Satu Lagi, Orangtua Korban Malapraktik `Gugat` Demo Dokter

Demo dokter sebagai bentuk solidaritas terhadap rekan sejawat, dianggap orangtua dari korban dugaan malapraktik, Raihan sebagai pembodohan.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 01 Des 2013, 19:30 WIB
Diterbitkan 01 Des 2013, 19:30 WIB
tolak-kriminalisasi-dokter-131127b.jpg
Demo para dokter yang diakui sebagai bentuk solidaritas terhadap rekan sejawat, dianggap Yunus (orangtua dari korban dugaan malapraktik, Raihan) sebagai gerakan pembodohan yang dilakukan oleh para medis profesional.

Muhammad Yunus mengatakan, masyarakat jangan mudah terpengaruh dengan gerakan seperti itu.

"Kita lihat faktanya saja kan terjadi, ada korban. Dokter ada salah diagnosa, dokter ada salah tindakan, dokter ada arogannya. Dokter mungkin ilmunya tidak sampai ke suatu kemampuan yang semestinya tidak dilakukan," kata Yunus, saat berbincang dengan Health Liputan6.com, seperti ditulis Minggu (1/12/2013)

Tidak hanya itu, Yunus pun mengatakan bahwa dokter terlalu menganggap sepele suatu hal. Dan dokter juga dianggap tidak melayani pasiennya dengan semestinya.

"Kita lihat, seharusnya mereka ada etika. Mereka ada aturan disiplin dan lain-lain. Kalau sudah terbukti bersalah secara etik, disiplin serta hukum, ya wajar saja dong hukuman itu," kata Yunus menerangkan.

"Ini konspirasi dan arogansi profesi yang semestinya malu untuk dilakukan oleh para dokter. Coba saja berobat ke dokter, apa hasil analisanya. Terkadang, beberapa dokter beda hasil. Jadi, pasien mau diapakan?," kata Yunus menambahkan.

Dikatakan Yunus lagi, tak sedikit pasien yang sudah diperas mahal, tapi hasilnya tetaplah nyawa jadi taruhannya, dan cacat yang didapat

"Pasien kadang diuji coba klinis oleh para dokter," kata Yunus geram.

Sejatinya, kata dia, dokter yang bekerja penuh melayani masyarakat dalam hal bidang kesehatan justru melakukan sebuah gerakan yang justru menjatuhkan harkat dan martabat seorang dokter secara tidak langsung.

Kasus Raihan belum menemukan titik akhir

Sampai hari ini bapak tiga orang anak itu terus memerjuangkan nasib anak laki-lakinya, Raihan, yang diduga menjadi korban malapraktik rumah sakit swasta yang ada di Jakarta.

Yunus memertanyakan, di mana letak rasa tanggung jawab seorang dokter, yang tiba-tiba saja masa bodoh terhadap kasus yang dialaminya.

"Di mana letak hati nurani seorang dokter, tatkala melihat kondisi pasiennya yang dari normal tiba-tiba menjadi cacat?," kata dia lagi.

Memang, sampai hari ini kondisi bocah berusia 11 tahun itu semakin terpuruk. Setelah menjalani pengobatan berkali-kali, kondisinya tak kunjung membaik.

Dari pengobatan di rumah sakit sampai pengobatan alternatif sudah dilakukan bocah malang itu. Mungkin, ratusan juta pun sudah keluar dari kocek Yunus. Tapi, tetap saja belum menampakkan hasil yang memuaskan.

"Raihannya masih berjuang dan tidak ada kemajuan yang signifikan. Kami tetap beriktiar untuk menyembuhkan Raihan. Kami mohon doanya selalu," kata Yunus memohon.

Hingga saat ini, Yunus sendiri masih memertanyakan hal ini pada MKEK dan IDI. Dia menuturkan bahwa ada `jeruk yang melindungi jeruk`.

"Sampai detik ini, kami belum ada mendapatkan respons dari MKEK dan IDI. Sudah dua kali saya mengadukan secara tertulis ke mereka, dan mereka meminta hasil penyidikannya, namun tidak ada respons," kata Yunus menjelaskan.

Meski belum mendapatkan respons jelas tentang nasib yang menimpa buah hatinya, Yunus beserta istri akan tetap berjuang sampai titik nadir terakhir.

"Saya akan tetap tuntut hal ini secara KODEKI (Kode Etik Kedoteran) apa penilaiannya pada kasus Raihan ini?," kata dia lagi.

Ke depannya, dia berharap kasus ini benar-benar cepat selesai, dan tak ada lagi kasus-kasus malapraktik yang melibatkan masyarakat di Indonesia.

(Adt/Igw)

Baca juga:

Kenapa Usai Operasi Usus Buntu si Bocah Raihan Jadi Lumpuh & Buta

Efek Operasi Usus Buntu, Raihan Kini Dinyatakan Lumpuh Total

Kronologi Kasus Raihan, Bocah yang Lumpuh dan Buta Usai Operasi

Raihan, Bocah Periang yang Koma 3 Bulan Karena Dugaan Malapraktik

Kisah Lain Raihan, si Bocah Koma Akibat Dugaan Malpraktik

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya