Liputan6.com, Jakarta Pernikahan merupakan salah satu impian bagi setiap pasangan. Banyak orang berharap agar kehidupan pernikahannya selalu bahagia hingga maut memisahkan. Namun tak semua orang beruntung dapat menikmati kehidupan rumah tangga yang harmonis.
Hal serupa juga terjadi pada wanita asal Malang, Jawa Timur ini. Baru-baru ini seorang wanita bernama Naima Maheswari menjadi viral di media sosial setelah menceritakan kisah pilu kisah pernikahan dirinya yang hanya berlangsung 12 hari.
Advertisement
Baca Juga
Kisah yang menjadi pengalaman terburuk sepanjang hidupnya ini, ia bagikan di akun Twitter-nya @NaimaMaheswari. Naima menjelaskan rincian kejadian pernikahannya yang kandas tepat di hari kedua belas.
Naima menikah dengan pasanganya pada 13 Desember 2019. Tanpa alasan yang jelas, di hari ke-12 sang suami memutuskan begitu saja untuk tidak melanjutkan pernikahan mereka seperti Liputan6.com kutip dari thread Twitter @NaimaMaheswari, Jumat (24/1/2020).
Awal memulai hubungan
Sebelum memulai suatu hubungan, tentunya akan diawali dengan perkenalan. Wanita yang akrab disapa Nay ini berkenalan dengan seorang pria yang tak disebutkan namanya pada 2018 silam. Diketahui, ia mengenal pria tersebut dari temannya.
Sejak saat itu, keduanya saling berkomunikasi setiap hari dan menjadi semakin akrab. Seperti pasangan kekasih pada umumnya, keduanya rutin memberi kabar. Seperti melakukan video call, bertukar pesan via WhatsApp dan kegiatan lainnya layaknya pasangan kekasih.
Setelah setahun akrab, pria tersebut melamar Naima pada 20 April 2019 tepatnya di sebuah cafe yang ada di Batu, Malang. Pria itu mengungkapkan ingin menjalani hubungan yang lebih serius.
Pada kala itu Naima berpikir bahwa pria tersebut ingin berpacaran dengannya. Tak sesuai dugaan, tiba-tiba pria itu mengajak Nay menikah dan menjelaskan ia sudah bosan pacaran. Mendengar ungkapan pria tersebut ia tentu sangat bahagia. Akhirnya keduanya bertemu orang tua Nay dan diberikan restu untuk menikah.
Advertisement
Memutuskan menikah
Setelah bertunangan yang tidak disebutkan tanggalnya, Naima dan sang suami menikah pada 13 Desember 2019 lalu. Pernikahan keduanya berlangsung penuh kebahagiaan. Namun sebelum pernikahan berlangsung, ternyata ada sesuatu kejadian yang ia pendam.
Menurut Naima memang terjadi beberapa kejadian yang mengganjal. Meski demikian, ia tetap bepikir positif dan menganggap itu adalah ujian sebelum menikah.
"Kita selisih pendapat sampai bertengkar hebat dan sampai terdengar di telinga orang tua kami. Akhirnya kedua keluarga bertemu,dan syukurlah masalah bisa teratasi," tulis Naima seperti dikutip Liputan6.com dari akun Twitter @naimamaheswari, Jumat (24/1/2020).
Setelah hari pernikahan, Naima dan suami menjalani kehidupan barunya sebagai pasangan suami istri. Keduanya bercanda ria dengan menghabiskan waktu bersama dan menikmati cuti hari liburnya. Namun kebahagiaan itu hanya berjalan singkat, yaitu selama empat hari saja. Keadaan mulai berubah di hari selanjutnya.
"Di hari ke 4 ngga ada obrolan apapun. Sore dia ke rumah temannya dan pulang malam langsung tidur dan tidurnya seperti ngejauhin aku," tulis Naima di akun Twitternya, @naimamaheswari.
Sikap suami yang berubah
Kebahagiaan yang awalnya sempurna berubah menjadi suram. Konflik mulai muncul ketika suami pamit ingin kerja, sementara ia masih harus melewati tradisi Jawa "Sepasaran' yang tidak memperbolehkan pengantin untuk bekerja.
Menghiraukan hal itu, sang suami tetap pada keputusannya dan bekerja di hari kelima. Padahal sebelumnya sang suami pamit akan bekerja di hari ke-8 setelah pernikahannya. Naima membiarkan suaminya kerja dan ia tetap membantu sang ibu dalam melakukan tradisi sepasaran.
"Dan aku nganterin seserahan itu ke rumah mertua juga, anehnya mertua gak ngasih kita seserahan balik. Disitu mama aku udah ngerasa aneh cuman aku tau beliau lebih milih mendem karna ngga mau ngerusak suasana bahagia," tulis Nay di akun Twitternya.
Usai tradisi sepasaran, Naima mendapat telepon dari suami yang menyuruhnya agar tidur di rumah mertua. Namun, sejak saat itu ia sudah merasa ada yang aneh dengan sikap dan bahasa suami yang tidak seperti biasanya.
Kemudian Naima menuruti perintah sang suami, ia datang ke tempat mertua dan membawakan sate untuk dimakan bersama keluarganya.N amun, niat baik ini tiba-tiba ditolak oleh ibu mertuanya yang mengatakan bahwa dirinya tidak suka sate.
"Aku sih ga mikir apa-apa, cuma mikir kalau ternyata mama mertua ngga suka sate, jadi lain kali harus bawa yang lain," kata Nay.
Advertisement
Ibu Mertua menyakiti hati Naima
Setelah berpikir positif, Naima merasa ada kejanggalan lagi. Kehadirannya di sana seperti tak dianggap oleh mertua dan keluarga suami yang lainnya. Ia sudah mencoba berbaur, namun tetap saja Nay tidak mendapat respon.
Bahkan ia tidak dihiraukan oleh keluarga sang suami. Perasaan Naima mulai hancur saat mengetahui dirinya diperlakukan beda dari keluarga yang lain. Sikap sang suami menjadi semakin aneh dengan tidak memberi respon terhadap Naima.
"Malah pas duduk disana aku ga dianggep sama sekali. Aku tanya ga dijawab. Mereka ketawa-ketawa ngobrol seolah aku ga ada. (Sakit)," kata Nay.
Pada hari ke delapan setelah pernikahan, malam harinya Nay tak sengaja terbangun dari tidur. Ia dan suami ternyata tidur dalam ranjang yang terpisah, karena suaminya tidur di ruang TV. Bahkan saat Naima memeluknya, suami juga tak merespon.
Dari situ ia merasa terpukul, Naima bertanya-tanya apa salah yang diperbuat pada dirinya sendiri. Ia bahkan sempat mengira ini semua karena fisiknya.
"Dia bilang apa masalahnya? Dia menerima baik buruk dan segala tantangannya. Tapi sekarang jadi gini? Malam itu aku hancur," kata Nay.
Jatuh sakit dan dijemput orangtuanya
Tak tahan memendamya sendirian, pada hari ke-12 Nay jatuh sakit. Kondisi sakit muntaber ini membuatnya bolak-balik pergi ke toilet. Melihat kondisi Nay seperti itu, suaminya juga tak memberi respon atau komentar sedikitpun.
Ia ditinggal sendirian di rumah dalam keadaan kondisi sakit saat itu. Tak tahan dengan sakitnya, ia menghubungi ayahnya dan minta dijemput.
"Papa datang sama kakak keponakan ku yang kerja ikut papa aku. Pas papa buka pintu kamar pun kau masih sesenggukan dan duduk di bawah," tulis Nay.
Saat dijemput sang ayah, akhirnya Naima menceritakan semua kejadian yang telah ia alami tersebut. Masih pada hari yang sama, orang tua Nay pergi ke rumah keluarga suami. Di sana ia menyelesaikan semuanya karena merasa tak terima putrinya diperlakukan seperti itu.
Sontak paman dari suaminya menelepon. Di dalam perbincangannya, suami Nay melontarkan ucapan maaf dan berkata tidak bisa meneruskan pernikahannya.
"Pas ayah denger itu ayah langsung bilang kalau memang seperti itu yasudah, tolong selesaikan sendiri dia dengan keluarga anda. Anak saya, saya masih kuat ngurus," kata Nay.
Advertisement
Suami meninggalkannya tanpa alasan
Mendengar keputusan suaminya untuk tidak meneruskan hubungan pernikahan, menyisakan luka yang mendalam bagi Naima. Kemudian ia memberanikan diri untuk mengirim pesan singkat berisi permintaan untuk dirinya dikembalikan ke orang tua dengan baik-baik pada hari ke-12 itu.
Namun berselang dua minggu setelah kejadian, pihak keluarga suaminya tak ada yang menanyakan keberadaan atau mencoba untuk mengembalikan Nay ke keluarganya. Suami Naima seakan hilang tanpa jejak dan tak memberikan alasan mengapa berbuat demikian.
Dengan adanya kejadian ini, salah satu temannya mencoba menghubungi suaminya Nay. Kemudian ia mendapat balasan yang intinya sang suami tak pernah menyesal atas apa yang sudah terjadi.
"Aku baru dapat kabar dari temanku yg teman dia juga. Bahwa dia mengatakan tidak pernah menyesal atas apa yang terjadi," tulis Nay.
Naima menduga sang suami masih mengalami trauma
Wanita asal Malang ini juga bercerita bahwa ada kemungkinan sikap suaminya yang berubah karena trauma yang dideritanya. Sang suami sebelumnya pernah gagal menikah.
"Sudah tunangan dan mendekati hari H dia gagal menikah. Tapi kenapa trauma itu dilempar ke aku? Kenapa dulu dia minta aku sebegitunya kalau cuman untuk begini ? (Allah.. Allah..sakit sumpah)," tulisnya
Sejak adanya masalah ini, membuat Nay tidak berani keluar rumah. Ia merasa terlalu banyak omongan orang sekitar yang membuatnya tak nyaman. Selain itu, ia juga mengaku belum siap untuk menghadapi semua perkataan orang-orang di sekitarnya.
Advertisement