Liputan6.com, Jakarta Satu suku dekat Gunung Bromo memiliki sebuah ritual yang selalu dilaksanakan setiap tahun. Pada tahun ini suku Tengger telah melaksanakan ritual puncak Yadnya Kasada di Gunung Bromo, Kamis (18/7/2019) pukul 03.00 dinihari, ritual ini pun sebenarnya sudah dimulai sejak, Jumat (12/7/2019).
Ritual ini selalu diikuti oleh masyarakat suku Tengger yang merupakan keturunan dari Rara Anteng dan Joko Seger yang kini menempati 4 wilayah, yaitu di Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang.
Advertisement
Baca Juga
Yadnya Kasada sendiri dilaksanakan untuk menyampaikan bentuk syukuran berupa tumpeng dan hasil bumi yang disajikan ke kawah puncak Gunung Bromo pada bulan Kasada hari ke-14 menurut penanggalan Jawa.
Selain itu tidak hanya masyarakat saja yang melaksanakan ritual ini. Namun ritual ini pun juga dibantu oleh pihak pemerintah dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS).
"Kita sudah menyiapkan personel guna mengendalikan dan mengendalikan (Pamdal) di 11 titik dengan kurang lebih 150 orang dari TNBTS yang dibantu mitra," kata Syarif Hidayat, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) kepada Merdeka, Rabu (17/7/2019). Ya, ritual unik yang dilakukan di Gunung Bromo ini pun menjadi tradisi turun temurun.
Sejarah Ritual Yadnya Kasada di Gunung Bromo
Sejarah Gunung Bromo tidak dapat dipisahkan akan kisah pasangan Rara Anteng dan Joko Seger. Asal muasal nama suku Tengger pun diambil dari nama keduanya.
Pasangan ini pun membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, yang mempunyai arti "Penguasa Tengger yang Budiman".
Namun dalam kehidupannya, pasangan ini tidak memiliki anak. Maka dari itu Rara Anteng dan Jaka Seger pun melakukan semedi kepada Sang Hyang Widhi. Lalu tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo.
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri. Akan tetapi, namanya naluri orangtua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya.
Pendek kata, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji. Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka. Kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita, kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
Kesuma, anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo. Bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib, "Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orangtua kita dan Sang Hyang Widhi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tentram, sembahlah Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo,".
Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.
Berikut 5 fakta ritual Yadnya Kasada yang dilakukan oleh suku Tengger yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (20/7/2019).
Advertisement
Dilaksanakan berdasarkan legenda Rara Anteng dan Jaka Seger
Setelah mengetahui sejarah mengenai Gunung Bromo tentu ritual Yadnya Kasada ini tidak dapat lepas dari legenda Rara Anteng dan Jaka Seger yang bersemedi untuk meminta keturunan kepada Sang Hyang Widhi.Â
Meski telah menghindari untuk mengorbankan anaknya, tetap saja anak bungsu bernama Kusuma hilang dijilat api dan masuk ke kawah Gunung Bromo.
Lalu ritual ini pun akhirnya selalu dilaksanakan pada bulan Kasada hari ke-14 setiap tahunnya oleh masyarakat suku Tengger.
Ritual dilaksanakan agar terhindar dari musibah dan marabahaya
Menilik dari sejarah, diadakannya ritual Yadnya Kasada pada bulan Kasada hari ke-14 pada penanggalan Jawa ini agar terhindar dari musibah dan marabahaya. Dan juga menyampaikan pesembahan kepada Sang Hyang Widhi ke kawah puncak Gunung Bromo.
Dalam ritual ini diikuti oleh masyarakat keturunan Rara Anteng dan Jaka Seger yang menempati wilayah Tengger di 4 lokasi Kabupaten, yaitu Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Malang.
Advertisement
Salah satu sesaji berupa hasil bumi dan hewan ternak
Sesaji yang disampaikan ke Sang Hyang Widhi di kawah puncak Gunung Bromo berupa hasil bumi, aneka makanan, dan hewan ternak dengan suka rela. Persembahan ini menunjukan rasa syukur atas rejeki yang telah diterima masyarakat suku Tengger.
Â
Sesaji barang persembahan diperebutkan oleh banyak orang
Sesaji dan barang persembahan yang dilarung di kawah puncak Gunung Bromo ini ternyara diperebutkan oleh banyak orang, usai tokoh masyarakat dan suku tengger memanjatkan doa meminta keselamatan dan berkah.Â
Makanan lauk pauk yang jadi bagian sesaji diletakan di bibir kawah, lalu ditancapkanlah dupa di atasnya. Saat sesaji dilemparkan ke dalam kawah beberapa orang telah bersiap di lereng kawah puncah Gunung Bromo dengan membawa alat seperti jaring untuk memperebutkan sesaji.
Advertisement
Ritual ini tetap terus dilakukan walaupun keadaan gunung waspada
Diketahui bahwa dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2019, Gunung Bromo aktivitasnya cukup aktif dan pernah meletus pada bulan Februari 2019 dengan mengeluarkan material vulkanik.
Meski begitu, ritual Yadnya Kasada tetap dilaksanakan oleh masyarakat suku Tengger pada acara puncaknya di kawah puncak Gunung Bromo. Untuknya status Gunung Bromo sendiri masih wapada level II yang buat masyarakat masih memungkinkan untuk melaksanakannya.