Berbeda dengan Stres, Ini Fakta tentang Gangguan Kecemasan yang Perlu Diketahui

Apa itu gangguan kecemasan? Apa perbedaannya dengan stres? Bagaimana Anda tahu memiliki gangguan kecemasan?

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Nov 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi stres
Ilustrasi stres. (Sumber foto: unsplash.com/Francisco Moreno)

Liputan6.com, Jakarta - Berurusan dengan gangguan kecemasan bisa benar-benar membingungkan. Hal ini berlaku bagi seseorang yang baru saja didiagnosis dengan gangguan kecemasan, maupun yang telah hidup dengan kondisi tersebut untuk waktu yang lama.

Bahkan, orang-orang yang telah hidup dengan kondisi seperti gangguan kecemasan umum hingga gangguan stres pasca-trauma (PTSD) selama bertahun-tahun masih diliputi beragam pertanyaan tentang gangguan kesehatan mentalnya, cara mengatasinya, serta gejala kecemasan baru yang tampaknya muncul.

Beberapa fakta mengenai gangguan kecemasan yang belum Anda ketahui sebelumnya menurut situs Bustle, yaitu:

1. Gangguan Kecemasan Berbeda dengan Stres

Merasa gugup atau khawatir adalah respons yang benar-benar normal terhadap stres, tetapi kecemasan adalah gangguan kesehatan mental kronis yang dapat melemahkan fungsi tubuh.

Namun, seringkali keduanya dianggap sama—bahkan oleh orang yang mengalaminya—karena gejala yang tumpang tindih seperti kegelisahan, ketegangan, tekanan darah tinggi, sakit kepala, dan kehilangan tidur, menurut wakil presiden penjangkauan klinis untuk Newport Academy—sebuah fasilitas perawatan kesehatan mental remaja—Kristin Wilson, MA, LPC.

Meskipun demikian, ada perbedaan mencolok antara stres dan gangguan kecemasan.

"Umumnya, stres adalah reaksi terhadap tekanan atau ancaman, yang berarti respons terhadap penyebab eksternal, seperti tenggat waktu meepet di tempat kerja atau bertengkar dengan teman, dan biasanya mereda setelah situasi terselesaikan," kata Wilson.

"Sebaliknya, gangguan kecemasan ditandai dengan perasaan takut, khawatir, atau gelisah terus-menerus yang biasanya tidak berakhir bahkan setelah kekhawatiran berlalu.

2. Gangguan Kecemasan Seringkali Luput dari Perhatian

Ilustrasi Stres
Ilustrasi stres. (Gambar oleh Holger Langmaier dari Pixabay)

Kecemasan ada dalam berbagai tingkatan, kadang-kadang ke titik di mana ia mungkin luput dari perhatian jika Anda tidak tahu apa yang harus dicari.

"Kecemasan tingkat rendah atau 'tersembunyi' mungkin tidak secara signifikan mengganggu fungsi kemampuan Anda," kata psikolog klinis berlisensi di The Psychology Group Fort Lauderdale Dr. Jamie Long, Psy.D.

"Meskipun demikian, penting untuk mengenali tanda-tandanya karena hidup dalam rasa tegang yang tinggi berbahaya bagi kesehatan Anda dalam jangka panjang," katanya.

"Mengenali tanda-tanda peringatan dini kecemasan sebelum memburuk dan akhirnya mengganggu fungsi sehari-hari juga bisa membantu."

Tanda-tanda peringatan dini ini dapat mencakup kegugupan, peningkatan denyut jantung, kesulitan tidur, kekhawatiran terus-menerus, dan kesulitan berkonsentrasi.

3. Terapis Pertama Belum Tentu Cocok

Menemukan terapis yang cocok dengan Anda bisa menjadi langkah besar menuju kesembuhan ketika Anda hidup dengan gangguan kecemasan.

"Ketika harus memilih terapis, orang seringkali merasa harus berkonsultasi dengan praktisi pertama yang ditemui," kata pelatih utama dan pemimpin desain program di BetterUp Sarah Greenberg.

"Jika rasanya cocok, bagus! Jika tidak, penting untuk mengetahui bahwa tidak apa-apa untuk terus mencari."

4. Gangguan Kecemasan Dapat Diobati

Ilustrasi stres
Ilustrasi stres. Sumber foto: unsplash.com/Nik Shuliahin.

Ketika Anda pertama kali didiagnosis dengan gangguan kecemasan, tidak apa-apa untuk merasa takut, kewalahan, atau tidak yakin bagaimana ke depannya.

Untungnya, psikolog klinis berlisensi dan penulis Freedom from Anxious Thoughts and Feelings: A Two-Step Mindfulness Approach for Moving Beyond Fear and Worry Dr. Scott Symington, Ph.D. mengatakan, gangguan kecemasan adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling dapat diobati, dan ada serangkaian perawatan berbasis bukti yang sangat efektif dalam mengurangi gangguan kecemasan.

Dengan tim profesional kesehatan mental yang tepat, lebih dari mungkin untuk mengelola gangguan kecemasan Anda dengan perawatan seperti terapi perilaku kognitif (CBT), pendekatan pikiran-tubuh, dan obat resep.

5. Gangguan Kecemasan Tiap Orang Berbeda

Meskipun gangguan kecemasan adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling umum di dunia, ganggaun kecemasan yang dialami tiap orang unik.

"Ada begitu banyak faktor yang saling terkait yang memengaruhi pengalaman Anda, dan dengan demikian jalan Anda ke depannya," kata Greenberg.

"Saya mewaspadai pendekatan perawatan 'satu ukuran untuk semua', dan sebaliknya lebih menyukai pendekatan yang mempertimbangkan penelitian penting selama beberapa dekade dari ilmu sosial, serta nuansa yang membuat perjalanan setiap orang unik."

6. Kecemasan Bukanlah Pilihan

Ilustrasi stres
Ilustrasi stres. (Gambar oleh Hieu Van dari Pixabay)

Ketika Anda pertama kali didiagnosis dengan gangguan kecemasan, pasti akan ada beberapa orang yang berkata dengan tegas "kebahagiaan adalah pilihan."

"Para ahli sepakat bahwa penyebab (gangguan kecemasan) adalah kombinasi dari alam (genetika) dan pengasuhan (pengalaman hidup)," kata Greenberg.

Faktanya, sebuah studi tahun 2010 yang dilakukan oleh para peneliti di Johns Hopkins Children's Center menemukan, anak-anak yang memiliki orang tua dengan kecemasan akan lebih cemas.

7. Setiap Orang Butuh Terapi yang Berbeda

Tidak diragukan lagi bahwa menemui terapis secara teratur dapat membuat gangguan kecemasan Anda jauh lebih mudah dikelola. Namun, terapi bicara tradisional mungkin bukan pendekatan yang tepat untuk semua orang.

Jika sadar sesi Anda tidak seproduktif yang diinginkan, tanyakan kepada terapis apakah akan membantu jika mencoba perawatan dengan sisi kreatif, seperti terapi seni, terapi gerakan, atau terapi musik.

"Perawatan membuahkan hasil, tetapi ini bukan jalan yang sederhana," kata seorang terapis berlisensi di Talkspace Amy Cirbus.

Tidak semua orang bisa sembuh dengan model terapi yang sama.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya