Liputan6.com, Jakarta Film Joker yang dibintangi Joaquin Phoenix ini memang sedang menjadi perbincangan masyarakat Indonesia. Film yang baru saja dirilis, Rabu (2/10/2019) ini mendapat berbagai pujian dan menjadi film terbaik dalam Festival Film Venice.
Tak berhenti di situ saja, film Joker pun bahkan digadang-gadang akan membawa sang aktor Joaquin Phoenix masuk nominasi Oscar 2020 dan bahkan memenangkan Best Actor. Film Joker sendiri menceritakan kisah hidup seorang pria bernama Arthur Fleck yang menyedihkan.
Advertisement
Baca Juga
Namun siapa sangka sang pemeran Joker, Joaquin Phoenix memiliki hidup yang tak kalah memilukan? Joaquin Phoenix adalah seorang aktor Hollywood kelahiran 28 Oktober 1974 dan telah berkiprah sejak masih kecil.
Meski sahabat Heath Ledger ini mendapat pujian karena telah memenangkan Grammy Award dan Golden Globe untuk karyanya di Walk the Line, namun ia pun juga seorang aktor yang kontroversial. Berikut kisah pilu Joaquin Phoenix yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (10/10/2019).
1. Keluarganya pernah menjadi bagian dari sekte yang melecehkan anak-anak secara seksual
Orang tua Joaquin Phoenix, Arlyn Phoenix dan John Lee Bottom adalah yang seorang hippie yang bergabung dengan sebuah sekte bernama Childrens of God. Pada waktu itu keduanya tidak mengetahui bagaimana ajaran sekte tersebut, yang akhirnya membawa kemalangan.
Menurut Gavin Edwards, penulis biografi River Phoenix's Last Night at the Viper Room: Phoenix dan Hollywood He Left Behind, ajaran sekte tersebut adalah anak-anak berusia tiga tahun didorong untuk berhubungan seksual dengan orangtua mereka dan orang dewasa lainnya.
Namun eksploitasi lebih ditekankan kepada anak-anak. Anak-anak dapat berpasangan untuk melakukan hubungan seksual saat malam hari, setelah ritual dan sebelum tidur.
Advertisement
2. Keluarga Phoenix tinggal dalam gubuk dengan dipenuhi tikus selama bertahun-tahun
Pada waktu bergabung bersama dengan sekte Childrens of God, keluarga Phoenix masih menggunakan nama keluarga Bottom dan pindah ke pusat sekte yang berada di Crockett, Texas. Pada saat inilah Rain Phoenix lahir dan keluarga ini menjadi patriarki keluarga John Bottom yang dinamai Uskup Agung Venezuela dan Karibia.
Selanjutnya keluarga ini pindah ke San Juan, Puerto Riko, di mana mereka pada dasarnya orang miskin. Setelah hampir dua tahun, mereka menetap di Caracas, Venezuela, di mana mereka hidup dalam kemiskinan sambil mengkhotbahkan pesan kultus.
Menurut sebuah buku tentang masalah oleh Maxim Furek, keluarga itu tinggal di daerah kumuh penuh tikus yang tidak memiliki toilet.
Ketika Joaquin Phoenix berusia tiga tahun, keluarganya meninggalkan kultus dan pindah ke pinggiran Caracas. Meskipun ada perubahan lokasi, mereka masih hidup dalam kemiskinan dan tinggal di gubuk pantai yang kotor.
3. Keluarga Phoenix kabur dari sekte melalui kapal barang ke Amerika Serikat
Arlyn Phoenix, ibu Joaquin kecewa terhadap sekte Childrens of God ketika sekte mulai berkhotbah bahwa wanita harus menggunakan seks untuk merekrut anggota pria.
Dia mengakui, "Orang yang melakukannya menjadi gila. Dia berusaha menarik pengikut kaya melalui seks. Tapi tidak mau,". Keluarga harus melarikan diri.
Pertama mereka pindah ke sebuah rumah di luar komunitas Venezuela, kemudian menyelinap ke sebuah kapal barang yang menuju ke Amerika Serikat.
Menurut Maxim Furek, pada tahun 1978, Phoenix diselundupkan kembali ke Amerika dengan kapal barang yang penuh mainan yang menjatuhkan mereka di Englewood, Florida. Sesampai di sana, keluarga ini mengubah nama mereka dari Bottom ke Phoenix untuk melambangkan awal kehidupan baru mereka.
Advertisement
4. Mengamen di jalanan untuk memenuhi kebutuhan
Sekte Childrens of God tidak pernah membayar misionaris dari keluarga Phoenix, maka dari itu keluarga ini sering kekurangan. Pada saat masih bergabung dalam sekte pun anak-anak dalam keluarga ini mengamen di setiap sudut jalan untuk dapat memenuhi kebutuhan.
Menurut penulis biografi River Phoenix, yang dikutip dari Ranker, Kamis (10/10/2019), Joaquin dan saudara-saudaranya bernyanyi di sudut-sudut jalan untuk mendapatkan uang receh.
“Pada usia dini, River mengamen di sudut-sudut jalan, mencoba menyebarkan berita dan menyebarkan agama untuk aliran sesat. Tetapi jika dia tidak membawa pulang uang receh cukup banyak pada hari itu, keluarga tidak akan makan,” kata penulis biografi itu kepada NPR.
5. Kehilangan sang kakak, River Phoenix pada tahun 1993
Joaquin dan kakaknya River Phoenix menjelma menjadi artis terkenal setelah pindah ke Amerika Serikat. Namun sayang, sang kakak meregang nyawa di hadapannya saat sedang berada di sebuah tempat hiburan.
River Phoenix memiliki ketergantungan terhadap narkoba yang menyebabkan overdosis tidak sengaja di luar Viper Room. Penggunaan narkoba dimulai pada usia dini, ketika ia bertemu Corey Feldman di set Stand By Me.
Pada saat River meninggal, dia mengonsumsi narkoba termasuk merokok dan menggunakan heroin pada saat yang bersamaan. Pada tanggal 31 Oktober 1993, River meninggal karena overdosis.
Saat kematian sang kakak, di situ ada pula Rain Phoenix kakak perempuan Joaquin, kekasih River dan beberapa bintang lainnya seperti gitaris Red Hot Chili Peppers John Frusciante.
Joaquin Phoenix yang baru berusia 19 tahun saat kejadian langsung menelepon 911 untuk menyelamatkan nyawa kakaknya yang berusia 23 tahun. Selama panggilan, Rain memegang dada River mencoba untuk menghentikan kejang yang diinduksi oleh obat.
Advertisement
6. Joaquin Phoenix kecanduan alkohol setelah syuting Walk The Line pada 2005
Kecanduan alkohol dimulai melalui saat Joaquin memerankan karakter penyanyi legendaris Johnny Cash yang juga kecanduan alkohol. Joaquin saat itu bermain dalam film Walk the Line yang menceritakan kehidupan sang musisi.
Kecanduan alkohol membuat aktor 44 tahun ini sering bertengkar dengan istrinya. Selain ayahnya, kakeknya ternyata kecanduan heroin. Selanjut, Joaquin Phoenix pun melalukan rehabilitasi alkohol pada tahun 2005.
"Saat syuting film Walk the Line saya menjadi sadar akan kebiasaan minum saya. Saya bukan peminum sehari-hari, tetapi tidak memiliki hal lain untuk dilakukan, apa pun untuk menahan saya. Saya bersandar pada alkohol untuk membuat saya merasa baik-baik saja. Itulah yang sebenarnya," katanya.