Kamu Alami Keringat Berlebihan? Coba Cek, Bisa Jadi Hiperhidrosis!

Hiperhidrosis ternyata lebih sering dialami wanita. Umumnya, kondisi ini mulai muncul pada usia kanak-kanak atau remaja. Meski tidak berbahaya, namun hiperhidrosis bisa menimbulkan perasaan malu, stres, depresi, atau gelisah.

oleh stella maris pada 21 Jul 2023, 10:14 WIB
Diperbarui 21 Jul 2023, 10:46 WIB
Ilustrasi ketiak basah atau hiperhidrosis
Ilustrasi ketiak basah atau hiperhidrosis/Shutterstock-kei907.

Liputan6.com, Jakarta Spesialis Bedah Toraks, Kardiak dan Vaskular, Subspesialis Bedah Toraks RS EMC Alam Sutera, dr. Achmad Faisal, Sp.BTKV, Subsp. T(K) menjelaskan bahwa berkeringat adalah proses normal untuk mendinginkan suhu tubuh yang terlalu panas. Namun, pada penderita hiperhidrosis, keringat yang keluar lebih banyak dari keadaan normal. 

Ya, hiperhidrosis dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Misalnya sedang berada di ruangan ber-AC namun keringat di ketiak tetap mengucur. Ketika deadline dengan pekerjaan, saat akan presentasi, tiba-tiba ketiakmu justru mengalir deras dan telapak tanganmu terasa basah. 

Lalu apa sebenarnya hiperhidrosis? Adalah kondisi ketika produksi keringat berlebihan dan tidak berkaitan dengan aktivitas fisik atau suhu udara. Mereka yang mengalami gangguan ini merasa bajunya cepat basah dan telapak tangan sering berkeringat. Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, hiperhidrosis juga dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya karena diakibatkan rasa cemas dan malu.

Pada kondisi hiperhidrosis berat, bahkan bisa menimbulkan dehidrasi yang dapat menyebabkan seseorang menjadi cepat lelah, lemas bahkan bisa menimbulkan kehilangan kesadaran sesaat atau pingsan. Hiperhidrosis ternyata lebih sering dialami wanita. Umumnya, kondisi ini mulai muncul pada usia kanak-kanak atau remaja. Meski tidak berbahaya, namun hiperhidrosis bisa menimbulkan perasaan malu, stres, depresi, atau gelisah.

Penyebab Hiperhidrosis

Proses keluarnya keringat terjadi ketika sistem saraf mendeteksi tingkat suhu tubuh. Saat suhu tubuh naik, sistem saraf tubuh akan memicu kelenjar keringat mengeluarkan keringat. Tujuannya adalah agar suhu tubuh menurun. 

Sementara hiperhidrosis terjadi akibat kondisi medis tertentu, atau karena sistem saraf tubuh terlalu aktif. Nah berdasarkan penyebabnya, hiperhidrosis terbagi dua, yaitu:

Hiperhidrosis primer

Pada hiperhidrosis primer, sistem saraf terlalu aktif dalam merangsang kelenjar keringat. Akibatnya, kelenjar keringat mengeluarkan keringat meski tidak dipicu oleh aktivitas fisik atau kenaikan suhu tubuh. Penyebab pasti hiperhidrosis primer belum diketahui. Namun, ada dugaan kondisi ini diturunkan dari keluarga.

Hiperhidrosis sekunder

Hiperhidrosis sekunder terjadi akibat kondisi medis lain, seperti diabetes, obesitas, hipertiroidisme, penyakit asam urat, menopause, dan beberapa jenis kanker. Selain akibat kondisi medis, hiperhidrosis sekunder juga dapat muncul akibat efek samping obat tertentu, seperti antidepresan, propranolol, atau pilocarpine. Kondisi berhenti dari ketergantungan obat atau alkohol juga dapat menyebabkan keringat berlebih.

Gejala Hiperhidrosis

Ilustrasi hiperhidrosis
Ilustrasi hiperhidrosis/Shutterstock-CHEN I CHUN.

Hiperhidrosis ditandai dengan keluarnya keringat yang sangat banyak tanpa adanya pemicu. Namun seseorang dapat diduga menderita hiperhidrosis jika:

  • Bulir keringatnya dapat terlihat jelas meski cuaca tidak panas atau saat sedang tidak banyak beraktivitas
  • Pakaiannya sering basah karena keringat
  • Mengalami gangguan saat beraktivitas, misalnya sulit membuka pintu atau memegang pena, karena telapak tangan basah oleh keringat
  • Kulitnya tampak tipis, pecah-pecah, dan terkelupas, dengan warna yang lebih pucat atau kemerahan
  • Sering mengalami infeksi kulit pada bagian tubuh yang mengeluarkan keringat terlalu banyak
  • Cepat lelah atau lemas, karena akibat dari kehilangan banyak cairan/ dehidrasi

Selain itu kamu juga harus tahu bahwa gejala hiperhidrosis tergantung pada jenisnya. Berikut adalah penjelasannya:

  • Hiperhidrosis primer biasanya terjadi pada satu atau beberapa bagian tubuh, terutama di ketiak, tangan, kaki, atau dahi. Keringat berlebih tidak muncul saat tidur, tetapi bisa terjadi segera setelah bangun. Umumnya, hiperhidrosis primer terjadi sejak masa kanak-kanak atau remaja
  • Hiperhidrosis sekunder biasanya menyebabkan seluruh tubuh berkeringat secara berlebihan, bahkan saat sedang tidur. Hiperhidrosis sekunder biasanya baru muncul setelah usia dewasa

Kapan Harus ke Dokter

Ilustrasi konsultasi ke dokter
Ilustrasi konsultasi ke dokter/Shutterstock-fizkes.

Pada beberapa kasus, berkeringat berlebihan dapat menjadi tanda kondisi medis yang serius. Segera ke dokter atau IGD terdekat jika keringat berlebihan disertai mual, nyeri dada, serta pusing atau rasa seperti akan pingsan. Pemeriksaan ke dokter juga perlu dilakukan jika mengalami kondisi berikut:

  • Keringat yang keluar lebih banyak daripada biasanya
  • Keringat keluar pada malam hari tanpa adanya pemicu
  • Keringat berlebih mengganggu aktivitas sehari-hari
  • Keringat berlebih menimbulkan tekanan emosional atau gangguan pada kehidupan sosial
  • Keringat keluar banyak dan disertai penurunan berat badan drastis
  • Diagnosis Hiperhidrosis, dengan cara melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami, usia saat keluhan pertama kali muncul, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. 

Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Untuk memastikan penyebab hiperhidrosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang. Pertama adalah tes darah dan urine, untuk memastikan ada tidaknya kondisi medis yang bisa menyebabkan hiperhidrosis, seperti hipertiroidisme atau gula darah rendah (hipoglikemia). Kedua adalah tes keringat yang dilakukan untuk mengetahui bagian tubuh mana saja yang mengalami hiperhidrosis dan seberapa berat tingkat keparahannya.

Pengobatan Hiperhidrosis

Ilustrasi ketiak basah atau hiperhidrosis
Ilustrasi ketiak basah atau hiperhidrosis/Shutterstock-PRASAN MAKSAEN.

Penanganan hiperhidrosis tergantung pada penyebabnya. Jika disebabkan kondisi medis, dokter akan terlebih dahulu mengatasi penyebab tersebut sebelum menangani hiperhidrosis. Namun, jika penyebab hiperhidrosis tidak diketahui, dokter akan langsung mengatasi keringat berlebih.

Dokter mulanya akan menyarankan pasien untuk menggunakan deodoran yang mengandung antiperspirant yang mengandung aluminum chloride dengan cara dioleskan pada malam hari dan dibersihkan pada pagi harinya. Deodoran ini biasanya dijual bebas.

Selain menggunakan deodoran, dokter juga akan menyarankan pasien untuk memperbaiki gaya hidup dengan cara-cara berikut:

  • Mandi setiap hari untuk mencegah bakteri berkembang di kulit
  • Mengeringkan tubuh setelah mandi, terutama di bagian ketiak dan sela-sela jari
  • Memakai sepatu berbahan kulit dan kaos kaki berbahan katun yang menyerap keringat
  • Mengganti kaus kaki secara teratur atau ketika sudah mulai terasa lembap
  • Tidak mengenakan sepatu tertutup terlalu sering
  • Memilih bahan pakaian yang sejuk di kulit untuk beraktivitas sehari-hari dan baju yang mudah menyerap keringat untuk berolahraga
  • Melakukan teknik relaksasi, seperti yoga atau meditasi, untuk mengendalikan stres yang dapat memicu hiperhidrosis
  • Membatasi konsumsi makanan dan minuman yang dapat memicu keringat, misalnya minuman berkafein, makanan pedas, kari, serta minuman beralkohol

Jika perbaikan gaya hidup tidak bisa mengendalikan keluarnya keringat, ada beberapa metode yang umumnya dilakukan dokter, salah satunya adalah pemberian obat-obatan, untuk meredakan hiperhidrosis dan 'resep' lain yaitu sebagai berikut: 

  • Obat krim yang mengandung glycopyrrolate, untuk menghambat kerja saraf yang memicu keringat
  • Obat minum untuk memperbaiki kinerja saraf pengatur kelenjar keringat
  • Obat minum yang mengandung beta-blocker dalam dosis rendah untuk meredakan hiperhidrosis akibat gangguan cemas
  • Alat penghambat keringat (iontophoresis) yang dilakukan jika hiperhidrosis terjadi di telapak tangan atau kaki. Terapi ini dilakukan dengan merendam tangan atau kaki pasien ke dalam air. Setelah itu, aliran listrik akan disalurkan lewat air untuk menghambat kelenjar keringat. Terapi ini efektif pada banyak pasien, tetapi efeknya tidak bertahan lama dan harus diulang berkali-kali. Awalnya, pasien mungkin membutuhkan 2–3 kali sesi terapi dalam 1 minggu selama 2–5 minggu. Setelah itu, pasien bisa mengurangi jadwal terapi menjadi 1 kali seminggu atau 1 kali sebulan ketika keluhannya sudah membaik.
  • Suntik botulinum toksin (botox) yang dapat menghambat kerja saraf yang menyebabkan keringat berlebih untuk sementara. Suntik botox diberikan beberapa kali di area tubuh yang berkeringat dengan diawali pemberian obat bius lokal. Efek suntik botox dapat bertahan hingga 12 bulan dan harus diulang. Namun, perlu diketahui bahwa terapi ini dapat menyebabkan lemah otot sementara pada bagian tubuh yang disuntik.
  • Terapi gelombang mikro menggunakan energi gelombang mikro untuk menghancurkan kelenjar keringat. Terapi ini dilakukan selama 20–30 menit setiap 3 bulan sekali, hingga pasien sembuh. Meski demikian, terapi ini dapat menimbulkan efek samping berupa rasa tidak nyaman dan perubahan sensasi pada kulit
  • Operasi simpatektomi yang dilakukan jika metode pengobatan lain tidak efektif. Operasi yang bernama simpatektomi ini bisa dilakukan dengan cara operasi bedah atau laparoskopi (endoscopic thoracic sympathectomy). Operasi ini dilakukan dengan cara memotong sebagian kecil saraf yang mengatur produksi keringat.

Komplikasi Hiperhidrosis

Hiperhidrosis dapat menyebabkan infeksi jika kondisi kulit sering lembap atau terlalu basah. Selain itu, hiperhidrosis juga dapat membuat penderitanya malu karena baju atau ketiaknya tampak basah. Kondisi tersebut dapat mengganggu penderita ketika bekerja atau belajar.

Pencegahan Hiperhidrosis

Hiperhidrosis akibat faktor keturunan tidak dapat dicegah. Pasien hiperhidrosis primer bisa mencegah bau badan dengan perbaikan gaya hidup seperti yang telah dijelaskan di atas. Pada hiperhidrosis sekunder, pencegahan yang dilakukan tergantung penyebabnya. Sebagai contoh, hiperhidrosis akibat efek samping obat bisa dicegah dengan mengganti obat tersebut. 

Sementara hiperhidrosis akibat konsumsi minuman berkafein dapat dicegah dengan berhenti mengonsumsi minuman berkafein. Perlu diketahui, hiperhidrosis sekunder yang disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti penyakit jantung atau kanker, tidak dapat dicegah.

Nah, jika kamu mengalami masalah keringat berlebihan, cobalah untuk berkonsultasi ke dokter, untuk mendapatkan diagnosis segera. Rekomendasi dokter yang bisa kamu datangi adalah Spesialis Bedah Toraks, Kardiak dan Vaskular, Subspesialis Bedah Toraks, dr. Achmad Faisal, Sp.BTKV, Subsp. T(K) dari RS EMC Alam Sutera. Jika kamu ingin mengetahui informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Yohan di 0896 8506 2890. 

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya