Diet Hanya dengan Sarapan Buah, dr Tan Shot: Manusia Kok Kayak Marmut

Hanya makan buah di waktu sarapan kala sedang melakukan diet tentu saja tidak disarankan

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 06 Mar 2023, 10:06 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2023, 06:00 WIB
buah melon
ilustrasi buah melon/Image by Jill Wellington from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Beberapa orang termasuk yang sedang diet cenderung meyakini bahwa sarapan cukup dengan buah saja. 

Namun, hal ini tidak dibenarkan oleh dokter gizi komunitas, Tan Shot Yen lantaran sarapan adalah hal yang penting bagi tubuh karena merupakan energi untuk mengawali hari.

"Sarapan adalah start of the day, Indonesia ini banyak sekali salah kaprah, banyak aliran-aliran di luar sana yang mengatakan kalau pagi-pagi sarapannya buah doang. Itu sesat paling ujung, lah kok manusia makannya kayak marmut," ujar Tan dalam Talk Show Obesitas bersama Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) di Jakarta, Sabtu (4/3/2023).

Dia menegaskan bahwa sarapan dengan buah saja adalah hal yang tidak benar, tidak seperti hewan herbivora, manusia membutuhkan protein dan karbohidrat.

"Sebab kalau Anda hanya makan pisang sama apel, kira-kira jam 10.30 ngapain? Pesan makanan online," katanya

Makan Pokok Tiga Kali Tak Bikin Obesitas

Tan pun mengingatkan, yang membuat orang obesitas bukanlah makanan pokok tiga kali sehari, tapi yang di luar itu.

Ada pula orang yang tidak sarapan sama sekali tapi di samping itu ia tetap nyemil makanan ringan seperti snack bar. Dalam beberapa iklan, snack bar ini digambarkan sebagai camilan sehat.

“Walau di tulisannya disebut healthy bar, tapi di dalamnya ada produk industri seperti high fructose corn syrup, it’s a big no. Itu bukan makanan utuh, hanya produk industri yang memberimu kesenangan tanpa arti apa-apa lagi," ujarnya.

Jaga Pola Makan

Sebelumnya, ia memberikan tips menjaga pola makan tetap terjaga salah satunya dengan menghilangkan kata “Diet.”

“Pertama hilangkan kata diet, sebetulnya diet itu bahasa aslinya adalah pola makan, tapi dietnya orang Indonesia itu seolah membatasi, mengurangi, enggak makan. Hilangkan kata diet, so saya selalu katakan, Anda makan yang Anda butuh,” kata Tan.

Dengan kata lain, tidak memakan segala hal hanya karena suka, tapi badan tidak butuh.

“Orang pintar, dia makan yang dia butuh, doyan bisa disetel kan, makanya itu pentingnya literasi, Alhamdulillah banget kita berada di tahun literasi. Literasi menandakan antara nafsu dengan akal sehat itu sudah nyambung. Kalau nafsu dan akal sehat enggak nyambung ya sudah you driven by the nafsu,” kata Tan.

Tubuh Tak Butuh Gula Rafinasi

Tan memberi contoh, tubuh membutuhkan gula, tapi bukan dari karbo simpleks, bukan gula rafinasi. Yang dibutuhkan adalah karbo. Asupan karbo dalam tubuh akan diolah menjadi gula darah.

“Kamu butuhnya protein bukan asam amino, tapi dalam badan kamu dari protein akan dipecah menjadi asam amino lalu disusun lagi jadi protein yang kamu butuhkan. Kita enggak pernah makan asam lemak, kita makannya lemak tapi badan kamu akan memecah asam lemak yang masuk menjadi asam lemak,” jelas Tan.

Lantas, apa ada diet atau pola makan yang cocok untuk semua orang terlepas dari usia dan jenis kelamin?

Menurut Tan, bagi orang sehat yang tidak memiliki penyakit penyerta seperti diabetes dan penyakit ginjal ada pola makan yang bisa diterapkan secara umum.

“Kita punya yang disebut isi piringku. Pemerintah Indonesia sudah membangun dan merilis konsep isi piring yang sehat untuk anak.”

Isi Piringku

Dalam pedoman isi piringku, separuh dari isi piring perlu ada sayur dan buah. Sedangkan, separuhnya lagi ada lauk dan ada makanan pokok.

“Enggak usah buah dan sayur yang mahal-mahal, buah sejuta umat saja, pisang, pepaya. Lauknya protein, bisa telur pindang, soto Lamongan. Makanan pokoknya singkong rebus jadi enggak selalu harus nasi,” katanya.

Lebih lanjut, Tan menyampaikan bahwa kini tak digunakan lagi konsep empat sehat lima sempurna. Yang digunakan kini adalah empat pilar gizi seimbang. Keempat pilar itu adalah:

Makan makanan yang beragam dan lakukan rotasi atau perubahan menuAktif berolahragaPenerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)Cek kesehatan secara rutin.Dalam pengecekan kesehatan, Tan menyarankan untuk melakukannya di pos layanan terpadu (Posyandu). Ini adalah lini pertama bagi masyarakat melakukan cek kesehatan gratis.

Ada pula posyandu remaja, dan pos pembinaan terpadu (Posbindu) bagi lanjut usia (lansia).

Pengecekan pun bukan selalu soal cek berat badan tapi pengecekan kesehatan lainnya.

Infografis Obesitas
Arya Permana, salah satu contoh kasus obesitas yang mengkhawatirkan (liputan6.com/Tri yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya