Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Kepala BKKBN Wanti-Wanti Bahaya Merangsang Payudara untuk Tingkatkan ASI Selama Hamil

Perhatikan bahaya merangsang payudara selama hamil.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 23 Okt 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2023, 20:00 WIB
Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G.(K)
Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G.(K) dalam puncak peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia (Word Contraception Day) dengan tema “Kolaborasi Pelayanan KB Nusantara dalam Percepatan Penurunan Stunting” di Lapangan Rajawali Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin (23/10/2023). (Dok Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Cimahi - Perawatan payudara (breast care) pada umumnya dilakukan setelah ibu melahirkan demi mendorong peningkatan Air Susu Ibu (ASI). Pada kenyataannya, tak dimungkiri banyak juga para calon ibu berlomba-lomba untuk merawat payudara sebelum persalinan.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo justru mewanti-wanti bahaya tersembunyi di balik perawatan payudara saat hamil. Salah satunya, apabila merangsang payudara dengan segala macam pembersihan.

Perawatan payudara dengan cara merangsang dapat mengakibatkan rahim berkontraksi dan bayi lahir prematur.

"Breast care atau merawat payudara itu memang lebih banyak setelah melahirkan. Sebelum melahirkan banyak orang yang tanya, apakah boleh payudara dirawat-rawat sebelum melahirkan?" jelas Hasto saat ditemui Health Liputan6.com pada puncak peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2023 di Lapangan Rajawali, Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin (23/10/2023).

"Agak berbahaya, kenapa berbahaya? Kalau dirangsang-rangsang dengan pembersihan dan sebagainya, bisa mengeluarkan hormon oksitosin yang membuat rahimnya kontraksi. Kemudian bayinya lahir sebelum waktunya."

ASI Eksklusif Tetap Disosialisasikan

Di sisi lain, Hasto menekankan, sosialisasi ASI eksklusif tetap disampaikan kepada calon ibu. Meski begitu, diingatkan agar tidak sembarangan merawat payudara selama hamil.

"ASI eksklusif ya kita galakkan, kita sosialisasikan sejak sebelum hamil, tapi hati-hati kalau merawat sumber ASI-nya (payudara) tadi, itu harus hati-hati," tegasnya.

Banyak Ibu Keluhkan ASI Tidak Keluar

Hasto Wardoyo turut menuturkan, pentingnya Satgas ASI. Menurutnya, keberadaan Satgas ASI sungguh luar biasa, yang bisa mensukseskan pemberian ASI eksklusif sehingga anak dapat terhindar dari stunting.

Sayangnya, berdasarkan data yang dihimpun BKKBN, pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih terbilang rendah. Alasan yang kerap dilaporkan adalah ASI tidak keluar.

"Terkait dengan stunting dan ASI eksklusif. Dari 4,8 juta ibu yang melahirkan, yang sukses menyusui 6 bulan pertama baru di bawah 70 persen. Dari yang tidak sukses menyusui 65 persen mengatakan air susunya tidak keluar, padahal 65 persen yang mengatakan air susunya tidak keluar itu sebetulnya aslinya air susunya bisa keluar, aslinya ya," tutur Hasto.

"Hanya saja ibu-ibu yang bersangkutan tadi tidak benar di dalam manajemen laktasinya sehingga harus dibimbing dan membimbingnya memang pada saat dia sudah melahirkan."

Picu Terjadinya Persalinan Prematur

Ilustrasi bayi prematur
Ilustrasi perawatan payudara sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan dengan teknik yang benar karena apabila dilakukan dengan tehnik yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim yang dapat memicu terjadinya persalinan prematur. Foto oleh Laura Garcia dari Pexels

Perawatan payudara sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan dengan teknik yang benar karena apabila dilakukan dengan teknik yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim yang dapat memicu terjadinya persalinan prematur, dikutip dari Jurnal Ilmiah Kebidanan tahun 2023.

Selama kehamilan payudara membentuk struktur dan kelenjar internal yang penting dalam menghasilkan susu, proses ini bekerja di bawah pengaruh hormon saat hamil, sebagian besar perubahan payudara terjadi pada pertengahan kehamilan kelenjar mamae sudah mampu menghasilkan air susu secara penuh.

Sebaiknya, ibu mulai merawat payudara saat kehamilan memasuki usia trimester kedua (5–6 bulan) karena rangsangan di puting dan payudara mampu menimbulkan kontraksi pada rahim. Oleh karena itu, jangan lakukan kegiatan ini saat umur kehamilan ibu masih berusia di bawah 5 bulan, demi menghindari persalinan secara prematur.

Persiapan Menyusui yang Aman

Adapu persiapan menyusui yang aman dapat dilakukan sejak masa kehamilan. Tips agar langkah-langkah persiapan tersebut optimal, menurut informasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, antara lain:

1. Cari tahu beragam informasi mengenai menyusui

Salah satunya adalah mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang harus dilakukan 1 jam setelah melahirkan. Keberhasilan IMD umumnya menentukan keberhasilan menyusui. Selain itu cari tahu tentang posisi menyusui dan memerah ASI juga penyimpan ASI

2. Cari tahu masalah yang bisa timbul selama menyusui

Masalah seperti puting lecet, nyeri payudara, payudara keras dan nyeri hingga infeksi payudara. Dengan mengetahui hal-hal ini anda bisa melakukan langkah-langkah pencegahan.

Bersihkan Payudara Tiap Kali Mandi

3. Merawat payudara

Bersihkan payudara setiap kali mandi, perhatikan bentuk puting bila ada masalah konsultasikan dengan dokter atau konsultan laktasi agar dapat ditangani sebelum melahirkan.

4. Persiapan nutrisi

Makan makanan yang tinggi protein seperti susu, daging dan ikan, makanan yang tinggi lemak dan mikronutrien lainnya.

5. Membangun lingkungan yang supportif

Beri tahu pasangan, keluarga, dan pengasuh anak mengenai niat menyusui bayi. Bila perlu ajak pasangan mengikuti konseling laktasi libatkan dalam persiapan menyusui sebelum melahirkan. Suasana yang kondusif dan supportif menjadi lebih mudah, ibu lebih relaks, produksi ASI jadi lancar.

Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19
Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya