Pandemi COVID-19 Tingkatkan Risiko Obesitas

Dengan tingginya frekuensi kegiatan online, tingkat kasus obesitas pun juga ikut meningkat

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jan 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi obesitas.
Ilustrasi obesitas. (dok. Jarmoluk/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta Selama masa pandemi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam mencegah penyebaran COVID-19 di indonesia. Salah satunya dengan menerapkan kebijakan Work from Home (WFH), yang mewajibkan segala aktivitas dilakukan dari rumah. 

Kebijakan ini pun secara tidak langsung menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat dan meningkatnya kasus obesitas di Indonesia.

Mengapa demikian? Hal ini turut disebabkan oleh pola kebiasaan makan yang diikuti dengan kurangnya aktivitas fisik selama mereka di rumah, jelas Zuly Farhaendy SGz dari RSPI Sulianti Saroso.

"Ini terjadi karena orang cenderung menjadi lebih pasif dan tidak banyak bergerak saat WFH. Sehingga makanan yang tadinya seharusnya menjadi energi, tidak tersalurkan dan disimpan dalam tubuh sebagai cadangan lemak," terangnya pada Live Instagram @radiokesehatan, Rabu (26/1/2022).

Tak hanya itu, obesitas juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan, terutama ketika usia semakin menua.


Efek Samping dari Obesitas pada Kesehatan

Tak hanya menjadi mudah merasa lelah hingga berkeringat, Zuly juga menjelaskan bahwa obesitas dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Yaitu kondisi kesehatan yang terjadi akibat memburuknya suatu jaringan atau organ seiring waktu.

"Menurut penelitian, berat badan yang berlebih dapat menyebabkan tekanan darah meningkat," kata Zuly. Hal ini terjadi karena jantung secara otomatis harus memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh. Dan komplikasi ini dapat menjalar menjadi penyakit jantung dan stroke akibat terjepitnya pembuluh darah.

Obesitas juga dipercaya dapat meningkatkan 80 – 85% risiko terhadap diabetes tipe 2 karena diakibatkan oleh fungsi sel yang bertugas merespons insulin terganggu, jelas Zuly.

Selain itu, risiko terhadap osteoarthritis bisa meningkat karena obesitas atau kegemukan. Pasalnya, berat badan berlebih bisa memberikan ekstra tekanan pada sendi dan tulang rawan. Dan menyebabkan beban tersebut mendorong pelepasan senyawa kimia yang dapat menyebabkan kerusakan sendi.


Cara Mengetahui Seseorang Mengalami Obesitas

Cara termudah untuk mengetahui apakah seseorang mengalami obesitas atau tidak adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh, sebut Zuly. Dimana:

  • Bila hasil nilai BMI dibawah 18.5 itu artinya berat Anda dibawah standar atau terlalu kurus.
  • Bila nilai BMI 18.5 – 22,9 berarti berat badan Anda normal
  • Bila nilai BMI ≥ 23,0 berarti Anda memiliki berat badan lebih.Nilai BMI 23,0 – 24,9 berarti Anda berisiko mengalami obesitas

"Atau Anda dapat mencoba melakukan pengukuran lingkar pinggang Anda," kata Zuly. Lemak biasanya berada di sekitar pinggang atau perut.

Wanita dengan lingkar pinggang lebih dari 88 cm dan laki-laki lebih dari 102 cm memiliki kemungkinan lebih besar terhadap berbagai penyakit dibanding yang memiliki ukuran pinggang lebih kecil.

Reporter: Lianna Leticia

 


Infografis Obesitas

Infografis Obesitas
Arya Permana, salah satu contoh kasus obesitas yang mengkhawatirkan (liputan6.com/Tri yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya