Liputan6.com, Jakarta Pada 8 - 10 September 2022 di Bali diselenggarakan "the 4th Indonesia Tuberculosis International Meeting (INA-TIME)". Acara dibuka dengan sambutan Menteri Kesehatan, DirJen P2P Kemenkes, Wakil Gubernur Bali dan Rektor / Dekan FK Universitas Udayana, seperti foto pembukaan resmi terlampir.
Area pembahasan dalam INA-TIME kali ini meliputi:
Baca Juga
a.l. kesiapan kolaborasi untuk eliminasi tuberkulosis (TB), berbagai determinasi TB (a.l rokok & TB), keterlibatan praktisi swasta dan juga peran penting riset. Saya menyampaikan pembahasan tentang Riset Operasional Tuberkulosis.
Advertisement
Ada lima hal yang saya sampaikan pada INA-TIME ini.
Pertama, beberapa pengertian riset operasional TB, yang pada dasarnya berupa riset yang memberi dampak langsung pada program pengendalian TB di negara/daerah penelitian.
Kedua, berbagai ruang lingkup yang dapat meliputi aspek epidemiologik, klinik, ilmu dasar, prrogram di masyarakat, sosial ekonomi, "pandemic preparedness". Juga saya bicarakan tentang bagaimana membuat dan menganalisa "scoring system" nya untuk menetukan prioritas.
Ketiga, beberapa kebijakan global baru TB, seperti pengobatan empat bulan, pentingnya skrining, upaya mendapatkan vaksin baru, dll.
Â
TB Harus Menjadi Perhatian Penting
Kelima sebagai penutup saya sampaikan tiga hal.
Kesatu, walaupun sekarang kita dalam pandemi COVID-19 tetapi TB tetap harus mendapat perhatian penting, apalagi karena Indonesia merupakan negara dengan peringkat TB ke tiga tertinggi di dunia.Â
Kedua karena Presiden dalam PerPres 67/2021 sudah mencanangkan eliminasi TB pada 2030.
Ketiga, target antara pencapaian program TB kita yang harusnya dapat di capai pada 2022 nampaknya belum akan tercapai. Target itu a.l adalah penurunan insiden 20%, cakupan pengobatan 90%, angka kesembuhan 90% serta cakupan terapi pencegahan kontak serumah 48%.
Semoga INA-TIME 2022 ini dapat memberi peran penting untuk Indonesia dapat lebih baik menangani tuberkulosis bagi kesehatan bangsa.
Â
Â
** Penulis Adalah Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI / Guru Besar FKUI Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kabalitbangkes
Advertisement