Kasus DBD Naik Drastis 10 Tahun Terakhir, Kematiannya Sentuh 764 Sepanjang 2023

764 Orang Meninggal Dunia Akibat DBD di Indonesia

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 04 Feb 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2024, 06:00 WIB
Ketua dan Pendiri FNM Society, Prof Dr dr Nila Djuwita F A Moeloek SpM(K) dalam Diskusi Publik 'Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan terhadap Ancaman Dengue' (Foto: Istimewa)
Ketua dan Pendiri FNM Society, Prof Dr dr Nila Djuwita F A Moeloek SpM(K) dalam Diskusi Publik 'Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan terhadap Ancaman Dengue' (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia, sebagai negara endemik dengue, menghadapi tantangan yang sama setiap tahunnya. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) hingga minggu ke-52 tahun 2023 mencatat 98.071 kasus dengan 764 kematian. Demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang sangat urgent karena dapat menyebabkan kematian tanpa adanya pengobatan khusus.

Ketua dan Pendiri FNM Society, Prof Dr dr Nila Djuwita F A Moeloek SpM(K) mengatakan bahwa sinergi dan peran aktif masyarakat diperlukan untuk menanggulangi DBD, yang dimulai dari tingkat keluarga sebelum langkah nasional yang lebih besar. Lebih lanjut Nila menjelaskan bahwa beban yang ditimbulkan oleh penyakit DBD berdampak signifikan baik sosial maupun ekonomi.

"Pasien yang terlambat ditangani dapat berakibat fatal, bahkan menyebabkan kematian dan hal ini berisiko lebih tinggi pada anak-anak," katanya dalam diskusi publik 'Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan terhadap Ancaman Dengue' yang diadakan Farid Nila Moeloek Society bersama Bio Farma dan PT Takeda Innovative Medicines belum lama ini. Acara ini dihadiri lebih dari 500 peserta secara daring maupun luring, melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait.

"Jika sudah begitu bukan hanya keluarga yang dirugikan, tapi juga bisa menimbulkan kerugian pada negara," tambahnya. 

Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof dr Dante Saksono Harbuwono SpPD PhD, menggarisbawahi peningkatan kasus DBD selama 10 tahun terakhir dan komitmen pemerintah dalam strategi penanggulangan. Program 3M Plus menjadi efektif, tapi diperlukan inovasi seperti pengembangan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dan vaksin.

 

 

Musim DBD di Indonesia

Dijelaskan Dante bahwa biasanya penambahan kasus DBD di Indonesia mulai naik di bulan November, dan puncaknya terjadi sekitar bulan Februari. Apalagi dengan suhu panas yang sekarang dibawa oleh El Nino.

Oleh sebab itu, lanjut Dante, Indonesia menjadi salah satu dari 30 negara endemik dengan kasus tertinggi. Sebagian besar kabupaten/kota mempunyai incidence rate > 10/100.000, tapi ada 26 kabupaten/kota yang sudah mencapai incidence rate > 10/100.000.

Masih di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, DR dr Maxi Rein Rondonuwu DHSM MARS, menekankan komitmen pemerintah untuk mengendalikan DBD dan mengajak masyarakat berpartisipasi dalam upaya pencegahan. Program introduksi vaksin DBD bisa dimulai paling lambat tahun depan.

 

 

Peran BPJS dalam Menghadapi Kasus DBD di Indonesia

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D., menyambut baik diskusi untuk mencari solusi efisiensi beban penyakit dengue dan menekankan peran BPJS dalam memberikan perlindungan kesehatan.

"Di tahun 2023, pembiayaan yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan untuk penanganan dengue mencapai Rp1,3 triliun. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya Rp626 miliar," katanya.

Perwakilan PAPDI, Prof Dr dr Erni Juwita Nelwan SpPD-KPTI PhD, menyoroti pentingnya proteksi yang lebih luas dan vaksinasi dengue untuk kelompok usia 6 s.d 45 tahun. Menurutnya intervensi terhadap infeksi dengue harus dilakukan secara komprehensif, yaitu terhadap agent, host, serta environment-nya.

"Vaksinasi menjadi metode yang sangat penting untuk membantu memberikan perlindungan lebih baik dari ancaman keparahan DBD," katanya.

"Apalagi seseorang yang mempunyai penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, atau diabetes mellitus dan hipertensi, apabila dia mengalami DBD berisiko lebih tinggi menjadi dengue berat bila dibandingkan mereka yang tidak punya penyakit penyerta," Erni menambahkan.

Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI, Prof Dr dr Hartono Gunardi SpA(K), menambahkan bahwa anak-anak menjadi rentan terinfeksi dan mendukung penerapan program 3M Plus dan inovasi lainnya.

Dan, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, berkomitmen sebagai mitra aktif dalam edukasi dan pencegahan DBD di Indonesia. Dia mengajak semua pihak untuk bersama-sama berkomitmen dan aktif dalam edukasi pencegahan DBD serta mendukung inovasi seperti vaksin DBD.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya