Viral ASI Bubuk Influencer Terkenal, Pakar: Payudara Ibu Jangan Pernah Dilecehkan Jadi Industri

Viral ASI Bubuk, Ini Fakta ASI yang Perlu Ibu Ketahui

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 10 Mei 2024, 11:31 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2024, 11:00 WIB
Viral Soal ASI Bubuk, Dokter: Komponen Hidupnya Bisa Mati dan Tak Berguna Jika Dijadikan Produk
Viral Soal ASI Bubuk, Dokter: Komponen Hidupnya Bisa Mati dan Tak Berguna Jika Dijadikan Produk. Foto: Tiktok @natasha.surya.

Liputan6.com, Jakarta - Topik mengenai ASI bubuk tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial belakangan ini karena dinilai sebagai sesuatu yang masih asing bagi sebagian orang.

Tren pembahasan ASI jadi bubuk di media sosial dimulai setelah seorang kreator konten TikTok dengan nama akun @natasha.surya membagikan pengalamannya dalam membubukan ASI.

Natasha menceritakan bahwa dia tidak melakukan proses pembubukan ASI sendiri, melainkan melalui bantuan sebuah perusahaan yang khusus bergerak dalam pembubukan ASI.

Dalam video TikTok-nya, Natasha menjelaskan bahwa ASI pertamanya dijadikan bubuk oleh perusahaan tersebut.

Prosesnya dimulai dengan pengiriman ASI dalam kondisi beku ke perusahaan menggunakan kotak pendingin. Jumlah ASI yang dikirimkan adalah satu liter.

Setelah satu hingga dua pekan, ASI tersebut dikirim kembali ke kediaman Natasha dalam bentuk bubuk. Bubuk ASI dikemas dalam 20 sachet dengan masing-masing berisi lima gram, yang jika dicairkan setara dengan 45 mililiter ASI cair.

Natasha memberi penjelasan bahwa pembubukan ASI tidak bisa dilakukan secara mandiri di rumah karena memerlukan peralatan khusus yang hanya dimiliki oleh perusahaan pembubuk ASI.

Natasha juga mencatat bahwa pembubukan ASI mungkin lebih umum dilakukan di luar negeri. Dia juga menambahkan bahwa saat membuka paket, wangi dari bubuk ASI terasa seperti keju parmesan, memberikan impresi yang menarik baginya.

Karakteristik ASI Bubuk Influencer Natasha Surya

Lebih lanjut, Natasha mendeskripsikan bentuk ASI bubuknya yang menurutnya cenderung lebih kasar dibanding susu formula pada umumnya.

"Dan, menurut aku pribadi sih ASI bubuk ini lebih cepat dilarutkan dibandingkan formula, warnanya mirip banget sama ASI aku yang udah masuk chiller," katanya.

Sementara, rasanya sama persis seperti ASI segar, hanya saja ada aroma keju parmesan.

"Nah, keuntungan utamanya, dia bisa tahan sampai tiga tahun. Untuk aku pribadi aku akan pakai ASI ini sebagai tambahan di makanan atau minuman sebagai nutrisi tambahan, karena ASI antibodinya oke banget," katanya.    

Viral ASI Bubuk, Dokter Tan Shot Yen Angkat Bicara

Tan Shot Yen
Dokter Ahli Gizi komunitas Tan Shot Yen. Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Viralnya ASI bubuk tak luput dari perhatian dokter ahli gizi komunitas, Tan Shot Yen. Dia pun angkat bicara terkait ASI bubuk melalui unggahan Instagram-nya.

Menurutnya, ASI berbeda dengan susu biasa. Tak sekadar makanan bayi, ASI adalah cairan yang mengandung komponen hidup.

"Asi BUKAN SUSU seperti yang kalian pahami. Tapi cairan hidup. Setiap saat berubah. Setiap waktu merupakan komposisi dinamis antara kebutuhan bayi dan sinyal ibu yang merespons," kata Tan dalam unggahannya dikutip Health Liputan6.com pada Kamis, 9 Mei 2024.

Dengan kata lain, komponen hidup dalam ASI akan mati dan tidak berguna jika sudah dijadikan produk.

"Cairan hidup mengandung komponen hidup - yang mati tak guna jika direbus apalagi dibikin jadi PRODUK," tulisnya.

Menyusui ASI Bukan Sekadar Memberi Makan

Lebih lanjut, Tan mengatakan bahwa menyusui tidak sama dengan sekadar memberi makan. Namun, ada ikatan antara ibu dan anak.

"Ada bonding di situ, ada komitmen di situ, ada pembelajaran bagi ibu dan anak dalam setiap saat proses bayi menyusu,"

"Payudara ibu jangan pernah dilecehkan jadi industri ASI. Hargai yang Tuhan beri, cari makna terdalamnya. Buat jadi seorang IBU," katanya

Unggahan Tan mendapat berbagai komentar dari warganet, ada yang pro ada pula yang kontra.

"Bukannya itu ngubah ASI menjadi processed food ya? Belum resiko pas nyeduh-nya kalau nggak bener bisa nambah bakteri. Padahal ASI pumping di freezer aja uda bisa ampe setahun, buat apa harus lama-lama ampe tiga tahun? Kemakan marketing apa gimana," tulis warganet.

"Anda cerdas," balas Tan.

Ada pula komentar yang kontra terhadap paparan Tan.

"Dokter lebih pro ASI-nya dibuang ya kalau berlebih? Kan cuma tahan berapa bulan walau di freezer. Di luar negeri kan ini udah umum banget. Kalau ngomongin bonding, berarti yang nyusuin pake botol nggak bonding gitu?," kata warganet lain.

"Emang apa-apa harus lihat luar negeri mbak?," jawab pengguna Instagram.

Infografis Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Aman untuk Ibu Menyusui. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Aman untuk Ibu Menyusui. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya