Mengenali Covid XBB yang Terdeteksi di Indonesia, Waspadai Gejala yang Muncul

Kenali gejala Covid XBB, serta cara penanganan secara tepat yang bisa dilakukan.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 24 Okt 2022, 12:10 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2022, 12:10 WIB
Ilustrasi COVID-19 Omicron varian XBB
Ilustrasi COVID-19 Omicron varian XBB

Liputan6.com, Jakarta Covid XBB adalah salah satu varian Omicron XBB yang memang telah dideteksi masuk di Indonesia, sehingga masyarakat perlu waspada dan menjaga selalu protokol kesehatan, terutama memakai masker. Melansir dari laman resmi Kementrian Kesehatan, varian XBB menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 yang cukup signifikan di Singapura, diiringi dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit.

Bahkan dr. M. Syahril  sebagai juru bicara COVID-19 bagi Kementerian Kesehatan juga menegaskan bahwa “Peningkatan kasus gelombang XBB di singapura berlangsung cepat dan sudah mencapai 0,79 kali gelombang BA.5 dan 0,46 kali gelombang BA.2” dan hal terjadi sejak pertama kali ditemukan, sebanyak 24 negara melaporkan temuan Omicron varian XBB termasuk Indonesia. Untuk kasus pertama covid XBB di Indonesia ditemukan pada seorang perempuan, berusia 29 tahun yang baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sejak dilaporkan, pihak Kemenkes juga melakukan berbagai upaya antisipatif, dengan melakukan testing dan tracing terhadap 10 kontak erat. Hasil temuan yang diperoleh, seluruh kontak erat dinyatakan negatif COVID-19 varian XBB. Varian baru covid XBB ini juga cepat menular, namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron. Oleh karena itu, bagi seluruh masyarakat agar selalu menjaga protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menghindari kerumunan dan mencuci tangan.

Berikut ini gejala Covid XBB yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (24/10/2022). 

Mengenal Covid Subvarian Omicron

Ilustrasi COVID-19
Ilustrasi COVID-19. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Coronavirus merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Adapun penularannya, biasanya dari hewan ke manusia (zoonosis) dan penularan dari manusia ke manusia yang sangat terbatas. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019.  Setelah itu, tak lama muncul varian baru yaitu Omicron (B.1.1.529) adalah salah satu varian/turunan jenis baru dari virus COVID-19 yang dilaporkan pertama kali di Afrika Selatan.

Virus ini memiliki sifat yang lebih besar tingkat penularannya, dan mempengaruhi kekebalan tubuh (baik yang diperoleh oleh infeksi alami maupun vaksinasi). Sepanjang virus masih bersirkulasi di masyarakat, maka dapat menyebabkan virus untuk berevolusi. Evolusi ini dapat menyebabkan adanya perubahan dari sifat dan karakter dari virus asal, serta terdapat efek terkait dengan sistem kekebalan tubuh, tingkat keparahan, atau bahkan diagnosis dan respon terhadap obat-obatan.

Omicron juga memiliki tingkat penularan yang jauh lebih cepat dibandingkan varian Delta. Sejak ditemukan pertama kali pada 24 November 2021 di Afrika Selatan, kini Omicron telah terdeteksi di lebih dari 110 negara dan diperkirakan akan terus meluas. Pergerakan virus Omicron juga terus meningkat sejak pertama kali dikonfirmasi pada 16 Desember 2021. perkembangan kasus Covid-19 varian jenis ini (B.1.1.529) di Indonesia telah mencapai 5.106 kasus per Minggu, 13 Februari 2022. 

Covid Subvarian Omicron XBB

Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron. (Photo by starline on Freepik)

Setelah muncul Omicron, maka ada juga subvarian terbaru yaitu covid XBB yang telah menyebabkan lonjakan infeksi di Singapura, bahkan hingga 6.000 kasus per hari. Melansir dari laman resmi Kementrian Kesehatan, virus corona memiliki kecenderungan untuk berubah saat menyebar, sehingga mampu untuk menciptakan jenis dan varian yang berbeda di sepanjang jalan. Hal ini juga tentu berkaitan erat dengan gejala yang berbeda dan tingkat infeksi yang berbeda.

Varian covid XBB baru, sekarang semakin menyebar di Asia Tenggara dengan jumlah kasus berlipat ganda dalam sehari di negara-negara seperti Singapura. Bagi orang-orang di bidang medis mengatakan, bahwa hal ini bukan sesuatu yang sangat baru, bahkan "kekebalan mengelak" terhadap beberapa vaksin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan pada hari Rabu yang mengatakan varian XBB telah terdeteksi di 26 negara secara total, tetapi tidak mengatakan secara spesifik di mana saja.  

Seorang ahli penyakit menular UC Berkeley, John Swartzberg, mengatakan kepada San Francisco Chronicle, juga mengatakan bahwa " Melihat banyak varian baru yang menggunakan pendekatan serupa untuk bertahan hidup, sehingga mereka menemukan cara untuk menghindari cara kita mendapatkan kekebalan dari vaksin dan infeksi sebelumnya dengan perubahan pada protein lonjakan, sehingga XBB tidak berbeda dari yang lain."

Diperkirakan bahwa jenis Covid-19 tertentu ini adalah kombinasi dari dua jenis Omikron yang berbeda, bahkan organisasi WHO telah menyiratkan bahwa XBB tampaknya adalah varian yang paling menghindari antibodi sejauh ini, melalui bukti laboratorium yang telah dilakukan. 

 

 

Gejala Covid XBB

COVID-19
Ilustrasi pandemi Corona | unsplash.com/@adamsky1973

Ada juga 'spin off strains' dari XBB, yang dikenal sebagai XBB.1, XBB.2, dan XBB.3. Oleh karena itu, Anda sangat perlu untuk semakin menjaga protokol kesehatan, selalu menggunakan masker, dan menghindari kerumuman. Berikut ini gejala covid XBB yang dilansir dari laman resmi Kementrian Kesehatan. 

- Menimbulkan Batuk

- Tubuh menjadi kedinginan 

- Mengalami demam tingkat rendah

- Sakit tenggorokan

- Tubuh menjadi pegal-pegal

Bagi Anda yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya, seperti diabetes, gejalanya mungkin lebih parah. Namun sampai sejauh ini, sebagian besar pasien di Singapura terus melaporkan gejala ringan, seperti sakit tenggorokan atau demam ringan, terutama jika telah mengikuti vaksinasi. 

Selain gejala covid XBB, ada juga sejumlah gejala Omicron.

- Sakit kepala

- Mengalami pilek dan bersin

- Sakit tenggorokan, serta kehilangan penciuman

- Batuk terus menerus dan kelelahan. Oleh karena itu, ketika mengalami gejala seperti ini dianjurkan untuk melakukan tes agar mengetahui hasilnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya