Durasi Menstruasi Normal, Tetapkah Aman Jika Hanya Berlangsung Selama 2 Hari?

Tiap wanita punya siklus maupun durasi menstruasi yang berbeda-beda. Anda pun mungkin kebingungan mana yang masuk kategori durasi menstruasi normal.

oleh Diviya Agatha diperbarui 21 Des 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 21 Des 2022, 06:00 WIB
Mengganggu Jadwal Menstruasi
Ilustrasi Menstruasi Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Tiap wanita punya siklus maupun durasi menstruasi yang berbeda-beda. Ada yang perlu menjalaninya dua hari, empat hari, lima hari, bahkan lebih dari tujuh hari. Anda pun mungkin kebingungan mana yang masuk kategori durasi menstruasi normal.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS EMC Sentul, Ruswantriani mengungkapkan bahwa durasi menstruasi yang masuk kategori normal berlangsung selama dua hingga delapan hari.

"Dua sampai delapan hari itu sebenarnya normal," ujar dokter yang akrab disapa Tria dalam acara Healthy Monday bersama Liputan6.com dan EMC Healthcare ditulis Selasa, (20/12/2022).

Tria menjelaskan, memahami durasi maupun siklus menstruasi menjadi cara paling mudah untuk memeriksakan kondisi kesehatan reproduksi wanita. Cara itu bisa dilakukan secara mandiri dengan mengingat lebih dulu bagaimana siklus menstruasi berlangsung setiap bulannya.

Hal tersebut lantaran menstruasi menjadi hal yang sudah pasti terjadi pada wanita kecuali sedang hamil, menyusui, minum obat penunda haid, menopause, atau kondisi kesehatan lainnya. Sehingga, jika hendak mengetahui kondisi kesehatan reproduksi, maka mulailah dengan siklus menstruasi.

"Mulailah biasakan dulu mencatat waktu menstruasi kita. Biasakan mencatat kapan hari pertama kita menstruasi. Dari sana, mulai ketahuan kalau memang kita siklusnya enggak teratur. Artinya, enggak setiap bulan atau malah terlalu sering," ujar Tria.

"Siklus haid yang normal itu adalah hari pertama datang haid jaraknya ke hari pertama datang haid bulan berikutnya adalah 21-35 hari. Jadi kadang-kadang akan maju mundur, tapi selama masih kisaran itu normal."

Siklus Menstruasi hingga Keputihan Bisa Jadi Tanda

Ilustrasi haid, menstruasi, datang bulan
Ilustrasi haid, menstruasi, datang bulan. (Photo by Annika Gordon on Unsplash)

Saat menyadari siklus menstruasi berlangsung terlalu cepat atau terlalu lambat, maka dari sana sebenarnya bisa diketahui ada yang sedang tidak beres pada tubuh atau alat reproduksi Anda.

Selain itu, memeriksakan kondisi kesehatan reproduksi secara mandiri pun dapat dilakukan dengan memerhatikan keluhan yang muncul. Salah satunya berkaitan dengan keputihan. Tria menjelaskan, keputihan terbagi menjadi dua yakni normal dan tidak normal.

Keputihan yang normal biasanya akan muncul menjelang periode menstruasi, sesudah menstruasi, atau menjelang masa subur. Keputihan normal sendiri tidak seharusnya menimbulkan bau busuk, perubahan warna, maupun rasa gatal.

"Masa subur itu kira-kira dua minggu dari pertama haid, itu biasanya akan keputihan. Tapi kalau memang keputihannya sudah gatal, berbau, berubah warna, kita mesti aware. Bau busuk, itu kita mesti curiga ini ada sesuatu. Pergilah ke dokter untuk periksa," kata Tria.

Keputihan yang Disebabkan oleh Jamur

7 Macam Bau Vagina dan Artinya Bagi Kesehatan Reproduksi Wanita
Macam bau vagina dan artinya untuk kesehatan reproduksi wanita. (pexels/cliffbooth).

Sedangkan keputihan yang tidak normal atau tidak sehat salah satunya bisa disebabkan oleh jamur. Keputihan yang diakibatkan oleh jamur tersebut memiliki tanda yang khas.

Menurut Tria, tanda itu berupa gatal di area vagina. Serta, dapat dilihat berdasarkan warna dan teksturnya yang menyerupai susu putih yang berkerak.

"Itu biasanya ada keluhan gatal, karena itu khas keputihan karena jamur. Bentuknya seperti kerak-kerak susu basi. Jadi memang kalau (mengalami keputihan) yang konsistensinya berubah, sebaiknya juga diperiksakan," ujar Tria.

Lebih lanjut Tria mengungkapkan pentingnya memeriksakan apakah ada benjolan di sekitar perut maupun kemaluan. Hal tersebut lantaran benjolan juga bisa menjadi tanda terkait adanya masalah pada alat reproduksi wanita.

"Ada benjolan enggak di perut kita? Kadang kita sudah concern ada benjolan (di perut) atau di bibir kemaluan, itu juga memang harus diperiksakan," kata Tria.

Segera Konsultasi Bila Ada Keluhan

Ilustrasi dokter
Ilustrasi dokter. (Copyright foto: Pexels.com/Pixabay)

Sehingga Tria menyarankan, apapun keluhan terkait kesehatan reproduksi yang muncul sebaiknya dikonsultasikan pada dokter. Sebaiknya para wanita tetap pergi ke dokter kandungan secara rutin meskipun sedang tidak hamil.

"Keluhan-keluhan yang dirasakan enggak nyaman, itu lebih baik diperiksakan. Kadang-kadang orang itu kalau pergi ke dokter kandungan itu pas hamil saja. Kalau sudah enggak hamil, dia malas pergi ke dokter kandungan," ujar Tria.

"Padahal urusannya bukan hanya hamil. Urusan lain juga ada untuk kesehatan alat reproduksi perempuan lainnya," tambahnya.

Di samping itu, jangan lupa pula untuk tetap menjaga kebersihan vagina dengan tepat. Merawat vagina cukup dilakukan layaknya kebersihan sehari-hari. Mulai dari penggunaan celana dalam yang tepat hingga membasuhnya dengan air.

"Gunakan pakaian dalam yang memang kita sarankan bahannya adalah katun. Ganti, jangan biarkan lembab. Kemudian kalau cebok, dikeringkan. Arah ceboknya dari depan ke belakang. Sudah, itu saja," kata Tria.

Infografis Dokter Berguguran di Medan Tempur Covid-19
Infografis Dokter Berguguran di Medan Tempur Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya