Liputan6.com, Jakarta Sejak awal pekan ini, kabar miring soal produk mi instan termasuk yang dari Malaysia mengandung karsinogen atau zat pemicu kanker terdengar oleh publik. Kabar itu membuat masyarakat khawatir.Â
Departemen Kesehatan Taipei mengklaim bahwa sekumpulan Ah Lai White Curry Noodles dari Malaysia mengandung etilen oksida (EtO), sebuah zat pemicu kanker yang dikaitkan dengan limfoma dan leukimia.
Baca Juga
Berkaitan dengan hal itu, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Zullies Ikawati ikut angkat bicara. Zullies mengungkapkan bahwa pada suhu kamar, etilen oksida merupakan gas yang tidak berwarna, mudah terbakar dengan bau amis.
Advertisement
"Gas ini digunakan untuk memproduksi bahan kimia lainnya, termasuk antibeku. Dalam jumlah yang lebih kecil, etilen oksida digunakan sebagai pestisida dan bahan pensteril," ujar Zullies melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Jumat (28/4/2023).
Sterilisasi Alat Medis Pakai Etilen Oksida
Zullies menjelaskan, etilen oksida ikut digunakan untuk sterilisasi alat medis pada banyak rumah sakit. Sebab, sifat etilen oksida memanglah reaktif. Sehingga dianggap bisa merusak DNA dari mikroba kontaminan.
"Ini (etilen oksida) karena sifatnya yang reaktif, yang dapat merusak DNA dari mikroba kontaminan. Sehingga dapat digunakan untuk mendesinfeksi tanpa menggunakan perlakuan panas," kata Zullies.
Akibat sifatnya yang reaktif jugalah, etilen oksida dapat menyebabkan kerusakan DNA pada manusia jika terpapar dalam jumlah yang cukup, yang mana dapat menyebabkan mutasi genetik dan kanker.
"(Itulah kenapa) EtO digolongkan sebagai senyawa karsinogenik, yaitu senyawa yang dapat menyebabkan kanker," ujar Zullies.
Etilen Oksida Ditemukan di Mi Instan, Kok Bisa?
Lebih lanjut Zullies mengungkapkan bahwa sejauh ini memang ada perbedaan regulasi antara Indonesia dan Taiwan. Otoritas Kesehatan Kota Taipei melaporkan keberadaan EtO pada bumbu produk mi instan sebesar 0,187 mg/kg (ppm).
"Taiwan memang tidak memperbolehkan EtO sama sekali pada pangan."
"Metode analisis yang digunakan oleh Taiwan adalah metode penentuan 2-Chloro Ethanol (2-CE), yang hasil ujinya dikonversi sebagai EtO. Oleh karena itu, kadar EtO sebesar 0,187 ppm setara dengan kadar 2-CE sebesar 0,34 ppm," kata Zullies.
Sementara, Zullies menambahkan, Batas Maksimal Residu (BMR) 2-CE di Indonesia sebesar 85 ppm (85 mg/kg) melalui Keputusan Kepala BPOM Nomor 229 Tahun 2022 tentang Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida.
"Dengan demikian, kadar 2-CE yang terdeteksi pada sampel mi instan di Taiwan (0,34 ppm) sebenarnya masih jauh di bawah BMR 2-CE di Indonesia dan di sejumlah negara lain, seperti Amerika dan Kanada," ujar Zullies.
Oleh karena itu, di Indonesia, produk mi instan tersebut tetap aman dikonsumsi, karena telah memenuhi persyaratan keamanan dan mutu produk sebelum beredar.
Â
Advertisement
Aturan Soal Etilen Oksida di Negara Lain
Dalam kesempatan yang sama, Zullies mengungkapkan bahwa sebagian besar negara di dunia sepakat bahwa EtO adalah senyawa berbahaya, karena bersifat karsinogenik.
Namun demikian, berbagai negara memiliki batasan yang berbeda terkait tingkat residu maksimum yang dibolehkan dalam produk makanan.
"Uni Eropa termasuk yang melarang penggunaan EtO sebagai pestisida mulai tahun 1991," ujar Zullies.
"Namun regulasi dan penggunaan etilen oksida di sejumlah negara, termasuk Kanada, AS, dan India, berbeda dengan UE seperti yang diuraikan di atas," tambahnya.
Negara-negara seperti Kanada, AS, dan India masih mengizinkan penggunaan etilen oksida sebagai fumigan dalam aplikasi yang berkaitan dengan makanan, termasuk peti kemas dan gudang.
Risiko Produk Mengandung Etilen Oksida
Akibat ada negara-negara yang mengizinkan penggunaan etilen oksida, kontaminasi silang produk oleh etilen oksida selama pergudangan dan transportasi menjadi risiko potensial lainnya.
"Akibatnya, ada kemungkinan bahwa produk yang datang dari negara-negara ini (Kanada, AS, India) ke negara-negara UE dapat mengandung kontaminasi etilen oksida yang tidak dapat diterima," ujar Zullies.
Tidak Usah Khawatir
Sebagai penutup, Zullies berpesan agar masyarakat tak perlu khawatir soal isu etilen oksida pada mi instan.
"Lah, EtO dalam mi instan itu kalau sudah dimasak juga sudah menguap, karena ia adalah gas mudah menguap. Jumlahnya pun sangat kecil untuk sampai terhirup dan menimbulkan efek berbahaya," kata Zullies.
"Ya, buat jaga-jaga, kalau masak mi instan gak usah dihirup-hirup ya. Ditelan saja hehehe," pungkasnya.Â
Advertisement