Penyebab Radang Paru-Paru, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Penyebab radang paru-paru ditandai dengan adanya infeksi dari satu atau kedua paru-paru yang biasanya disebabkan bakteri dan virus.

oleh Husnul Abdi diperbarui 16 Sep 2022, 14:15 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2022, 14:15 WIB
Seputar Penyakit Pneumonia
Ilustrasi Penderita Pneumonia Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Penyebab radang paru-paru perlu dipahami oleh setiap orang. Pasalnya, penyakit ini telah membunuh banyak orang dari segala macam usia, mulai balita hingga orang dewasa. Radang paru-paru dikenal juga dengan sebutan pneumonia atau paru-paru basah.

Radang paru-paru atau pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang paru, sehingga menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak. Kondisi kesehatan ini sering kali disebut dengan paru-paru basah, sebab paru-paru bisa dipenuhi dengan air atau cairan lendir. Akibatnya, penderita mengalami sesak napas, batuk berdahak, demam, atau menggigil.

Penyebab radang paru-paru ditandai dengan adanya infeksi dari satu atau kedua paru-paru yang biasanya disebabkan bakteri dan virus. Kamu perlu mengenali berbagai faktor risiko, gejala, dan pencegahan dari penyakit ini.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (16/9/2022) tentang penyebab radang paru-paru.

Penyebab Radang Paru-Paru

Bakteri
Penyebab Radang Paru-Paru. (unsplash.com/CDC).

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab radang paru-paru adalah infeksi dari bakteri dan virus. Radang paru-paru atau pneumonia adalah penyakit yang sangat mudah ditularkan melalui udara. Biasanya, penularannya terjadi ketika seseorang yang terkena kondisi ini bersin atau batuk.

Virus dan bakteri penyebab radang paru-paru dapat dengan mudah keluar melalui hidung atau mulut saat bersin dan kemudian menginfeksi tubuh yang lain. Pasalnya, bakteri dan virus dapat dikeluarkan dengan mudah saat seseorang bernapas.

Ada beberapa faktor risiko penyebab radang paru-paru, yaitu:

- Bayi yang berusia 0-2 tahun

- Lansia yang memasuki usia di atas 65 tahun

- Pernah memiliki riwayat penyakit stroke sebelumnya

- Cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, akibat penyakit atau penggunaan obat-obatan tertentu seperti steroid.

- Memiliki kebiasaan merokok. merokok dapat menyebabkan penumpukan lendir dan cairan di dalam paru, sehingga menjadi penyebab radang paru-paru.

- Mempunyai riwayat penyakit kronis tertentu, seperti asma, diabetes, gagal jantung, cystic fibrosis, HIV dan AIDS.

- Sedang menjalani pengobatan kanker. Pengobatan kanker seperti kemoterapi dapat menurunkan kekebalan tubuh, sehingga bakteri atau virus penyebab radang paru-paru ini dapat masuk.

- Sedang dirawat di rumah sakit. Bila kamu sedang dirawat di rumah sakit – meski bukan dirawat akibat infeksi paru – maka hal ini berisiko tinggi menjadi penyebab radang paru-paru atau pneumonia. Pasalnya, virus dan bakteri penyakit ini cukup banyak ditemukan di area rumah sakit.

Gejala Radang Paru-Paru

Pneumonia
Ilustrasi Penyakit Pneumonia Credit: pexels.com/pixabay

Setelah mengenali penyebab radang paru-paru, kamu tentunya perlu mengetahui gejalanya. Pneumonia dapat berkembang secara tiba-tiba atau perlahan selama 24 hingga 48 jam. Pneumonia biasanya ditunjukkan dengan gejala flu, hanya biasanya durasinya lebih lama. Flu yang menjadi gejala radang paru-paru inilah yang sering dianggap sepele.

Selain flu, gejala radang paru-paru lainnya yaitu:

- Demam, mual dan muntah

- Sesak napas dan lemas

- Diare dan selera makan menurun

- Berkeringat dan menggigil.

- Detak jantung menjadi cepat

- Nyeri dada ketika menarik napas atau batuk

- Batuk kering atau batuk dengan dahak kental berwarna kuning, hijau, atau disertai darah.

Pada penderita lansia di atas 65 tahun, gejala radang paru-paru bisa terjadi tanpa demam, namun bisa disertai penurunan kesadaran, seperti tampak bingung atau kurang waspada.

Cara Mencegah Radang Paru-Paru

Menghindari penyebab radang paru-paru tentunya sangat penting dilakukan. Dalam mencegah pneumonia, meningkatkan daya tahan tubuh menjadi faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, jagalah kebersihan diri dengan menerapkan hal-hal berikut dalam keseharian:

- Rajin mencuci tangan

- Mengenakan masker ketika pergi ke tempat umum

- Berolahraga secara teratur

Selain itu, hindari juga merokok dan minum minuman beralkohol secara berlebihan. Melakukan vaksinasi pneumonia juga perlu dilakukan sebagai pencegahan pneumonia.

Cara Mengatasi Radang Paru-Paru

Penyebab Penyakit Pneumonia
Ilustrasi Hasil Scan Penyakit Penderita Paru-Paru Credit: pexels.com/pixabay

Penyakit pneumonia adalah penyakit yang disebabkan infeksi, sehingga pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk menghentikan infeksi dan mencegahnya datang di kemudian hari. Pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan tipe, keparahan dari infeksi paru yang terjadi, usia pasien, serta kondisi pasien secara keseluruhan. Macam-macam opsi pengobatan pneumonia adalah:

Obat batuk

Obat ini digunakan untuk meredakan gejala batuk yang biasanya dialami ketika infeksi paru menyerang. Biasanya akan diberikan untuk membuat kamu lebih nyaman dan supaya tidak merasakan sakit akibat batuk terus menerus.

Obat antivirus

Obat ini digunakan untuk pasien yang mengalami infeksi akibat virus. Virus tidak bisa dilawan dengan antibiotik, jadi kalau ada pasien yang mengalami infeksi paru setelah flu maka sebaiknya diberikan obat antivirus, seperti oseltamivir (Tamiflu) atau zanamivir (relenza).

Obat penghilang rasa sakit

Bila kamu mengalami nyeri sendi atau otot, kepala pusing, atau demam, maka dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit untuk meredakan gejala yang kamu alami, seperti ibuprofen dan acetaminophen.

Antibiotik

Obat antibiotik akan diberikan pada orang yang terserang penyakit pneumonia bakterial. Biasanya, tim medis akan memeriksa dulu jenis bakteri apa yang menyebabkan infeksi di organ paru, kemudian akan disesuaikan dengan jenis antibiotik yang akan diberikan. Ketika pemberian antibiotik tidak dapat mengatasi gejala infeksi yang dialami, maka bisa jadi bakteri telah kebal terhadap obat tersebut, sehingga dokter akan menggantinya dengan jenis obat yang baru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya