Peneliti Kembangkan Vaksin COVID-19 Baru di Dalam Telur Ayam, Seberapa Efektif ?

Para ilmuwan di University of Texas (UT) di Austin tengah mengembangkan vaksin COVID-19 baru yang dapat diproduksi di dalam telur ayam. Saat ini vaksin telah memasuki uji klinis di Brasil, Meksiko, Thailand, dan Vietnam.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 08 Apr 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2021, 11:00 WIB
Ilustrasi penelitian vaksin Covid-19.  Prasesh Shiwakoti/Unsplash
Ilustrasi penelitian vaksin Covid-19. Prasesh Shiwakoti/Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan di University of Texas (UT) di Austin tengah mengembangkan vaksin COVID-19 baru yang dapat diproduksi di dalam telur ayam. Saat ini vaksin telah memasuki uji klinis di Brasil, Meksiko, Thailand, dan Vietnam.

Vaksin bernama NDV-HXP-S (Newcastle Disease Virus HexaPro Spike) tersebut dianggap dapat menjadi revolusi dalam mengakhiri pandemi COVID-19 karena selain dapat menciptakan antibodi lebih kuat daripada vaksin generasi saat ini, vaksin ini juga jauh lebih mudah dibuat, dikutip The New York Times.

Pakar biologi di University of Texas di Austin, Jason McLellan mengatakan, dalam kasus virus corona, target terbaik sistem kekebalan adalah protein yang menutupi permukaannya seperti mahkota. Protein, yang dikenal sebagai spike ini menempel pada sel dan kemudian memungkinkan virus untuk bergabung dengannya.

"Tetapi hanya menyuntikkan protein ke manusia bukanlah cara terbaik untuk membunuh mereka. Itu karena spike terkadang memiliki bentuk yang salah, dan mendorong sistem kekebalan untuk membuat antibodi yang salah," katanya.

Untuk itu, peneliti menemukan cara untuk menjaga agar protein tetap terkunci dengan menyusun protein menjadi senyawa yang disebut prolin.

"Spike generasi kedua ini direkayasa ulang agar lebih stabil dan bahkan lebih mudah untuk diproduksi. Kami mungkin mendapat peningkatan 10 hingga 30 kali lipat dalam memproduksinya" kata seorang profesor biosains molekuler bernama Dr. Ilya Finkelstein di UT, yang membantu menciptakan HexaPro, dikutip the week.

Dilansir dari Fox10 Phoenix, vaksin ini mirip seperti vaksin flu tahunan yang proses pembuatannya lebih murah daripada vaksin COVID-19--terutama vaksin mRNA yang saat ini beredar di pasaran.

"Sebelumya terapi berbasis RNA belum ada, sehingga perusahaan membangun sendiri. Sedangkan desain vaksin berbasis telur ini sudah ada kapasitas produksinya. Sehingga dapat dengan mudah membuat miliaran dosis dengan cepat untuk permintaan global," katanya.

Finkelstein berharap kemajuan ini akan mengurangi tantangan terkait pendistribusian vaksin COVID-19 di negara berkembang, serta dapat membelinya dengan biaya lebih rendah.

 

Simak Video Berikut Ini:

Jika efektif akan segera diproduksi

Jika terbukti aman dan efektif, produsen yang sudah memproduksi vaksin flu dapat membuat lebih dari satu miliar dosis suntikan NDV-HXP-S yang terjangkau setahun, sebuah pencapaian yang mengejutkan oleh Andrea Taylor, asisten direktur Duke Global Pusat Inovasi Kesehatan di North Carolina.

Vaksin ini bekerja serupa dengan inokulasi Janssen, Moderna dan Pfizer-BioNTech yang menggunakan adenovirus yang dimodifikasi--virus rekayasa yang tidak berbahaya yang disuntikkan ke pasien. Peneliti dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York mengatakan, dalam pengujian awal vaksin ini telah terbukti menghasilkan antibodi yang kuat terhadap COVID-19 pada tikus dan hamster.

 

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca.

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya