Alami Gangguan Irama Jantung, Adakah Cara agar Kembali Normal?

Cryoablation adalah metode minimal invasif yang dilakukan untuk mengembalikan irama jantung normal dengan menonaktifkan bagian jantung yang membuat detak jantung tidak teratur.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 05 Jan 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2024, 12:00 WIB
Cryoablation, Metode Minimal Invasif untuk Atasi Gangguan Irama Jantung Seperti Atrial Fibrilasi
Cryoablation, Metode Minimal Invasif untuk Atasi Gangguan Irama Jantung Seperti Atrial Fibrilasi. Foto: Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Atrial fibrilasi jantung atau peningkatan detak jantung secara tiba-tiba dan tak beraturan dapat diatasi dengan berbagai metode salah satunya cryoablation.

Cryoablation merupakan metode ablasi jantung terbaru menggunakan energi dingin untuk memperbaiki gangguan listrik pada bagian jantung yang menyebabkan detak menjadi tidak beraturan.

Cryoablation adalah metode minimal invasif yang dilakukan untuk mengembalikan irama jantung normal dengan menonaktifkan bagian jantung yang membuat detak jantung tidak teratur,” kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan intervensi dan aritmia jantung Eka Hospital BSD, Ignatius Yansen Ng, mengutip keterangan pers, Jumat (5/1/2024).

Prosedur ini bekerja dengan memasukkan sebuah selang kecil disebut kateter dengan balon di ujungnya yang digunakan untuk menangani gangguan irama jantung, terutama atrial fibrilasi.

Berbeda dengan prosedur ablasi konvensional, cryoablation menggunakan energi dingin ketimbang energi panas dan membekukan bagian jantung yang menyebabkan jantung berdetak secara lebih cepat tidak beraturan. Penggunaan energi dingin dipercaya lebih aman dan lebih efektif dalam menangani gangguan aritmia jantung seperti atrial fibrilasi.

Proses cryoablation yang minimal invasif memungkinkan dokter untuk menangani pasien tanpa harus melakukan pembedahan besar. Dokter hanya perlu membuat sayatan kecil untuk memasukan selang kateter yang biasanya akan dimasukan melalui selangkangan dan akan dimasukan perlahan hingga mencapai jantung.

Melalui sensor yang ada di ujung kateter, dokter dapat melihat langsung keadaan jantung pasien sehingga bisa menentukan dan mengevaluasi letak bagian jantung yang menyebabkan atrial fibrilasi.

Pengaliran Energi Dingin Melalui Kateter

Cryoablation, Metode Minimal Invasif untuk Atasi Gangguan Irama Jantung Seperti Atrial Fibrilasi
Cryoablation, Metode Minimal Invasif untuk Atasi Gangguan Irama Jantung Seperti Atrial Fibrilasi (Image by Raman Oza from Pixabay)

Setelah dokter menemukan pusat masalah, maka balon yang ada di ujung akan dipompa hingga mengembang dan energi dingin akan dialirkan melalui kateter.

Kemudian membekukan dan mengisolasi vena pulmonalis atau bagian jantung yang menyebabkan detak jantung tak beraturan.

Setelah tindakan dilakukan, dokter akan mengeluarkan kateter dan menutup luka dengan jahitan. Setelah itu, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan dan beristirahat, biasanya selama satu hari untuk dilihat perkembangannya pasca tindakan.

Jika dirasa tidak ada masalah, maka dokter dapat memulangkan pasien.

Penanganan Pasca Tindakan

Cryoablation, Metode Minimal Invasif untuk Atasi Gangguan Irama Jantung Seperti Atrial Fibrilasi
Cryoablation, Metode Minimal Invasif untuk Atasi Gangguan Irama Jantung Seperti Atrial Fibrilasi Credit: pexels.com/pixabay

Pasien dapat diberi obat-obatan pasca operasi dan dijadwalkan konsultasi lanjutan untuk melihat perkembangan dari hasil tindakan.

Selain itu, perubahan gaya hidup juga akan direkomendasikan untuk mencegah atrial fibrilasi kembali atau bertambah buruk di masa depan. Beberapa perubahan gaya hidup yak dimaksud seperti:

  • Mengubah pola makan menjadi lebih sehat;
  • Berolahraga rutin setidaknya 30 menit per hari;
  • Menjaga tekanan darah tetap stabil;
  • Memperbaiki pola tidur;
  • Belajar berhenti kebiasaan merokok atau konsumsi minuman alkohol.

Memeriksakan kesehatan secara rutin juga dapat menurunkan risikonya dengan rutin memeriksa tekanan darah dan kadar kolesterol.

“Sebaiknya setiap dua tahun sekali untuk memastikan kesehatan tetap terjaga dan semakin jauh risiko dari atrial fibrilasi,” imbuh Ignatius.

Lebih Jauh Tentang Atrial Fibrilasi Jantung

Cryoablation, Metode Minimal Invasif untuk Atasi Gangguan Irama Jantung Seperti Atrial Fibrilasi
Cryoablation, Metode Minimal Invasif untuk Atasi Gangguan Irama Jantung Seperti Atrial Fibrilasi. Image by Pexels from Pixabay.

Atrial fibrilasi jantung adalah peningkatan detak jantung yang kencang dan tidak beraturan secara tiba-tiba tanpa alasan tertentu. Berbeda dengan peningkatan detak jantung yang normal. Misalnya, jantung berdetak kencang saat berolahraga sebagai respons tubuh untuk mendapatkan asupan oksigen lebih.

Secara normal, jantung berdetak beraturan sebanyak 60 kali per menit (beats per minute) dan mencapai 100 kali saat sedang beraktivitas fisik. Namun pada gangguan atrial fibrilasi, angka itu dapat berubah menjadi tidak beraturan tanpa penyebab yang jelas bahkan bisa melebihi 100 kali.

Menurut Ignatius, meski terlihat sepele, tapi kondisi ini dapat mengancam nyawa karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius.

Lebih lanjut dia menjelaskan, jantung memiliki empat ruang atau bilik dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Terdiri dari dua bilik atas yang disebut atrium dan dua bilik bawah disebut ventrikel.

Setiap bilik memiliki fungsi masing-masing dalam memompa dan menyimpan darah kotor serta darah bersih di dalam tubuh. Pada bilik jantung bagian atas, ada sekelompok sel yang bertanggung jawab dalam menyebabkan dan memastikan jantung berdetak secara normal.

Namun pada atrial fibrilasi, jantung berdetak secara tidak beraturan tanpa penyebab yang jelas bahkan bisa sangat cepat.

“Kondisi ini terjadi karena adanya masalah atau kelainan pada bilik jantung bagian atas (atrium) tersebut yang membuatnya berdetak secara tidak beraturan dan berdetak secara tidak sinkron dengan ruang jantung bagian bawah atau ventrikel,” papar Ignatius.

Beberapa faktor yang dipercaya dapat menyebabkan atau memicu terjadinya atrial fibrilasi jantung adalah:

  • Faktor usia yang merupakan faktor risiko utama;
  • Riwayat penyakit jantung seperti serangan jantung atau gagal jantung;
  • Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi);
  • Ada gangguan pernapasan seperti pneumonia yang menghalangi suplai oksigen ke jantung;
  • Gangguan tidur seperti apnea tidur yang menghalangi asupan oksigen selama tidur;
  • Gaya hidup yang buruk seperti merokok dan konsumsi minuman alkohol.
Infografis jantung kemkes
Infografis jantung kemkes
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya