Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus, pemimpin pertama Gereja Katolik Roma yang berasal dari Amerika Latin, wafat pada usia 88 tahun pada Senin (21/4/2025), usai sempat menjalani perawatan intensif akibat pneumonia ganda.
Kabar duka ini datang hanya sehari setelah ia tampil di hadapan publik untuk pertama kalinya sejak dipulangkan dari rumah sakit pada 23 Maret lalu, setelah dirawat selama 38 hari.
Baca Juga
Wafatnya Paus Fransiskus menandai berakhirnya masa pontifikat yang penuh dinamika dan perubahan.
Advertisement
Ia terpilih sebagai Paus pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri.
Sejak saat itu, ia dikenal sebagai pemimpin spiritual yang membumi, penuh welas asih, dan tak segan menantang arus konservatif di Gereja Katolik.
Mengutip laman Geo, Selasa (22/4), berikut adalah sejumlah gerakan revolusioner dari Paus Fransiskus selama menjabat jadi pemimpin Gereja Katolik sedunia:
1. Paus Non-Eropa Pertama
Jorge Mario Bergoglio lahir pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, dari keluarga imigran Italia. Ia ditahbiskan sebagai imam Jesuit pada tahun 1969, dan menjadi pemimpin ordo tersebut di Argentina pada 1973 hingga 1979. Kariernya di gereja terus menanjak—dari Uskup Auksilier Buenos Aires pada 1992, Uskup Agung pada 1998, hingga diangkat sebagai Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II pada 2001.
Pemilihannya sebagai Paus pada 2013 mengejutkan banyak pengamat. Ia adalah Paus non-Eropa pertama dalam 1.300 tahun, sekaligus Paus pertama dari Amerika Latin dan ordo Jesuit.
Dalam langkah awalnya sebagai Paus, ia memilih nama Fransiskus, terinspirasi oleh Santo Fransiskus dari Assisi—seorang tokoh yang dikenal karena hidup dalam kemiskinan dan cinta terhadap ciptaan Tuhan.
2. Tolak Berbagai Simbol Kemewahan
Paus Fransiskus dikenal karena menolak berbagai simbol kemewahan Vatikan. Ia tinggal di rumah tamu sederhana di Vatikan, mengenakan jam tangan plastik, dan memilih mobil keluarga biasa ketimbang kendaraan mewah.
Sikap rendah hatinya ini menjadi cerminan dari misinya untuk membawa Gereja lebih dekat pada kaum miskin dan terpinggirkan.
3. Tegas Terhadap Berbagai Isu Sensitif
Namun, kesederhanaannya bukan satu-satunya hal yang membedakannya.
Paus Fransiskus kerap bersikap tegas terhadap isu-isu sosial yang kompleks. Ia menyerukan penerimaan terhadap kaum LGBT, menunjukkan empati pada umat Katolik yang bercerai, dan membuka ruang dialog antaragama.
Ia juga berupaya menertibkan tata kelola Vatikan dengan menekankan transparansi keuangan dan menunjuk lebih banyak perempuan dalam posisi strategis.
Advertisement
4. Kerap Dapat Penolakan
Meskipun membawa banyak angin segar, kepemimpinan Paus Fransiskus tidak luput dari tantangan. Ia kerap mendapat penolakan dari kelompok konservatif dalam Gereja yang tidak sepakat dengan pendekatannya yang progresif.
Beberapa dari mereka keberatan atas pembatasan misa dalam bahasa Latin serta pandangannya yang dianggap terlalu lunak terhadap doktrin tradisional.
Selain itu, ia menghadapi kritik terkait penanganan skandal pelecehan seksual dalam Gereja.
Meski telah melakukan sejumlah upaya, termasuk reformasi struktural dan penguatan akuntabilitas, banyak yang menilai tindakannya belum cukup untuk memulihkan kepercayaan umat.
5. Lakukan Perjalanan Global, Tapi Tak Pernah Pulang
Selama masa pontifikatnya, Paus Fransiskus telah melakukan 47 perjalanan ke luar Italia dan mengunjungi lebih dari 65 negara, menjelajah sejauh lebih dari 465.000 kilometer.
Namun, yang menarik, ia tak pernah kembali ke kampung halamannya di Argentina sebagai Paus.
Advertisement
