Liputan6.com, Jakarta Kemajuan penanganan kanker di Indonesia memang terlihat, tapi masih banyak masyarakat yang belum dapat mengakses layanan kanker.
“Akibatnya, angka kematian akibat kanker masih tinggi,” kata dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi RS Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Semanggi, Jeffry Beta Tenggara dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com Selasa, (7/2/2023).
Baca Juga
Empat faktor yang membuat masyarakat belum mengakses layanan kanker adalah:
Advertisement
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara reguler
- Rasa takut melakukan skrining
- Keterbatasan masyarakat dari sisi finansial untuk melakukan skrining kanker
- Kurangnya tenaga ahli.
Padahal, kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, dengan hampir 10 juta kematian terjadi pada tahun 2020.
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2022, angka kejadian penyakit kanker di Indonesia sebesar 136 orang per 100.000 penduduk. Berada pada urutan ke-8 di Asia Tenggara.
Angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 orang per 100.000 penduduk. Diikuti kanker leher rahim sebesar 23 orang per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 14 orang per 100.000 penduduk.
Sedangkan untuk laki-laki, angka kejadian tertinggi di Indonesia adalah kanker paru yaitu sebesar 19 orang per 100.000 penduduk dengan rata[1]rata kematian 11 orang per 100.000 penduduk. Diikuti dengan kanker hati sebesar 12 orang per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 8 orang per 100.000 penduduk.
Kanker Payudara
Dari segi jenisnya, kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak ditemukan di dunia seperti halnya di Indonesia.
Data Kemenkes menunjukkan, sebesar 70 persen pasien kanker payudara telah memasuki stadium 3 saat terdeteksi. Padahal, prognosis kemungkinan hidup pasien kanker payudara rata-rata dalam 5 tahun bisa mencapai 90-95 persen pada stadium 1, 70-75 persen pada stadium 2, serta 10-25 persen pada stadium 3 dan 4.
“Angka ini menunjukkan pentingnya deteksi dini untuk dilakukan oleh setiap individu,” kata Ketua Breast Cancer Care Alliance (BCCA) Dr. dr. Samuel J. Haryono, Sp.B (K) Onk dalam keterangan yang sama.
Advertisement
BCCA
Tingginya angka kanker payudara di Indonesia merupakan dasar pendirian Breast Cancer Care Alliance (BCCA) di RS Siloam.
Ini adalah pusat untuk menghadirkan layanan terjangkau bagi pasien yang mencari perawatan kanker payudara.
BCCA menyediakan layanan komprehensif seputar penanganan kanker payudara mulai dari tim dokter multidisiplin, kedokteran nuklir, onkologi radiasi, dan klinik paliatif.
Klinik paliatif bertujuan memberikan pendampingan kepada pasien agar tetap aktif hidup dan bermartabat hingga akhir hidupnya, demikian pula keluarga sebagai support system. Ada pula tumor board discussions yang rutin diadakan mingguan oleh tim multidisiplin untuk membahas kasus-kasus kanker, terutama kasus kanker yang sulit.
Kampanye SELANGKAH
Sejalan dengan tema Hari Kanker Sedunia 2023 “Close the Care Gap”, Siloam Hospitals menginisiasi kampanye SELANGKAH (SEmangat LAwan KAnker) yang dilakukan melalui beberapa kegiatan, yaitu:
- SELANGKAH untuk akses medis dengan menjangkau 25.000 wanita melalui deteksi dini kanker payudara gratis (USG dan mamografi) di seluruh Indonesia. Selain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, hal ini juga bertujuan untuk mendeteksi kasus lebih awal sehingga penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan mendapatkan survival rate yang lebih baik.
- SELANGKAH untuk edukasi kepada masyarakat umum akan pencegahan, pengenalan dini dan pengobatan penyakit kanker yang akan dilakukan melalui radio talk show, podcast, dan media sosial.
- SELANGKAH untuk meningkatkan kompetensi dengan penyelenggaraan oncology summit sebagai wadah pembelajaran dan sharing knowledge antar dokter spesialis onkologi.
“Melalui peringatan Hari Kanker Sedunia 2023, kami berharap kita semua dapat mengambil peran dan langkah untuk memastikan gap atau kesenjangan terhadap penanggulangan kanker dapat ditutup sehingga setiap individu bisa mengakses layanan kanker serta mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan, ujar dr. Edy Gunawan, Chief Operating Officer RS MRCCC Siloam Semanggi.
Advertisement