Liputan6.com, Jakarta - Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) usai anak melakukan vaksinasi COVID-19 mungkin jadi sesuatu yang kerap dikhawatirkan orangtua.
Terkait hal tersebut, Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof DR Dr Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M.TropPaed mengungkapkan bahwa KIPI merupakan hal yang wajar jika muncul usai vaksinasi.
Baca Juga
"Enggak semua orang yang divaksinasi mengalami reaksi. Namun, kalaupun muncul, reaksi itu wajar," ujar pria yang kerap disapa Prof Hinky dalam seminar media bertema IDAI Menjawab Kegalauan Masyarakat tentang Vaksin COVID-19 pada Anak belum lama ini.
Advertisement
Hinky, menjelaskan, reaksi kewajaran tersebut dilihat dari KIPI rate yang sebelumnya sudah dilakukan pengujian pada fase uji klinis. Biasanya pun yang muncul berupa nyeri pada bekas suntikan, demam, atau nyeri kepala.
Terlebih, menurut Hinky, jikapun ada KIPI yang serius, hal tersebut pasti sudah terlihat pada fase uji klinis satu hingga tiga sebelumnya.
"Kalau ada kejadian serius atau penyakit serius setelah imunisasi (vaksinasi), biasanya disebabkan bukan oleh vaksinasi," kata Hinky.
Efek KIPI lebih baik
Dalam kesempatan yang sama, Hinky juga menjelaskan bahwa virus hanya dapat bertahan hidup pada makhluk hidup, yang mana berada di dalam sel manusia.
"Virus itu memang mau bertahan hidup, untuk dapat hidup dia harus berada di makhluk hidup dalam hal ini pada sel. Kalau selnya ada antibodi, si virus itu enggak bisa hidup, enggak bisa mutasi, punah dia," ujar Hinky.
Tak hanya itu, Hinky juga mengakui bahwa meskipun antibodi juga dapat diperoleh melalui sakit atau terinfeksi COVID-19 terlebih dahulu, antibodi yang didapatkan tidaklah sebesar dari vaksinasi.
"Daripada kebal gara-gara sakit, lebih baik kebal karena divaksin kan. Kalau divaksin, kita sudah lihat KIPI-nya. Tapi kalau sakit dulu, kita enggak tahu apa radang paru, sesak, atau masuk ICU dulu," kata Hinky.
Advertisement