Liputan6.com, Jakarta - Tes darah diketahui bisa membantu deteksi terhadap sejumlah penyakit. Terobosan terbaru menunjukkan, tes darah sederhana juga bisa melihat risiko gejala Penyakit Alzheimer (Alzheimer Disease/AD), bahkan hingga 15 tahun sebelumnya.
New York Times mengutip Times of London melaporkan, para ilmuwan bidang neurologi dari University of Gothenburg Swedia telah menemukan cara untuk menguji residu protein yang dikenal sebagai Tau 217 terfosforilasi (pTau 217). Residu protein itu umumnya dikaitkan dengan penyakit yang dikenal sebagai Tau 217 terfosforilasi (pTau 217) - dengan hasil yang “mengesankan”.
Baca Juga
Prosedur pengujian – yang disebut assay – diciptakan oleh perusahaan ALZpath dan menawarkan alternatif yang relatif tidak menimbulkan rasa sakit dan lebih murah dibandingkan pemeriksaan tulang belakang untuk mengetahui risiko seseorang terhadap penyakit Alzheimer, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association.
Advertisement
“Tes pTau217 ALZpath dapat membantu penyedia layanan kesehatan menentukan keberadaan plak amiloid di otak – ciri khas penyakit Alzheimer,” kata Dr. Andreas Jeromin, kepala petugas ilmiah ALZpath.
Tiga studi klinis independen terhadap 786 pasien menunjukkan bahwa ALZpath memberikan “akurasi diagnostik yang tinggi” dalam mengidentifikasi protein pemicu Alzheimerdi otak seperti plak amiloid.
Perusahaan mengumumkan bahwa terobosan terbarunya akan tersedia untuk penggunaan klinis pada akhir Januari dan juga akan tersedia secara komersial – CNN melaporkan harganya antara $200 (Rp3.150.000) dan $500 (Rp7.827.350) – di beberapa titik juga.
Temuan Penting
“Ini adalah temuan penting dalam biomarker berbasis darah untuk Alzheimer, yang membuka jalan bagi penggunaan klinis uji ALZpath pTau 217,” kata peneliti Kaj Blennow dan Henrik Zetterberg dalam rilisnya,
Dia menambahkan bahwa uji “kuat” tersebut sudah ada dan digunakan di berbagai laboratorium di seluruh dunia.
“Apa yang mengesankan dari hasil ini adalah bahwa tes darah sama akuratnya dengan tes lanjutan seperti tes cairan serebrospinal dan pemindaian otak dalam menunjukkan patologi penyakit Alzheimer di otak,” kata penulis utama Nicholas Ashton kepada CNN.
“Sekarang kita hampir mendekati hasil utama dan penelitian ini menunjukkan hal itu.”
Advertisement
Konsumsi Multivitamin Bisa Cegah Demensia
Tahun lalu, Institut Teknologi Massachusetts merancang peptida – rantai asam amino – untuk berinteraksi dan juga memperbaiki protein tau otak.
Penelitian terpisah juga menemukan bahwa mengonsumsi multivitamin juga dapat mencegah demensia.