Liputan6.com, Jakarta - Masih banyak orang yang keliru memahami mengenai kolesterol. Salah satu mitos yang umum beredar adalah anggapan bahwa jika seseorang memiliki kadar kolesterol tinggi, maka harus segera menghentikan konsumsi telur dan makanan gorengan. Namun, kenyataannya tidaklah sesederhana itu.
Menurut dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM, Dokter Gizi di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, hal yang perlu diperhatikan adalah sumber kolesterol yang terdapat dalam makanan. Sumber tersebut meliputi kuning telur, seafood (seperti udang, cumi, kerang, dan kepiting), serta makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi seperti santan dan gorengan.
Advertisement
"Sebenarnya, yang harus dibatasi adalah asupan sumber kolesterol, termasuk kuning telur yang terlalu banyak. Apakah boleh dimakan? Boleh, hanya kita harus tahu porsinya," ujar Marya dalam sebuah wawancara dengan Health Liputan6.com baru-baru ini.
Advertisement
Misalnya, jika seseorang mengonsumsi empat kuning telur, empat bungkus gorengan, dan makanan lain yang kaya kolesterol seperti jeroan dalam satu hari, maka hal itu bisa meningkatkan risiko kolesterol tinggi. Ini menunjukkan bahwa pengaturan porsi sangat penting untuk menjaga kesehatan.
"Dokter biasanya akan menyarankan untuk menghentikan konsumsi kuning telur dalam situasi seperti ini karena asupan dari makanan lain sudah banyak yang mengandung kolesterol," tambah Marya.
Namun, bukan berarti pasien dengan kolesterol tinggi dilarang sama sekali untuk mengonsumsi telur. Yang perlu diperhatikan adalah seberapa sering dan berapa banyak mereka mengonsumsinya. "Kadang sebenarnya bukan enggak boleh, tapi lebih ke arah portion size," jelasnya.
Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa tidak ada satu jenis makanan pun yang secara spesifik dapat 'mematikan' bagi pasien kolesterol tinggi. Baik kuning telur maupun gorengan memiliki risiko masing-masing yang perlu dipertimbangkan.
Kolesterol Tinggi Apakah Boleh Makan Gorengan?
Bagaimana dengan gorengan? Menurut dr. Marya, gorengan memiliki risiko tertentu yang perlu diperhatikan.
"Gorengan, walaupun dibuat dari bahan seperti sayur atau kentang yang tidak mengandung kolesterol karena berasal dari tumbuhan, tetap berbahaya jika dikonsumsi berlebihan," katanya. Lebih lanjut, dia, menambahkan,"Ini disebabkan tingginya kadar lemak jenuh dari proses penggorengan."
Oleh karena itu, meskipun hanya mengonsumsi satu kuning telur, jika seseorang menghabiskan lima bungkus gorengan, itu tetap tidak baik untuk kesehatan.
Selain itu, penting untuk menyadari bahwa metode pengolahan makanan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. "Kalau cari makanan bergizi itu gampang ya, informasinya banyak. Tapi mungkin banyak juga yang lupa kalau cara masuk juga memengaruhi nilai gizi," jelas Marya.
Dengan kata lain, bagi pasien dengan kadar kolesterol tinggi, perhatian tidak hanya harus tertuju pada jenis makanan yang dimakan, tetapi juga pada porsi dan cara pengolahannya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu bijak dalam memilih makanan dan berkonsultasi dengan ahli gizi agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Advertisement
Berapa Kolesterol Normal Dewasa? Simak Penjelasan Menkes Budi
Pentingnya kesehatan berawal dari upaya deteksi yang dilakukan sejak dini. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menargetkan agar harapan hidup masyarakat Indonesia dapat meningkat hingga 74 tahun dengan melakukan pemeriksaan rutin terhadap kolesterol, gula darah, dan tekanan darah.
Dengan menjaga kadar kolesterol LDL di bawah 100 mg/dL, risiko terjadinya penyakit jantung koroner dapat diminimalkan.
Pemerintah kini menyediakan program pemeriksaan kesehatan secara gratis untuk seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang tinggal di daerah terpencil, sebagai langkah untuk mendukung deteksi dini serta pengobatan yang efektif terhadap penyakit kronis.
Masih Sedikit yang Rutin Cek Kolesterol dan Gula Darah
Statistik menunjukkan bahwa masih banyak warga Indonesia yang tidak rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Data mencatat bahwa 60 persen dari populasi belum pernah memeriksa kadar kolesterol mereka, sedangkan 62 persen lainnya belum melakukan pengukuran gula darah.
Hal ini sangat disayangkan, karena menurut Menkes,"Pemeriksaan sederhana ini dapat mencegah komplikasi serius."
Dengan mendeteksi masalah kesehatan lebih awal, biaya pengobatan dapat diminimalkan, dan kualitas hidup masyarakat pun akan meningkat secara signifikan.
Budi juga menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah daerah untuk keberhasilan program pemeriksaan kesehatan ini. Berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan program vaksinasi COVID-19, peran kepala daerah sangat penting dalam menjangkau masyarakat secara luas.
Oleh karena itu, upaya koordinasi dengan bupati dan wali kota di seluruh Indonesia terus dilakukan untuk memastikan bahwa program ini dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif. Dengan kolaborasi yang solid, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mereka.
Advertisement