Hiatus dalam Berkarya, Waspadai Burnout Mengintai

Waspada burnout bisa terjadi pada siapa pun. Terkhusus bagi mereka yang melakukan pekerjaan yang nyaris sama setiap harinya.

oleh Mina Megawati diperbarui 20 Okt 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2021, 20:00 WIB
dr. Monika Joy Reverger Sp.KJ
dr. Monika Joy Reverger Sp.KJ

Liputan6.com, Bali Waspada burnout bisa terjadi pada siapa pun. Terkhusus bagi mereka yang melakukan pekerjaan yang nyaris sama setiap harinya.

Burnout merupakan istilah untuk menggambarkan keadaaan stres secara akut. Ketidaknyamanan ini umum terjadi bagi siapa pun dengan aktivitas secara kontinyu atau dengan kalata lain rutinitas yang memantik kebosanan.

“Burnout berbeda dengan rasa bosan. Ini erat kaitannya dengan rutinitas. Kerap terjadi pada pekerja yang ritme pekerjaannya serupa dari waktu ke waktu,” kata dr. Monika Joy Reverger Sp.KJ., melalui edukasi bincang sehat pada kanal live Instagram, Jumat (15/10/2021) lalu di Kuta, Bali.

Seperti seorang penulis yang tiba-tiba mengalami masa hiatus (jeda atau ketidakhadiran sementara) karena melakukan hal yang sama dalam waktu panjang dan berlangsung lama, berulang-ulang bahkan tahunan tanpa adanya ritme yang dirasa cukup menantang.

Kondisi ini dapat ditandai dengan kelelahan secara fisik dan emosional, pun bisa dikarenankan bayangan ekspektasi di pekerjaan yang belum juga tercapai, lalu menimbulkan rasa tidak nyaman. Hal ini kemudian yang menyebabkan dirinya enggan untuk melanjutkan tulisan atau karyanya.

"Kondisi ini bila tidak ditangani dapat menjadi pencetus depresi dan gangguan kesehatan fisik maupun mental," ujar dokter Spesialis Kejiwaan yang kesehariannya berpraktik tetap di Siloam Hospitals Bali.

Seseorang yang mengalami situasi burnout tidak dapat disepelekan. Karena jika tidak ditangani akan berdampak fatal.

"Apabila dirasakan hingga lebih dari satu minggu, hendaknya segera berkonsultasi dengan pihak medis atau dokter ahli," imbuhnya.

 

 

Beberapa Cara Penanganan & Kendalanya

Dokter Monika Joy menekankan pentingnya membuka komunikasi dengan pasien sebelum mengambil tindakan secara medis. Dalam proses komunikasi ini pasien dapat mengutarakan apa yang dia rasakan agar diketahui lebih dahulu hal mendasar yang menjadi penyebabnya.

"Bagi para profesional yang merasakan gejala burn out, hendaknya membuka komunikasi. Sampaikan gejala ini kepada pimpinan atau rekan sekerja. Hal ini bermanfaat untuk mengurangi beban kerja. Sama halnya dengan menciptakan suasana rumah tangga yang nyaman dan tenteram," tutur Monika Joy.

Cara lainnya bisa dengan mengambil cuti untuk liburan, meditasi, istirahat yang cukup, berolahraga adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan. 

Bila kondisi burnout dialami oleh pelaku seni saat berkarya, bisa disiasati dengan mengambil jeda untuk mencoba kegiatan lain seperti membaca, ngobrol dengan teman, memilih tontonan yang menghibur, atau sekadar hang out sesaat.

Kendala penyembuhan biasanya terjadi saat banyak pasien yang masih “malu” mengungkapkan perasaannya disaat merasa tidak nyaman. Keengganan meminta bantuan profesional di saat dibutuhkan sehingga seringkali datang dalam keadaan yang sudah lanjut atau parah.

Pemberian Obat Pada Pasien Burn Out

Apabila kondisi burnout dirasa berkepanjangan, pasien jangan ragu menemui atau berkonsultasi dengan dokter kejiwaan karena tidak berarti dinyatakan 'kurang waras' karena dokter akan melakukan observasi, edukasi termasuk modifikasi.

"Pada kondisi tertentu akan dibantu dengan obat-obatan berlesensi, komunikasi kepada ahli yang tepat menjadi kunci dalam penyembuhan pasien penderita burnout," ujar dr. Monika Joy menambahkan.

 

 

Beda Stres, Burn Out dan Depresi

Stres adalah reaksi tubuh terhadap perubahan yang terjadi. Reaksinya bisa secara fisik, mental, emosional. Stres adalah simtom normal yang biasa terjadi di kehidupan manusia.

Burn out adalah kelelahan emosional dan fisik yang biasa berkatian dengan peran atau pekerjaan seseorang. Contoh, ketika ada rasa kelelahan, rasa bosan dan ingin melarikan diri dari pekerjaan yang biasa ditekuni, tapi ketika dialihkan ke hal lain yang tidak berkaitan dengan pekerjaan semula justru jadi lebih bahagia.

Depresi adalah gangguan suasana perasaan yang menetap, ditandai dengan perasaan sedih, hilangnya minat akan hobi, merasa putus asa, tidak ada harapan tentang masa depan. Ini bisa mengakibatkan disfungsi dalam kehidupan seseorang.

Tanda Telah Realese dari Burn Out

“Saat seseorang sudah kembali menikmati hidupnya, mood stabil, bisa kembali menikmati pekerjaan yang sebelumnya sudah menjadi rutinitas, jadi suatu pertanda telah realease dari kondisi burn out,” pungkas Monika Joy menutup perbincangan dengan Health Liputan6.com, Selasa (19/10/21).

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19
Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya