Belum Vaksin Booster karena Takut Sakit Disuntik? Jangan Ragu untuk Coba Cara Satu Ini

Capaian vaksinasi booster COVID-19 di Indonesia masih rendah. Sebagian masyarakat merasa bahwa imunitasnya masih kuat, sebagian lagi mungkin merasa takut untuk disuntik.

oleh Diviya Agatha diperbarui 05 Jul 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2022, 16:00 WIB
FOTO: Pedagang Pasar Tanah Abang Jalani Vaksinasi Booster COVID-19
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin booster COVID-19 kepada seorang pria di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Senin (4/4/2022). Vaksinasi yang diselenggarakan Polri ini diikuti warga sekitar dan pedagang Pasar Tanah Abang yang berencana mudik Lebaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Saat ini, capaian vaksinasi booster COVID-19 di Indonesia masih terbilang rendah. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada Senin, 4 Juli 2022, baru 51 juta atau sekitar 24,5 persen rakyat Indonesia yang melakukannya.

Padahal vaksinasi jadi salah satu cara paling efektif untuk melindungi diri dari COVID-19. Vaksin booster pun nantinya akan menjadi syarat untuk mengikuti kegiatan berskala besar dan pelaku perjalanan.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Airlangga menyebutkan, rata-rata capaian vaksinasi pada banyak provinsi di Indonesia masih berada dibawah 20 persen.

"Tentunya dosis ketiga ini akan dipersyaratkan untuk berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak dan juga untuk berbagai perjalanan," ujar Airlangga dalam Rapat Terbatas Evaluasi PPKM di Kantor Presiden pada Senin, 4 Juli 2022.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin turut mengungkapkan bahwa capaian vaksinasi booster di Indonesia memang masih rendah.

Menurut Budi, hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat berpikir bahwa imunitasnya masih kuat lantaran sudah divaksinasi dua kali sebelumnya. Padahal data menunjukkan bahwa antibodi manusia akan menurun enam bulan usai pemberian vaksinasi dosis kedua.

"Jadi jauh lebih baik, jauh lebih siap, jauh lebih waspada kalau kita juga segera melakukan vaksinasi booster apalagi kalau sudah enam bulan dari dosis kedua diberikan," ujar pria yang akrab disapa BGS tersebut.

"Hati-hati itu tidak ada buruknya. Disuntik itu apa sih, kalau saya sih mending disuntik daripada dicolok PCR karena hidungnya kan enggak enak sekali. Suntik ini kan sekali dalam enam bulan. Kita lakukan ini untuk kehati-hatian dan akan sangat jauh bermanfaat," kata Budi.

Atasi Takut Disuntik Vaksin COVID-19

Tak dapat dipungkiri, persoalan takut disuntik memang telah terjadi sejak pemberian vaksinasi dosis pertama dan kedua. Kini, pada pemberian vaksin COVID-19 dosis ketiga (booster) hal tersebut juga masih terjadi pada beberapa orang.

Banyak masyarakat yang merasa anti pada jarum dan merasa begitu tegang saat hendak disuntik. Padahal, ada lho cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi rasa sakit saat disuntik.

Cara tersebut adalah dengan menarik atau menahan napas. Anda pun mungkin sudah tak asing lagi dengan anjuran tersebut. Namun tahukah Anda mengapa hal tersebut hampir selalu dianjurkan oleh para petugas kesehatan?

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pain medicine dan dilakukan oleh Gustavo Reyes del Paso dari University of Jaén di Spanyol menemukan bahwa ketika seseorang stres, tekanan darah akan naik mengisi otak atau anggota tubuh lainnya.

Proses tersebut akan terjadi ketika Anda berada dalam mode melawan atau ingin melarikan diri dari pemicu stres. Seperti saat disuntik, misalnya. 

Penurunan Kepekaan pada Rasa Sakit

Sedangkan ketika seseorang menahan napas, pembuluh darah di paru-paru akan mengirimkan sinyal ke otak untuk meredam sistem saraf, yang mana akan berujung pada penurunan kepekaan terhadap rasa sakit.

Gustavo menemukan bahwa menahan napas mungkin menjadi respons alami tubuh terhadap ekspektasi pada rasa sakit. Sebelumnya, ia melakukan percobaan untuk meremas kuku 38 orang yang menahan napas selama 5 detik.

Tes tersebut diulangi pada para partisipan dengan tidak menahan napas. Hasilnya, kedua teknik tersebut memang masih memberikan sensasi rasa sakit. Hanya saja, rasa sakit lebih sedikit dirasakan saat mereka menahan napas.

"Beberapa sukarelawan kami memberi tahu bahwa mereka sudah melakukan ini ketika mereka kesakitan,” ujar Gustavo seperti mengutip laman News Scientist pada Selasa, (5/7/2022).

Lebih lanjut Gustavo mengungkapkan bahwa teknik tersebut mungkin tidak berhasil untuk mengatasi jari kaki yang tersandung atau cedera yang tidak terduga. Hal tersebut lantaran teknik satu ini mungkin hanya bisa dilakukan sebelum rasa sakitnya muncul.

Dianjurkan dalam Proses Melahirkan

Dr Richard Chapman di University of Utah mengungkapkan bahwa teknik tersebut juga mungkin untuk dilakukan ketika seseorang mengalami rasa sakit yang akut.

"Ada kemungkinan bisa dilatih pada orang yang mengalami rasa nyeri akut, seperti saat melahirkan misalnya. Fungsinya untuk mengontrol rasa sakit mereka dengan menahan napas," ujar Richard.

Di sisi lain, menahan napas juga diketahui dapat membuat seseorang menegangkan ototnya, yang mungkin membuat beberapa kondisi yang menyakitkan menjadi lebih buruk.

Sehingga menurut Dr Anne Murphy dari Georgia State University, pengurangan rasa sakit memang bisa terjadi. Hanya saja penting untuk mengatur ekspektasi lantaran menahan napas hanya bisa berkontribusi sedikit dalam pengurangan rasa sakit.

Penting pula untuk mengingat bahwa rasa sakit akibat bekas suntikan biasanya akan segera mereda dalam hitungan hari. 

Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya