Obat yang Diminum Fuji Saat Sakit Gigi Pantang Dikonsumsi Tanpa Resep Dokter

Fuji tante Gala Sky Ardiansyah mengalami sakit gigi saat liburan ke bali

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Jan 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2022, 14:00 WIB
Fuji.
Fuji dikabarkan dekat dengan Thariq Halilintar. (Foto: Instagram @fuji_an)

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini selebriti Instagram Fuji mengunggah vlog saat liburan di Bali yang diwarnai dengan pipi bengkak akibat sakit gigi.

Ia pun terlihat membeli obat di apotek dan menyebut bahwa obat tersebut adalah Cefat dan Arcoxia. Dalam waktu yang hampir bersamaan, tante Gala Sky Ardiansyah mengonsumsi kedua obat yang berbentuk tablet.

Namun, Fuji tidak memerlihatkan apakah sebelum membeli obat telah melakukan pengecekan terlebih dahulu ke dokter atau tidak. Sebab, kedua obat tersebut seharusnya hanya diberikan dengan resep dokter karena termasuk obat keras.

Dijelaskan dokter gigi Belinda Chandra Hapsari, pada dasarnya cefadroxyl (Cefat) adalah obat antibiotik. Sedangkan Arcoxia adalah obat anti peradangan.

"Bisa saja dipakai untuk pasien gigi yang MEMANG MEMBUTUHKAN antibiotik dan atau anti peradangan. Jadi penggunaannya HARUS SESUAI INDIKASI,” kata Belinda kepada Health Liputan6.com melalui aplikasi berkirim pesan, Jumat, 31 Desember 2021.

Belinda, menambahkan, antibiotik seharusnya tidak bisa dibeli tanpa resep dokter, begitu pun obat-obatan lain dengan label K (obat keras).

Penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter," dia melanjutkan.

Antibiotik Harus Sesuai Aturan

Menurut Belinda, konsumsi antibiotik harus sesuai aturan dan tidak dapat dikonsumsi sembarangan.

“Jadi, untuk antibiotik itu penggunaan dosisnya, kapan minumnya, cara minumnya itu tuh harus sesuai pengawasan dokter, harus sesuai petunjuk dokter. Karena, yang namanya antibiotik itu kita melawan benda hidup, bakteri,” katanya.

Ia mencontohkan, jika seseorang mengonsumsi antibiotik dengan spektrum luas kemudian sembuh dan konsumsinya dihentikan maka dapat mengakibatkan resistensi terhadap antibiotik.

“Jadi, resistensi itu kebal, sudah enggak manjur lagi pakai antibiotik itu. Nah, ini akan repot jika suatu saat dia sakit yang butuh antibiotik tapi ternyata dia sudah resisten terhadap antibiotik lain karena sudah terbiasa minum antibiotik dengan tidak tuntas," ujarnya.

Sedang, mengonsumsi antibiotik haruslah tuntas. Misal, obat itu diminum tiga kali sehari per delapan jam, dua kali sehari per 12 jam, atau empat kali sehari per 6 jam.

“Ini kan dokter yang bisa menilai, kamu sakitnya ini, karena bakteri yang ini, jadi kamu butuh antibiotik yang ini, diminumnya sekian kali dengan dosis yang sekian, jadi enggak bisa sembarangan,” Belinda menekankan.

 

Penjelasan Apoteker

Senada dengan Belinda, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Zullies Ikawati mengatakan bahwa cefadroxil adalah salah satu jenis antibiotik yang bisa digunakan untuk indikasi infeksi.

“Jika sakit giginya disebabkan infeksi bakteri ya bisa digunakan,” kata Zullies kapada Health Liputan6.com melalui pesan teks Sabtu (1/1/2022).

Sedang, Arcoxia adalah brand name untuk etoricoxib --- salah satu jenis obat anti radang yang memiliki efek penghilang nyeri.

“Jika sakit giginya ada peradangan maka obat ini bisa dipakai. Semua obat ini adalah obat keras yang harus diperoleh dengan resep dokter,” ujarnya.

“Secara keamanan cukup aman, selama digunakan untuk indikasi yang sesuai. Lagipula penggunaannya umumnya jangka pendek. Antibiotik biasanya lima hingga tujuh hari tergantung infeksinya, antiradangnya bila perlu saja,” Zullies menambahkan.

 

 

 

 

 

Contoh Dampak Resistensi Antibiotik

Belinda juga memberi contoh dampak resistensi antibiotik. Ini dapat terjadi pada pasien yang telah mengonsumsi antibiotik sembarangan. Misalnya, pasien sakit akibat bakteri A tapi mengonsumsi obat untuk bakteri B dan dihentikan penggunaannya begitu saja.

“Nanti suatu saat kamu kena infeksi bakteri B lagi, kamu beli obat yang sama, itu akan resistensi, jadi kamu minum itu bakterinya enggak akan mati, karena bakteri yang di dalam tubuhmu itu sudah kebal sama obat itu," katanya.

“Jadi bayangannya di ring tinju kamu minum antibiotik satu dosis itu mukul bakteri sekali, bakterinya pusing. Dosis kedua bakterinya loyo, dosis ketiga bakterinya pingsan, kalau bakteri pingsan kamu enggak merasa sakit lagi terus berhenti minum, bakteri ini akan bangun lagi dengan lebih kuat,” pungkas Belinda.

Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun?

Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya