Liputan6.com, Jakarta - Apa itu virus cacar monyet? Virus cacar monyet adalah virus Monkeypox (anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae). Infeksi virus cacar monyet adalah sejatinya ditularkan dari hewan ke manusia (Zoonosis) dan bukan tidak mungkin ditularkan antar manusia.
Baca Juga
Advertisement
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam keterangan tertulisnya pada 19 Mei 2022, menegaskan dunia harus mewaspadai infeksi virus cacar monyet. Infeksi cacar monyet umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi berisiko pula menyebabkan kematian.
“Wabah cacar monyet dalam beberapa waktu terakhir, rasio kasus kematian sekitar 3-6 persen,” jelas WHO.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dalam keterangan resminya menegaskan sampai saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk monkeypox. Pengobatan bersifat simptomatis dan suportif, sementara ketersediaan vaksin cacar monyet masih sangat terbatas.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam gejala infeksi virus cacar monyet, bahaya, dan cara mencegahnya, Sabtu (21/5/2022).
Mengenal Virus Cacar Monyet atau Monkeypox
Memahami infeksi virus cacar monyet ini bukan lagi masalah kesehatan biasa. Virus cacar monyet adalah virus Monkeypox (anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae). Infeksi virus cacar monyet adalah sejatinya ditularkan dari hewan ke manusia (Zoonosis).
Infeksi virus cacar monyet dibawa oleh monyet, tikus Gambia dan tupai. Inang utama dari virus Monkeypox adalah rodent (tikus). Infeksi virus cacar monyet sangat jarang terjadi dari manusia ke manusia, tetapi ini mungkin terjadi.
“Di Afrika, bukti infeksi virus monkeypox atau penyebab cacar monyet telah ditemukan di banyak hewan termasuk tupai tali, tupai pohon, tikus rebus Gambia, dormice, berbagai spesies monyet dan lain-lain,” jelas WHO dalam keterangan tertulisnya.
Pada studi yang pernah dilakukan, penularan atau infeksi virus cacar monyet dapat terjadi akibat kontak darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa yang terinfeksi. Penularan juga dapat terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin (cacar monyet bawaan) atau selama kontak dekat selama dan setelah kelahiran.
Penemuan kasus baru pada Mei 2022, WHO menemukan fakta infeksi virus cacar monyet banyak dialami oleh mereka yang mengidentifikasikan diri sebagai gay, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Begitu pula fakta bahwa mengonsumsi daging yang tidak dimasak dengan baik dan produk hewani lain dari hewan terinfeksi meningkatkan faktor risikonya.
“Kami melihat penularan di antara pria yang berhubungan seks dengan pria,” kata Asisten Direktur Jenderal WHO Dr. Soce Fall dalam siaran persnya kepada media.
Meski teridentifikasi pada pasien dengan pasangan gay, tetapi Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mencatat fakta wabah cacar monyet yang terjadi sebelumnya bukan penyakit menular seksual meski penularkannya bisa dari kontak langsung saat berhubungan seksual.
Advertisement
Gejala Infeksi Virus Cacar Monyet
Infeksi virus cacar monyet pada kasus-kasus yang ada sebelumnya banyak terjadi di daerah dekat hutan hujan tropis. Akan tetapi, kini semakin sering dijumpai di daerah perkotaan seperti pada beberapa negara yang seperti Italia, Swedia, Spanyol, Portugal, Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris.
Apa saja gejala infeksi virus cacar monyet?
WHO dalam keterangan resminya menjelaskan gejala infeksi virus cacar monyet akan muncul dengan masa inkubasi (interval dari infeksi hingga timbulnya gejala). Dijelaskan gejala infeksi virus cacar monyet terjadi 6 hingga 13 hari dan dapat berkisar 5 hingga 21 hari.
Gejala infeksi virus cacar monyet dijelaskan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) berupa:
- Demam
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Sakit punggung
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Panas dingin
- Kelelahan
Kemudian dalam 1 sampai 3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah munculnya gejala infeksi virus cacar monyet seperti demam, pasien akan mulai mengalami ruam, sering dimulai pada wajah kemudian menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Infeksi dan kemunculan gejala infeksi virus cacar monyet dijelaskan akan berlangsung selama 2−4 minggu dan biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Anak-anak lebih berisiko terinfeksi.
Lesi atau kerusakan berkembang melalui tahap-tahap berikut sebelum parah:
- Makula (perubahan warna kulit)
- Papula (tonjolan yang padat dan nyeri tanpa nanah)
- Vesikel (lepuhan dengan cairan pada epidermis)
- Pustula (peradangan)
- Keropeng (penebalan dari tumpukan jaringan kulit yang sudah mati)
Tanda seseorang tidak berisiko menularkan virus cacar monyet adalah setelah semua keropeng rontok.
Apakah infeksi virus cacar monyet berbahaya?
Pada kondisi tubuh dengan sistem kekebalan yang baik, seperti dijelaskan sebelumnya cacar monyet akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-4 minggu. Itu artinya infeksi virus cacar monyet dalam kondisi ini tidak berbahaya.
Akan tetapi, infeksi virus cacar monyet tidak boleh dianggap remeh apalagi jika penyebaran terjadi begitu cepat. General Manager Ciputra Mitra Hospital, dr. Sony Prabowo dalam keterangan tertulisnya, mengungkap komplikasi cacar monyet bisa terjadi.
“Dapat mencakup infeksi sekunder, radang paru-paru, infeksi berat (sepsis), radang otak, dan infeksi pada kornea mata yang diikuti dengan kehilangan kemampuan melihat,” dijelaskan.
Begitu pula CDC mengungkap kasus di Afrika, cacar monyet telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terjangkit penyakit tersebut.
Cara Mencegah Penyebaran dan Infeksi Virus Cacar Monyet
Infeksi virus cacar monyet atau virus Monkeypox hanya bisa didiagnosis secara pasti dengan pemeriksaan laboratorium. Ini pentingnya memahami gejala infeksi virus cacar monyet agar penanganan tepat segera dilakukan dan penyebaran bisa ditekan dengan baik.
Kemenkes RI dalam keterangan resminya menjelaskan secara klinis, diagnosis banding Monkeypox dapat mempertimbangkan penyakit ruam lain, seperti cacar Smallpox (meskipun sudah diberantas), cacar air, campak, infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi terkait obat.
“Sampai saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk monkeypox. Pengobatan lebih bersifat simptomatis dan suportif,” dijelaskan.
Cara mencegah penyebaran dan infeksi virus cacar monyet paling utama adalah menerapkan perilaku hidup sehat. Mengapa demikian? WHO mengungkap vaksin cacar monyet generasi pertama yang sudah 85 persen terbukti efektif mencegah, tidak lagi tersedia untuk masyarakat umum.
Meski demikian, vaksin cacar monyet yang lebih baru dari virus vaccinia yang dilemahkan dan dimodifikasi (strain Ankara) telah disetujui untuk pencegahan cacar monyet pada tahun 2019 lalu. Vaksin cacar monyet ini diberikan dalam dua dosis yang sampai saat ini masih terbatas jumlahnya.
“Ini adalah vaksin dua dosis yang ketersediaannya masih terbatas,” dijelaskan.
Nah, begini gaya hidup yang wajib diterapkan agar infeksi virus cacar monyet tidak terjadi menurut Kemenkes RI:
1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan air dan sabun, atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.
2. Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.
3. Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, termasuk tempat tidur atau pakaian yang sudah dipakai penderita.
4. Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).
5. Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.
6. Petugas kesehatan agar menggunakan sarung tangan, masker dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit.
Advertisement