini kondisi adanya kekakuan, tidak nyaman pada vagina saat melakukan aktivitas seksual.”
-Dispareunia non-organik.
“Ini kondisi nyeri yang lebih berat lagi yang memang sifatnya non-organik, bukan karena ada gangguan pada saluran reproduksinya, tapi karena psikisnya yang menyebabkan dia tidak mampu melakukan aktivitas seksual karena dia merasa nyeri.”
Simak Video Berikut Ini
Tanda-Tanda Disfungsi Seksual Akibat Gangguan Jiwa
Terjadinya disfungsi seksual akibat gangguan jiwa dapat ditandai dengan hilangnya hasrat, kurangnya minat, dan tidak adanya ketertarikan untuk melakukan interaksi seksual, kata Made.
Dalam kasus lain, seseorang dapat merasa bergairah dan memiliki hasrat, tapi tidak dapat mencapai fase orgasme sehingga kenikmatannya tidak bisa dicapai.
Kondisi hilangnya hasrat dapat terus berlanjut, walau hasrat telah hilang, tapi orang tersebut masih bisa melakukan aktivitas seksual. Lama kelamaan, frekuensi aktivitas seksual menurun dan orang tersebut bisa sampai ke fase yang lebih parah yaitu penolakan.
Pada fase penolakan, seseorang akan enggan melakukan aktivitas seksual, tidak memiliki ketertarikan, dan cenderung menghindar dari aktivitas tersebut, tutup Made.
Advertisement