Liputan6.com, Jakarta Lontong Cap Go Meh, merupakan salah satu hidangan khas perayaan Cap Go Meh. Makanan ini merupakan  bukti nyata akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa di Indonesia. Setiap suapannya menyajikan kisah panjang sejarah imigrasi Tionghoa dan perpaduan tradisi yang unik.
Mengutip dari berbagai sumber, sejarah Lontong Cap Go Meh tak lepas dari gelombang imigrasi Tionghoa ke Jawa, khususnya di kota-kota pelabuhan seperti Semarang, Pekalongan, Lasem, dan Surabaya. Para imigran, banyak yang pria, menikah dengan wanita lokal, menciptakan budaya peranakan yang kaya.
Tradisi membuat Yuanxiao (bola beras) selama Tahun Baru Imlek bertransformasi menjadi Lontong, makanan pokok Jawa. Bentuk lontong yang panjang melambangkan harapan akan umur panjang, sebuah doa yang tulus.
Advertisement
Ada pula legenda yang menarik mengaitkan Lontong Cap Go Meh dengan Laksamana Zheng He (Sam Po Kong). Konon, beliau mengadakan sayembara membuat sup terbaik untuk perayaan Cap Go Meh di Semarang. Seorang kepala desa, dengan waktu persiapan yang terbatas, menciptakan hidangan dari bahan-bahan sederhana yang tersedia, yang kemudian menjadi cikal bakal Lontong Cap Go Meh yang kita kenal sekarang.
Komposisi Lontong Cap Go Meh: Sajian Lengkap yang Menggoda
Lontong Cap Go Meh bukan sekadar lontong biasa. Ia adalah sajian lengkap yang memanjakan lidah. Ada lontong yang lembut, opor ayam yang gurih, sayur lodeh yang menyegarkan, ati goreng sambal yang pedas menggigit, telur pindang yang asin gurih. Ada juga yang menambahkan koya mapupun bubuk kedelai yang menambah tekstur, asinan yang menyeimbangkan rasa, sambal yang menambah cita rasa, dan kerupuk yang renyah.
Advertisement
Makna dan Simbolisme: Lebih dari Sekadar Kuliner
Setiap komponen dalam Lontong Cap Go Meh memiliki filosofi tersendiri:
- Lontong melambangkan harapan agar kehidupan terus berkembang dan berjalan dengan lancar, seperti bentuk lontong yang panjang.
- Opor ayam melambangkan kesejahteraan dan keberuntungan.
- Sambal goreng ati mencerminkan keteguhan hati dan kesabaran dalam menghadapi hidup.
- Telur pindang melambangkan kesuburan dan keberuntungan baru.
- Bubuk kedelai (serundeng) melambangkan kemakmuran dan berkah yang melimpah
Semua elemen ini menjadikan Lontong Cap Go Meh lebih dari sekadar hidangan perayaan. Ini adalah simbol harapan, doa, dan keberuntungan bagi tahun yang baru.Â
Penyebaran dan Popularitas: Tak Cuma di Jawa
Awalnya populer di Jawa, khususnya di kalangan peranakan Tionghoa-Jawa, Lontong Cap Go Meh kini semakin dikenal dan dinikmati di berbagai wilayah Indonesia. Banyak restoran, baik di Jakarta maupun kota-kota lain, yang menyajikannya sebagai menu tetap, terutama saat perayaan Cap Go Meh. Namun, perlu diingat bahwa variasi hidangan Cap Go Meh dapat berbeda di setiap daerah, misalnya di Betawi.
Popularitas Lontong Cap Go Meh juga menunjukkan betapa kayanya budaya kuliner Indonesia. Hidangan ini bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga representasi dari sejarah, budaya, dan harapan masyarakat Indonesia. Melalui Lontong Cap Go Meh, kita dapat melihat bagaimana berbagai budaya dapat berpadu dan menciptakan sesuatu yang unik dan bermakna.
Advertisement