Ramai soal Kekerasan pada Anak di Daycare Depok, Pakar Sebut soal Amigdala Hijack, Apa Itu?

Amigdala hijack adalah proses di mana pikiran bawah sadar membajak semua fungsi pikiran sadar, rasionalitas, dan berpikir seseorang.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 03 Agu 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2024, 10:00 WIB
Ramai Soal Kekerasan pada Anak di Daycare, Pakar Bahas Fenomena Amigdala Hijack
Ramai Soal Kekerasan pada Anak di Daycare, Pakar Bahas Fenomena Amigdala Hijack. Foto: Dok. Pribadi.

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini kasus kekerasan pada anak di tempat penitipan atau daycare di Depok, Jawa Barat ramai jadi perbincangan.

Kekerasan diduga dilakukan oleh pemilik daycare yang dikenal oleh masyarakat sebagai influencer parenting, Meita Irianty.

Daycare yang sepatutnya menjadi tempat aman untuk anak dan influencer parenting yang seharusnya mengerti tentang cara memperlakukan anak nyatanya malah membahayakan anak. Diketahui, tersangka tengah mengandung saat melakukan penganiayaan pada anak yang dititipkan padanya.

Timbul tanya, apa yang menyebabkan seorang perawat daycare sampai tega menyakiti anak kecil padahal dia sedang hamil?

Terkait hal ini, pakar hilangkan trauma, Caezarro Rey Abishur memberi penjelasan soal amigdala hijack atau pikiran yang dibajak tubuh.

“Fenomena ini dikenal sebagai amigdala hijack, proses di mana pikiran bawah sadar membajak semua fungsi pikiran sadar, rasionalitas, dan berpikir seseorang. Hal ini sering terjadi ketika seorang ibu sedang mengandung, di mana perubahan hormon bisa berpengaruh sangat banyak,” kata pria yang akrab disapa Rheo dalam keterangan pers, Sabtu (3/8/2024).

“Ditambah lagi dengan persoalan fisiologis yang sudah menumpuk, terutama jika ada beban-beban emosi dari masa lalu yang tersimpan di dalam tubuh mereka,” tambah Rheo.

Beban-beban ini terkadang tidak disadari dan tertampung sedikit demi sedikit, yang akhirnya menjadi sesuatu yang banyak jika tidak tahu cara melepaskannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Beban Hidup Perlu Dirilis

Kreator Tension Releasing Technique itu menambahkan, selama ini masyarakat selalu diajarkan untuk mengendalikan, memendam, meredam, dan menyimpan semua beban hidup lalu move on, melanjutkan kehidupan.

“Namun, beban-beban ini justru dapat menumpuk di dalam sistem fisiologis kita. Di sistem saraf ini tersimpanlah beban-beban yang siap untuk muncul suatu waktu. Itulah mengapa seseorang bisa mengalami kemarahan mendadak yang tidak bisa dikendalikan oleh pikirannya.”

Masa-masa seperti ini bisa dipicu juga oleh burnout akibat kelelahan kerja atau kekesalan terhadap orang lain yang dilimpahkan kepada anak-anak.

Misalnya, kekesalan terhadap pasangan yang meluap-luap di rumah tidak bisa disampaikan karena berbagai alasan. Namun, kepada anak yang mungkin tidak bisa merespons karena memiliki power yang lebih rendah, maka sering kali orang menggunakan abusive power ini untuk melampiaskan kekesalan.


Telusuri Beban yang Ada dalam Tubuh

Dari kasus ini, Rheo mengajak masyarakat belajar untuk menelusuri beban-beban yang ada di dalam tubuh agar tidak terjadi hal serupa.

Beban emosi yang berkepanjangan dapat meledak sewaktu-waktu dan menyakiti orang di sekitar atau menghancurkan karier secara berkepanjangan. Sebagai contoh, kasus Will Smith yang memukul Chris Rock di depan umum menunjukkan bagaimana beban dan stres dapat memicu respons kekerasan yang tidak terkendali.

“Saya menekankan pentingnya belajar melepaskan beban emosi, bukan hanya mengendalikannya. Jangan menyimpan beban-beban tersebut terus-menerus dan melanjutkan hidup seolah-olah tidak ada apa-apa karena hal itu bisa meledak dan merugikan kehidupan Anda,” ujar Rheo.


Segera Minta Bantuan Profesional

Ahli terapi fobia itu memberi saran, kala seorang ibu sedang hamil dan ada kecenderungan untuk mengalami fenomena baby blues, sebaiknya segera ditangani oleh profesional. Pasalnya, saat mengalami baby blues seorang ibu menjadi lebih mudah marah atau ingin menyakiti anak.

Bantuan atau kerja sama dari orang-orang di sekeliling yang menjaga mereka akan sangat membantu.

“Mengurangi aktivitas yang berlebihan yang bisa menyebabkan burnout juga akan memberikan ketenangan tertentu yang akhirnya membantu bayi bertumbuh dengan lebih baik.”

Hindari melakukan aktivitas yang terlalu melelahkan agar tidak terjadi ledakan-ledakan beban di dalam hati yang tersimpan.

“Semoga di kemudian hari tidak ada lagi kasus serupa yang dapat menyakiti anak-anak yang tidak berdaya.”

Bagi mereka yang menjalankan layanan daycare, penting untuk memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang lebih baik dan dilengkapi dengan staf yang memang kompeten dalam menangani hal ini. Serta memiliki sertifikasi khusus. Mengikuti kelas-kelas atau layanan kesehatan mental sejak dini sebelum persoalan beban itu menumpuk akan sangat baik, terutama bagi seorang ibu atau mereka yang baru saja menikah.

Bimbingan yang baik ketika sedang melahirkan juga dapat menghindarkan ibu dari persoalan seperti ini. Dukungan sosial dari sekeliling, serta komunitas dan jaringan persahabatan dari mereka yang juga sedang hamil, bisa membantu dengan memberikan perspektif yang berbeda dan tips praktikal dalam keseharian.

Infografis Peranan Penting Orang Tua dalam Pengasuhan Anak (Parenting)
Infografis peranan penting orang tua dalam pengasuhan anak (parenting) Source: Kementerian Sosial Reublik Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya