Alasan Dinamai Omicron
Omicron adalah alfabet Yunani ke-15 dan menggunakan simbol huruf besar "Ο" dan huruf kecil "ο". Menurut kamus, terjemahan Yunani literalnya berarti "o kecil."
Pada bulan Mei, WHO telah mengumumkan bahwa mereka akan menamai varian COVID menggunakan huruf Yunani. Beberapa varian dirujuk dengan nama negara tempat mereka pertama kali terdeteksi, tetapi itu jelas bukan cara yang tepat untuk melakukannya. Alasan di balik penamaan varian menggunakan abjad Yunani adalah untuk memudahkan komunitas non-ilmiah membicarakan varian tersebut.
Menurut WHO, “Meskipun mereka memiliki kelebihan, nama ilmiah bisa sulit untuk diucapkan dan diingat, dan rentan terhadap kesalahan pelaporan. Akibatnya, orang sering menggunakan pemanggilan varian berdasarkan tempat di mana mereka terdeteksi, yang menstigmatisasi dan diskriminatif.”
Gejala
Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr Angelique Coetzee, menggambarkan sejumlah pasien melaporkan kelelahan parah dan nyeri otot ringan. Bahkan ada seorang anak berusia enam tahun dengan denyut nadi yang sangat tinggi.
Namun tidak ada satupun yang menderita kehilangan penciuman alias anosmia.
"Gejala mereka sangat berbeda dan sangat ringan dari yang pernah saya tangani sebelumnya," kata Coetzee, dikutip dari express.co.uk, Selasa (7/12/21).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), hingga saat ini gejala dari penularan varian Omicron masih belum diketahui jelas.
Jika mengalami gejala-gejala ini, Anda disarankan untuk tetap berada di rumah setelah bekerja dan menjalani tes, sekalipun telah divaksinasi.
Melansir dari Fox News, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyatakan bahwa ciri-ciri lain gejala dari varian Omicron adalah sebagai berikut:
- Demam atau kedinginan
- Batuk
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Nyeri otot atau tubuh
- Sakit kepala
- Kehilangan rasa atau bau baru, sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau pilek
- Mual atau muntah
- Diare
Dalam kasus serius, gejala dari orang yang terpapar varian Omicron ini dapat berupa kehilangan kemampuan bicara atau mobilitas, atau kebingungan atau nyeri dada.
Risiko Infeksi Ulang Omicron Lebih Tinggi
Data awal menunjukkan varian Omicron mungkin lebih mudah menginfeksi kembali orang yang pernah terjangkit virus ini atau orang yang sudah divaksinasi, tetapi dapat menyebabkan penyakit yang lebih ringan, kata WHO pada Rabu 8 Desember 2021.
"Data yang muncul dari Afrika Selatan menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan, menambahkan bahwa "ada juga beberapa bukti bahwa Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta."
Namun, dia menekankan bahwa lebih banyak data diperlukan sebelum menarik kesimpulan yang mutlak, dan mendesak negara-negara untuk meningkatkan pengawasan mereka untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana perilaku Omicron.
Varian Omicron yang cepat bermutasi picu kekhawatiran global yang berdampak pada pembatasan wilayah dan kembali menampar sektor ekonomi, seperti dilansir dari Malay Mail, Kamis (9/12/2021).
Bahkan jika ternyata varian Omicron menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, Tedros memperingatkan agar tidak mengendurkan kewaspadaan terhadap virus tersebut.
"Kepuasan apa pun sekarang akan menelan korban jiwa," dia memperingatkan.
Pakar Ungkap Strategi Hadapi Omicron di Indonesia
Anggota Pakar Medis Satgas COVID-19, Erlina Burhan mengatakan, perkembangan COVID-19 saat ini cukup bagus dan kondusif. Namun, bagaimana dengan kesiapan kita menghadapi varian Omicron?
Erlina mengatakan bahwa masyarakat harus tetap hati-hati meski kasus COVID-19 di bawah 500 kasus per harinya.
Dokter spesialis paru konsultan ini mengatakan, tren kasus harian yang menurun harus terus dipertahankan.
“Ini suatu kondisi yang baik, namun kita hati-hati juga capaian vaksin masih kurang 50 persen, relaksasi PPKM di mana-mana, orang sudah mulai bekerja seperti biasa dan ada varian baru,” jelasnya.
Sementara itu, terkait kemunculan Omicron, ia menjelaskan memang saat ini sudah banyak negara yang melaporkan.
“Mulainya dari traveller, jadi dari para pelaku perjalanan. Kemudian setelah terjadi penularan di suatu tempat akhirnya menjadi community transmission, jadi transmisinya terjadi di komunitas atau kalangan masyarakat memang kita harus waspada,” jelasnya.
“Omicron Ini pertama kali dilaporkan dari Afrika Selatan. Tapi kita nggak tahu persis apakah memang Afrika Selatan ini adalah asal dari Omicron ini kenapa karena kita tahu Omicron ini tidak terlalu berat penyakitnya. Jadi bisa jadi sudah lama ada Omicron tapi tidak menjadi variant of concern,” katanya.
Berita Terbaru
KPU Tetapkan Pramono-Rano Menang di Jakarta Utara, Raih 328.486 Suara Sah
Inilah 5 Misteri Dunia yang Sudah Terungkap
Edarkan 405 Butir Pil Koplo, Anak Punk di Bandar Lampung Dicokok Polisi
2025 Bakal Jadi Awal Lahirnya Generasi Beta, Ini Pengelompokan Generasi dari The Builders
Baca Ini 4 Menit Bisa Diampuni Dosanya meski Lebih Besar dari Laut, Penjelasan Syekh Ali Jaber
Kemensos Siap Tampung Pelaku Anak Bunuh Ayah dan Nenek di Cilandak Jaksel
Pelaku Penipuan Pembelian Biji Kopi dan Lada Rp10,36 M di Lampung Ditangkap di Cimahi
Teleskop JWST Berhasil Ungkap Misteri Galaksi Sombrero
Link Live Streaming LaLiga Real Mallorca vs Barcelona di Vidio, Sebentar Lagi Mulai
Sentilan Gus Baha, Yang Menjaga Islam Itu Bukan NU atau Muhammadiyah, Lalu Siapa Gus?
Cara Membangun Mental Kuat, Kebiasaan yang Harus Anda Miliki Setiap Hari untuk Hasil Maksimal
Cara Alami Menurunkan Kolesterol dan Tekanan Darah Tinggi, Racikan Jamu Serai Tradisional Mudah dan Segar