PBB: Masa Depan Dunia yang Bebas Malaria Bisa Dicapai

Laporan WHO mengungkapkan bahwa pada 2019, 94 persen kasus malaria dan kematian karenanya di dunia, berada di wilayah Afrika

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 26 Apr 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2021, 07:00 WIB
Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara di hadapan DK PBB (AP)
Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara di hadapan DK PBB (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memuji negara-negara di dunia yang telah berhasil mencapai target nol malaria. Hal ini ia sampaikan terkait peringatan Hari Malaria Sedunia 2021.

"Bersama-sama, mereka menunjukkan pada dunia bahwa masa depan bebas malaria adalah kemungkinan," kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, dikutip dari UN News pada Minggu (25/4/2021).

Guterres mengatakan bahwa negara yang sudah bebas malaria telah menjangkau masyarakat berisiko dengan layanan yang diperlukan seperti pencegahan, deteksi, dan pengobatan, terlepas dari kewarganegaraan atau status ekonomi.

"Pendanaan yang berkelanjutan, sistem pengawasan dan keterlibatan masyarakat telah menjadi kunci sukses," ujarnya.

Namun, ia meminta agar dunia masih menghadapi malaria dengan jutaan orang yang masih terjangkit dan meninggal karena penyakit ini.

Ia mengungkapkan bahwa setiap tahunnya, malaria merenggut lebih dari 400 ribu nyawa, terutama anak-anak di wilayah Afrika. Selain itu, ada lebih dari 200 juta kasus baru setiap tahunnya.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Kasus Malaria di Dunia

Nyamuk
Nyamuk/pixabay

Mengutip laman WHO, di 2019, diperkirakan ada 229 juta kasus malaria dan 409 ribu kematian terkait penyakit itu di 87 negara. Anak di bawah 5 tahun di Afrika sub-Sahara menjadi penyebab dua per tiga kematian global.

Wilayah WHO Afrika menanggung 94 persen dari semua kasus malaria dan kematian di dunia pada 2019. Lebih dari setengah dari semua kasus berada di 5 negara yaitu Nigeria, Republik Demokratik Kongo, Uganda, Mozambik, dan Niger.

Di tahun yang sama, 3 persen kasus malaria dilaporkan dari WHO wilayah Asia Tenggara, dan 2 persen dari WHO wilayah Mediterania Timur. Sementara WHO wilayah Pasifik Barat dan Amerika masing-masing hanya menyumbang kurang dari 1 persen.

Antara tahun 2000 hingga 2019, jumlah negara dengan kurang dari 100 kasus malaria lokal meningkat dari enam menjadi 27. Menurut WHO, hal ini menandakan indikator yang kuat bahwa pemberantasan malaria bisa tercapai.


Negara Bebas Malaria

Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah), direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, berbicara pada konferensi pers tentang pembaruan COVID-19, di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.
Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah), direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, berbicara pada konferensi pers tentang pembaruan COVID-19, di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.(Salvatore Di Nolfi/Keystone via AP)

Laporan WHO menyebutkan bahwa 21 negara sudah melaporkan setidaknya 3 tahun berturut-turut tanpa kasus malaria lokal. 10 di antaranya telah mendapatkan sertifikasi bebas penyakit itu dari WHO.

Mereka adalah Uni Emirat Arab, Maroko, Turkmenistan, Armenia, Kyrgyzstan, Sri Lanka, Uzbekistan, Paraguay, Argentina, dan Aljazair.

Februari 2021, El Salvador menjadi negara pertama di Amerika Tengah yang mendapatkan sertifikasi bebas malaria dari WHO. Sementara tahun lalu, Cina yang melaporkan nol kasus lokal sejak 2016 hingga saat ini, telah mengajukan sertifikasi bebas malaria ke WHO.

Badan kesehatan PBB itu pun memuji negara-negara yang berhasil mengendalikan penularan malaria di negaranya.

"Mereka memberikan inspirasi bagi semua negara yang bekerja untuk memberantas penyakit mematikan ini dan meningkatkan kesehatan serta mata pencaharian penduduk mereka."


Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya