MSG yang memiliki formula molekular C5H8NNaO4, setiap satu molekulnya memiliki berat sekitar 169.11227 g/mol. MSG dibuat dengan proses fermentasi seperti pada pembuatan yoghurt atau cuka. Bahan bakunya berasal dari bahan alami seperti tetesan gula tebu, tapioka, gula jagung, gula bit, menjadi asam 1-glutamic yang kemudian dinetralisasi oleh sodium hydroxide membentuk kristal putih yang dapat dicampurkan dalam makanan.
Penggunaan MSG sudah mendunia, terutama di wilayah Pacific Selatan, yang mengonsumsi setidaknya hampir 770,000 ton MSG setiap tahunnya.
Baca Juga
Dosen dan Ahli Gizi di Universitas Indonusa Esa Unggul, Dr. Idrus Jus'at, Ph.D menyebutkan, di Indonesia kontroversi soal keamanan bahan penyedap ini sudah berlangsung begitu lama, sejak 30 tahun lalu. Sementara di Amerika sendiri, di tahun 1959, Badan pengawasan makanan dan obat di Amerika (FDA) sudah menyatakan MSG sebagai bahan yang aman digunakan pada makanan, atau disebut sebagai GRAS (generally recognise as safe).
Advertisement
Tahun 1992, Council on Scientific Affairs, American Medical Association menyatakan bahwa glutamate dalam beragam bentuknya sebagai "significant health hazard." Dengan kata lain tidak berbahaya. Meski begitu, Idrus menyebutkan bahwa sebaiknya kita menggunakan penyedap atau penguat rasa alami.
Ini terutama karena toleransi penguat rasa saat masuk dalam tubuh berbeda pada masing-masing orang. Kita tidak tidak tahu efek apa yang yang bakal dialami seseorang. “Pada umumnya dari beberapa penelitian yang ada mereka yang tidak biasa menggunakan bahan ini bisa merasa pusing,” jelas Idrus.
Dalam berbagai penelitian, diungkapkan juga beberapa efek lain seperti misalnya tidak enak di leher, rasa tebal di muka, rasa mual, jantung berdebar, sakit dada, dan lain-lain.
Karena itu, sebaliknya, kita manfaatkan saja bahan-bahan makanan yang sudah tersedia di alam sebagai penguat dan penyedap rasa. “Seperti kecap, sambel tanpa MSG, bawang putih, bawang bombay,” jelas Idrus. Dan tentu saja bumbu-bumbu lain yang kita kenal selama ini.
Kalaupun terpaksa harus menggunakan, Idrus menyarankan sebaiknya kurang dari setengah gram setiap harinya. Sementara DR. Ir. Made Astawan, MS, dosen Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, IPB, Bogor menyebutkan, pada dasarnya jumlah asupan per hari tanpa risiko adalah 0-153 miligram per kilogram berat badan per hari.
Misalnya, orang dengan berat 50 kilogram, sebaiknya mengonsumsi MSG sebanyak 7,7 gram per hari. Atau jika dilihat dari makanannya, dosis MSG yang sesuai anjuran itu 0,2 sampai 0,8 persen dari berat masakan.(Abd)