70 Kata Mutiara Soekarno Insipiratif, Kobarkan Semangat

Liputan6.com, Jakarta Kata mutiara Soekarno dikenal dengan semangatnya yang kuat. Sebagai proklamator bangsa Indonesia, Soekarno merupakan sosok yang dihormati sekaligus dipuja. Pemimpin pertama Indonesia ini selalu memiliki semangat nasionalisme yang berkobar.

Pidato-pidatonya yang menggelegar, berhasil mengguncang hati seluruh rakyat Indonesia. Ini membuat kata mutiara Soekarno, banyak jadi pacuan semangat rakyat. Ada banyak kata mutiara Soekarno yang bisa dijadikan pemicu semangat.

Kata mutiara Soekarno didapat dari kutipan pidato hingga tulisan-tulisannya. Kata mutiara Soekarno tak pernah gagal membakar semangat para kaum muda. Kata mutiara Soekarno bisa menjadi cermin nasionalisme seorang warga negara.

Berikut 70 kata mutiara Soekarno untuk kobarkan semangat, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (17/1/2021).

1. Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.

2. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.

3. Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.

4. Kalau pemuda sudah berumur 21-22 tahun sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa, pemuda begini baiknya digunduli saja kepalanya.

5. Engkau telah sering mendengar mengenai diriku, bahwa aku ini sejak umur 16 tahun telah mencemplungkan diri dalam gerakan untuk tanah air, bangsa, dan cita-cita.

6. Menaklukkan ribuan manusia mungkin tidak disebut pemenang, tapi bisa menaklukkan diri sendiri disebut penakluk yang brilian!

7. Lakukan kebaikan untuk orang lain, bahkan ketika mereka tidak melakukan kebaikan bagi Anda; orang lain tentu akan berbuat baik kepada Anda. Jika masih ada rasa malu dan takut di hati seseorang untuk berbuat baik, pasti tidak akan ada kemajuan sama sekali.

8. Bebek berjalan berbondong-bondong, akan tetapi burung elang terbang sendirian.

9. Laki-laki dan perempuan adalah seperti dua sayap dari seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; Jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.

10. Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.

1. “Negara ini, Republik Indonesia, bukan milik kelompok manapun, juga agama, atau kelompok etnis manapun, atau kelompok dengan adat dan tradisi apa pun, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!”

2. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”

3. “Itulah konsep nasionalisme yang didirikan Indonesia. Bukan orang Jawa, bukan orang Sumatera, bukan orang Kalimantan, Sulawesi, Bali atau lainnya, tapi orang Indonesia, yang bersama-sama menjadi fondasi satu kesatuan nasional.”

4. "Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka."

5. “Jikalau aku misalnya diberikan dua hidup oleh Tuhan, dua hidup ini pun akan aku persembahkan kepada tanah air dan bangsa.”

6. “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”

7. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuat.

8. Bangsa yang terdiri dari kaum buruh belaka dan menjadi buruh antara bangsa-bangsa. Tuan-tuan hakim itu bukan nyaman. Tidaklah karenanya wajib tiap-tiap nasional mencegah keadaan itu dengan seberat-beratnya?

9. Entah bagaimana tercapainya persatuan itu, entah bagaimana rupanya persatuan itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke Indonesia Merdeka itulah Kapal Persatuan adanya.

10. Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya.

1. “Menaklukkan ribuan manusia mungkin tidak disebut pemenang, tapi bisa menaklukkan diri sendiri disebut penakluk yang brilian!”

2. “Belajar tanpa berpikir tidak ada gunanya, tapi berpikir tanpa belajar sangat berbahaya!”

3. “Kita hidup dalam dunia ketakutan. Kehidupan manusia saat ini berkarat dan terasa pahit karena ketakutan akan masa depan, takut akan bom hidrogen, takut akan ideologi. Mungkin ketakutan ini adalah bahaya yang lebih besar daripada bahaya itu sendiri, karena ketakutanlah yang mendorong manusia untuk bertindak bodoh untuk bertindak tanpa berpikir, untuk bertindak berbahaya.”

4. “Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam.”

5. Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali.

6. Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsanya hidup dalam damai dan persaudaraan.

7. Aku lebih suka lukisan samudra yang gelombangnya menggebu-gebu daripada lukisan sawah yang adem ayem tentram.

8. Berpedomanlah pada harapan dan ketetapan hati. Berpedomanlah pada cita-cita, berpedomanlah pada impian dan angan-angan.

9. Perbaikan nasib ini hanya bisa datang seratus persen, bilamana masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialisme.

10. Suatu bangsa hanyalah menjadi kuat kalau patriotismenya meliputi patriotisme ekonomi. Ini memang jalan yang benar ke arah kekuatan bangsa, jalan yang jujur, jalan yang tepat.

1. Tuhan menciptakan bangsa untuk maju melawan kebohongan elit atas, hanya bangsanya sendiri yang mampu merubah nasib negerinya sendiri.

2. “Dimana perbudakan berada, di sana tidak ada kebebasan; dan dimana kebebasan berada, perbudakan pun tidak ada.”

3. “Jika kita memiliki keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya.”

4. “Bunga mawar tidak pernah mempropagandakan harumnya, namun keharumannya dengan sendirinya menyebar melalui sekitarnya.”

5. Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-Saudara. Berjiwa besarlah, ber-imagination. Gali! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia.

6. Negara kita ini untuk kita semua, untuk seluruh rakyat dan untuk seluruh keturunan bangsa kita.

7. Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.

8. Sungguh Tuhan hanya memberi hidup satu kepadaku, tidak ada manusia mempunyai hidup dua atau tiga.

9. Wadah yang bernama Negara Republik Indonesia yang terdiri dari berbagai agama, suku, adat istiadat ini supaya utuh tidak retak.

10. Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal dari rakyat, dan bukan berada atas rakyat.

1. Apa yang sudah disepakati secara politik, jangan pernah diperdebatkan secara estetis.

2. Saya katakan bahwa cita-cita kita dengan keadilan sosial adalah satu masyarakat yang adil dan makmur dengan menggunakan alat-alat industri, alat-alat teknologi yang sangat moderen. Asal tidak dikuasai oleh sistem kapitalisme.

3. Rakyat padang pasir bisa hidup, masa kita tidak bisa hidup!

4. Saatnya telah tiba untuk meyakinkan dunia bahwa aku bukan boneka Jepang.

5. Dalam pidatoku, "Sekali Merdeka tetap Merdeka"! Kucetus semboyan: "Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN"

6. “Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bestik tapi budak.”

7. Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, berjuang karena rakyat, dan aku penyambung lidah rakyat.

8. Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah.

9. Pemilihan umum jangan menjadi tempat pertempuran. Perjuangan kepartaian yang dapat memecah persatuan bangsa Indonesia.

10. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka

1. Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.

2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.

3. Tulislah tentang aku dengan tinta hitam atau tinta putihmu. Biarlah sejarah membaca dan menjawabnya.

4. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.

5. Dan sejarah akan menulis: di sana di antara benua Asia dan Australia, antara Lautan Teduh dan Lautan Indonesia adalah hidup satu bangsa yang mula-mula mencoba untuk kembali hidup sebagai bangsa, tetapi akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsa-bangnsa kembali menjadi: Een natie van koelies, en een kolie onder de naties. Maha besarlah Tuhan yang membuat kita sadar kembali sebelum kasip.

6. Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta. Masa yang lampau sangat berguna sebagai kaca benggala daripada masa yang akan datang.

7. Jangan pernah melupakan sejarah. Ini akan membuat dan mengubah siapa diri kita.

8. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuat.

9. Massa adalah penentu sejarah.

10. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri.

1. Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari dua sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.

2. Kemerdekaan adalah jembatan emas, jembatan inilah yang leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi.

3. Tuhan tidak merobah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya.

4.Dengan setiap rambut di tubuhku, aku hanya memikirkan tanah airku.

5. Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar dengan tekad merdeka, merdeka atau mati!

6. Kemerdekaan adalah jembatan emas, jembatan inilah yang leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi.

7. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri.

8. Tetapi kecuali dari pada itu maka peristiwa menjadi merdekanya sesuatu bangsa yang tadinya dijajah oleh imperialisme bangsa lain, merdeka, betul-betul merdeka, dan bukan merdeka boneka.

9. Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya.

10. Merdeka hanyalah sebuah jembatan, walaupun jembatan emas. Di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis!