Ternyata Hewan Dapat Alami Gangguan Mental Seperti Manusia

Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mendeteksi adanya gangguan mental pada hewan adalah melalui pengamatan perilaku mereka

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 21 Mar 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 03:00 WIB
Ilustrasi Hewan Peliharaan Kucing
Ilustrasi Hewan Peliharaan Kucing. Photo By Unsplash... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan berusaha mengupas apakah hewan mengalami masalah kesehatan mental seperti yang dialami manusia. Mereka menemukan beberapa hewan memperlihatkan tanda-tanda gangguan mental melalui perubahan perilaku yang tampak jelas.

Melansir laman Popular Science pada Kamis (20/03/2025), para dokter hewan dan peneliti perilaku hewan berpendapat bahwa hewan dapat mengalami gangguan kesehatan mental, meskipun tidak sepenuhnya bisa diverifikasi seperti halnya manusia. Anjing dan kucing yang menunjukkan tanda-tanda kecemasan.

Meski, tidak memenuhi kriteria resmi dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM) untuk 'Gangguan Kecemasan Umum (GAD)' atau kecemasan kronis. Berbeda dengan manusia yang mampu mengungkapkan perasaan mereka secara verbal, hewan tidak memiliki kemampuan tersebut.

Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mendeteksi adanya gangguan mental hewan adalah melalui pengamatan perilaku mereka. Dokter hewan bisa mendiagnosis kondisi seperti kecemasan atau gangguan obsesif-kompulsif ketika menemukan bukti dari tindakan yang mereka lakukan.

Meskipun demikian, keterbatasan komunikasi ini membuat para ahli tidak bisa memastikan berapa banyak hewan yang benar-benar mengalami kondisi mental yang mirip dengan penyakit mental pada manusia. Dalam penelitian yang dilakukan profesor madya dan dokter hewan dari Universitas Pennsylvania, banyak anjing dan kucing yang menunjukkan tanda-tanda agresi atau perilaku destruktif.

Perilaku tersebut sering kali merupakan produk sampingan dari kecemasan atau ketakutan yang mirip dengan gangguan kecemasan berbasis rasa takut pada manusia. Bahkan wilayah otak yang mengatur emosi pada manusia juga berfungsi pada hewan yang mengalami kecemasan.

Meskipun terdapat perbedaan dalam ukuran dan kompleksitas otak, proses emosional dalam kedua spesies ini melibatkan amigdala sebagai pusat pengendali emosi. Sama seperti manusia, hewan yang mengalami peristiwa traumatis seperti penelantaran atau perubahan lingkungan yang drastis bisa menunjukkan agresi impulsif.

Bahkan, hewan peliharaan pun dapat mengembangkan perilaku kompulsif, menyerupai kebiasaan manusia yang berjuang melawan gangguan obsesif-kompulsif. Namun, tidak semua gangguan mental yang dialami manusia terjadi pada hewan.

Misalnya, skizofrenia tampaknya hanya terjadi pada manusia, berkaitan erat dengan kompleksitas otak manusia yang jauh lebih tinggi. Selain itu, hewan tidak memiliki kemampuan untuk merasakan ketidakamanan sosial atau keputusasaan atas konsep abstrak dan eksistensial seperti manusia.

Analisis tentang fungsi otak hewan ini juga menjadi pembeda utama dalam memahami kesadaran diri hewan, yang hingga kini masih menjadi perdebatan filosofis.

(Tifani)

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya