Ini Dugaan Penyebab Sindrom Tourette yang Buat Pasiennya Bertindak di Luar Kendali

Hingga kini, penyebab sindrom Tourette belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa hal yang diduga berkontribusi.

oleh Diviya Agatha diperbarui 30 Agu 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi otak
Ilustrasi otak/dok. Unsplash Robina

Liputan6.com, Jakarta Tourette Syndrome atau sindrom Tourette merupakan gangguan saraf yang menyebabkan seseorang dapat bertindak atau mengucapkan sesuatu di luar kendali. Hingga kini, penyebabnya pun belum diketahui secara pasti.

Namun para ahli berpendapat bahwa terdapat beberapa hal yang diduga berkontribusi dalam terjadinya sindrom Tourette. Sejauh ini, sindrom Tourette masih dikaitkan dengan berbagai bagian dalam otak termasuk area yang disebut ganglia basal.

"Ganglia basal merupakan bagian pada otak yang dapat mengontrol gerakan tubuh. Perbedaan pada bagian tersebut dapat memengaruhi sel-sel saraf dan sinyal yang membawa pesan pada otak," ujar penulis di bidang kesehatan Stephanie Watson mengutip WebMD, Selasa (30/8/2022).

Menurut Stephanie, dokter belum mengetahui secara persis apa yang menyebabkan masalah pada otak. Kemungkinan penyebabnya adalah genetik dan hal-hal lain di luar hal tersebut.

"Orang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat sindrom Tourette lebih mungkin untuk terkena. Tetapi orang-orang dalam keluarga yang sama pun mungkin memiliki gejala yang berbeda," kata Stephanie.

Begitupun menurut keterangan yang ada pada laman KlikDokter. Faktor multifaktorial yang menyebabkan sindrom Tourette adalah genetik. Selain itu, kondisi dimana senyawa kimiawi dalam otak yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan hormon dopamin dan serotonin di otak juga berperan.

Bahkan, faktor lingkungan seperti tekanan pada masa kanak-kanak, paparan rokok saat kehamilan, dan stres bisa ikut berkontribusi pada sindrom Tourette.

Gangguan Saat Kehamilan

Ilustrasi Kehamilan
Ilustrasi kehamilan. (dok. Unsplash.com/@by_syeoni)

Selain faktor-faktor di atas, kurangnya asupan oksigen saat kehamilan yang menyebabkan kondisi hipoksia pada janin dan infeksi menjadi faktor lainnya yang diduga berkontribusi pada sindrom Tourette.

Sindrom Tourette sendiri dapat menyebabkan tic motorik yang berulang seperti kedipan mata, mengangkat bahu, tiba-tiba menangis, atau menggeleng-gelengkan kepala.

Sedangkan sindrom Tourette yang berat dapat menyebabkan pasiennya menirukan gerakan orang lain. Gangguan tic secara vokal atau verbal juga bisa terjadi.

Tic merupakan gerakan atau ucapan berulang yang dilakukan di luar kendali. Umumnya, sindrom Tourette diawali pada masa kanak-kanak yakni usia 4-6 tahun. Tingkat keparahannya biasa terjadi pada usia 10-15 tahun.

Berdasarkan data yang ada, prevalensi sindrom Tourette lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Lebih dari 100 ribu orang di Amerika Serikat pernah tercatat mengalami sindrom Tourette dengan gejala parah.

Menurut pemaparan lanjutan dari laman Klikdokter, terjadinya sindrom Tourette sebenarnya tidak hanya melibatkan adanya kelainan pada saraf. Melainkan dapat memengaruhi kejiwaan pasiennya.

Bagian Tersulit dalam Menghadapi Sindrom Tourette

Ilustrasi sedih, kecewa, malas
Ilustrasi sedih, kecewa, malas. (Photo by Aleksandra Sapozhnikova on Unsplash)

Sindrom Tourette dapat kambuh pada waktu-waktu yang tak terduga. Itulah mengapa menurut para ahli, seringkali bagian tersulit dalam menghadapi sindrom Tourette adalah rasa malu atau frustasi atas tic yang tidak dapat dikendalikan.

Kabar baiknya, masih ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para pasien sindrom Tourette. Mengutip WebMD, berikut diantaranya.

  1. Mencari dukungan: Keluarga, teman, tim perawat, atau teman-teman yang dapat mendukung Anda dapat membantu Anda menghadapi tantangan sindrom Tourette.
  2. Berusahalah tetap aktif: Olahraga, melukis, atau kegiatan lainnya yang positif dianggap dapat mengalihkan atau membantu. Kegiatan tersebut dapat menjauhkan Anda untuk menghindari gejala.
  3. Santai: Membaca buku, mendengarkan musik, bermeditasi, atau melakukan yoga. Aktivitas ringan yang Anda nikmati lainnya dapat memerangi stres yang dapat menyebabkan tic.
  4. Mempelajari lebih dalam: Mengetahui segala hal tentang kondisi satu ini dianggap dapat membantu Anda untuk memahami lebih jauh soal sindrom Tourette. Sehingga Anda dapat lebih mengetahui apa yang harus dilakukan.

Pengobatan untuk Sindrom Tourette

Konsultasi ke Psikolog
Ilustrasi konsultasi (Sumber foto: Pexels.com).

Pada beberapa pasien dengan sindrom Tourette ringan, tic tidak perlu diobati. Namun ada terapi perilaku yang dapat membantu untuk membuat kondisi menjadi lebih baik.

Terapi tersebut dapat dilakukan untuk mengembalikan kebiasaan. Serta bagaimana mengendalikan tic yang datang di kemudian hari.

Seorang psikolog atau konselor juga dapat membantu Anda untuk mempelajari cara menangani masalah sosial yang mungkin disebabkan oleh sindrom Tourette dan gejala lainnya.

Sedangkan obat-obatan juga dapat dipilih jika memang pasien mengalami sindrom Tourette secara berat berdasarkan anjuran dokter.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya