14 Gejala Long COVID Omicron, Begini Cara Mengatasinya

Jumlah penderita gejala Long COVID Omicron tinggi karena tingkat penularannya tinggi.

oleh Laudia Tysara diperbarui 04 Jul 2022, 17:55 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2022, 17:55 WIB
Inggris Tidak Terapkan Pembatasan COVID-19 Jelang Tahun Baru
Seorang wanita mengenakan topeng untuk melindungi diri dari virus corona melihat ponselnya di Trafalgar Square, di London, Selasa (28/12/2021). Javid menuturkan, varian Omicron saat ini menyumbang sekitar 90 persen kasus baru di seluruh Inggris. (AP Photo/Alastair Grant)

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di King's College London menganalisis aplikasi ZOE COVID Symptom Study, mengungkap gejala Long COVID Omicron setelah gelombang Omicron di Inggris adalah 20 hingga 50 persen lebih rendah dibandingkan ketika gelombang Delta.

Hal yang sama diungkap oleh penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal The Lancet yang berjudul Risk of long COVID associated with delta versus omicron variants of SARS-CoV-2 oleh Claire J Steves, dkk.

Para peneliti melakukan penelitian pada 56.000 kasus Omicron (Desember 2021 – Maret 2022) yang dibandingkan dengan 41.000 kasus Delta (Juni – November 2021). Ditemukan ada 4.4 persen kasus gejala Long COVID Omicron, sementara gejala Long COVID-19 Delta mencapai 10.8 persen kasus.

“Omicron lebih jarang menyerang jaringan paru-paru daripada Delta, jadi ini yang menjadi salah satu faktornya. Artinya, ada lebih sedikit jaringan parut paru-paru pada kasus Omicron,” jelas Dr. Claire.

Dari data penemuan ini, peneliti mengungkap risiko seseorang terkena Long COVID Omicron adalah bergantung pada tingkat keparahan penyakitnya. Meski data menemukan kasus dengan gejala Long COVID Omicron tidak sebanyak Delta, tidak berarti jumlah pasien Long COVID Omicron menurun. Jumlah penderita gejala Long COVID Omicron tinggi karena tingkat penularannya tinggi.

Seperti apa gejala Long COVID Omicron? Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam gejala Long COVID Omicron dan cara mengatasinya, Senin (4/7/2022).

Gejala Long COVID Omicron

Mengatasi Diare dan Sakit Perut
Ilustrasi Sakit Perut Credit: pexels.com/Demon

Apabila sudah memahami seberapa banyak kasus gejala Long COVID Omicron, selanjutnya pahami seperti apa saja gejala Long COVID Omicron itu.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan gejala Long COVID Omicron adalah:

1. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami napas pendek.

2. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami keletihan dan lelah.

3. Gejala Long COVID Omicron adalah sulit konsentrasi atau berpikir (brain fog).

4. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami batuk-batuk.

5. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami sakit kepala.

6. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami nyeri otot.

7. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami jantung berdebar.

8. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami perubahan mood.

9. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami diare.

10. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami masalah tidur.

11. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami pusing dan sakit kepala.

12. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami perubahan indra pengecap atau perasa.

13. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami perubahan siklus menstruasi.

14. Gejala Long COVID Omicron adalah mengalami rasa seperti tertusuk-tusuk jarum.

Adanya gejala Long COVID Omicron, menurut para ahli rata-rata berlangsung selama seminggu dan beberapa kasus bisa sampai berbulan-bulan setelah negatif COVID-19.

Diungkap, Office for National Statistics (ONS) Inggris pada 1 Juni 2022, fatique atau rasa lelah merupakan gejala Long COVID Omicron paling umum dirasakan, sekitar 55 persen melaporkan hal tersebut.

Lalu disusul dengan gejala Long COVID Omicron seperti napas yang pendek sebanyak 32 persen, batuk-batuk sebanyak 23 persen, dan nyeri otot sebanyak 23 persen. Keluhan long COVID terbanyak pada mereka yang berusia 35-69 tahun. Lalu, didominasi juga pada perempuan.

Cara Mengatasi Long COVID-19 dan Penjelasannya

Memilih Suplemen dan Vitamin yang Tepat untuk Jaga Imunitas Tubuh
Ilustrasi suplemen dan vitamin (pexels.com/Ready Made)

Gejala mirip COVID-19 yang disebut Long COVID-19 bisa menyerang meskipun virus dalam tubuh sudah mati dalam 14 hari. Bagaimana cara mengatasi Long COVID-19 tersebut?

Di Indonesia belum ada penangan khusus terhadap penyintas yang mengeluhkan kondisi kesehatan seperti Long COVID-19. Hal ini sejalan dengan kaburnya faktor penyebab Long COVID-19 yang membuat sulit menekan angka kasusnya.

Bahkan, tenaga medis masih kesulitan mendeteksi apakah seseorang penyintas akan mengalami Long COVID-19 atau tidak. Apabila gejala Long COVID-19 yang dialami berupa kelelahan kronis, bisa mengonsumsi suplemen sebagai berikut:

1. Vitamin B12 dan Asam Folat

Metilasi atau fungsi metabolisme tubuh pasien yang sembuh dari COVID-19 ditemukan menurun. Ketika fungsi metilasi menurun, kinerja sel-sel dalam tubuh pun jadi tak maksimal. Alhasil, penyitas COVID-19 ditemukan lebih gampang merasa lelah. 

Melansir dari Thailand Medical, cara mengatasi Long COVID-19, peneliti menyarankan untuk mengonsumsi vitamin B12 yang dikombinasikan dengan asam folat. Keduanya diyakini dapat dijadikan cara mengatasi Long COVID-19 seperti kelelahan kronis. Vitamin B12 dan asam folat memiliki peran untuk meningkatkan fungsi metilasi yang sehat. 

2. Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NADH)

Menurut studi tahun 2017 yang diterbitkan oleh Journal of Human Nutrition and Dietetics, zat nicotinamide adenine dinucleotide dapat membantu mengurangi rasa lelah dan meningkatkan energi pasien dengan sindrom kelelahan kronis.

NADH adalah zat alami yang terbentuk dari vitamin B3 (niasin) dan berperan penting untuk menghasilkan sel energi. Inilah mengapa mengonsumsinya adalah cara mengatasi Long COVID-19 untuk kelelahan kronis.

Penelitian lain juga menunjukkan, khasiat NADH mungkin lebih efektif bila dikombinasikan dengan suplemen lain, salah satunya koenzim Q10 (CoQ10).

3. Asam Lemak Esensial Omega-3 dan Omega-6s

Sebuah studi tahun 2018 yang dipublikasikan oleh PubMed mengatakan, orang dengan kondisi CFS memiliki kadar omega-3 dan omega-6s dalam tubuh yang tak seimbang. 

Orang dengan CFS turut dilaporkan mengalami kelelahan dan nyeri tubuh. Untuk itu, cara mengatasi Long COVID-19 untuk kelelahan kronis bisa mengonsumsi suplemen mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6. 

Pasalnya, tubuh manusia juga tak bisa menghasilkan kedua asam lemak esensial tersebut sendiri. Meski demikian, masih diperlukan lebih banyak studi untuk meneliti khasiat asam lemak esensial sebagai cara mengatasi Long COVID-19 untuk kelelahan kronis atau terapi sindrom kelelahan kronis. 

4. Magnesium

Kondisi kelelahan kronis dapat disebabkan oleh kekurangan zat magnesium di dalam tubuh. Maka dari itu cara mengatasi Long COVID-19 untuk kelelahan kronis bisa dengan mengonsumsinya.

Ketika kadar magnesium dalam tubuh rendah, dapat muncul kegagalan fungsi mitokondria. Mitokondria adalah organel yang berperan sebagai penghasil energi dan mengoptimalkan kerja organ tubuh. 

5. D-Ribose

D-ribose adalah sejenis gula yang dihasilkan tubuh untuk membantu menghasilkan energi. Inilah mengapa D-Ribose dapat dijadikan cara mengatasi Long COVID-19 untuk kelelahan kronis.

Tak hanya itu, D-ribose juga berfungsi menghasilkan energi dalam bentuk ATP (adenosine triphosphate), membangun materi genetik RNA (asam ribonukleat), dan meningkatkan energi otot.

Disebabkan fungsinya tersebut, suplemen D-ribose dipercaya punya manfaat baik bagi orang yang menderita sindrom kelelahan kronis. 

6. L-Carnitine

L-carnitine adalah zat yang bertugas mengangkut asam lemak rantai panjang ke mitokondria. L-carnitine juga membantu mengubah asam lemak menjadi energi dan membuatnya cocok dijadikan cara mengatasi Long COVID-19 untuk kelelahan kronis.

Beberapa penelitian menemukan, orang dengan CFS memiliki kadar L-carnitine dalam tubuh yang rendah. Orang dengan CFS juga cenderung mengalami kelelahan kronis serta nyeri otot. 

Cara Mengatasi Long COVID-19 yang Memengaruhi Jantung

Ilustrasi olahraga jogging
Ilustrasi olahraga jogging. (Sumber: Pexels.com)

Banyak penelitian menemukan bahwa penyintas COVID-19 bisa mengalami gejala jangka panjang atau Long COVID-19 seperti mengalami peningkatan gagal jantung.

Menurut studi yang diterbitkan Juli 2020 di JAMA Cardiology menemukan hasil MRI jantung pada 100 pasien yang baru sembuh dari virus, 78 persennya terdeteksi mengalami kelainan dan 60 persennya peradangan berkelanjutan dari otot jantung.

Studi lain yang dirilis Desember 2020 di Circulation menemukan bahwa hampir 20 persen orang dirawat di rumah sakit akibat virus Corona memiliki beberapa jenis cedera jantung.

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pada efek jangka panjang COVID-19 pada jantung, terutama karena kita sudah mengalami krisis kesehatan jantung seperti di AS.

"Waktu pemulihan berbeda untuk orang yang berbeda. Sementara beberapa orang mungkin pulih dalam beberapa hari, yang lain mungkin merasa lelah selama berminggu-minggu setelah infeksi virus," catat Saurabh Rajpal, MD, seorang ahli jantung dan asisten profesor di Division of Cardiovascular Medicine di The Ohio State University College of Medicine, dilansir dari laman Livestrong.

Begini cara mengatasi Long COVID-19 dengan kembali membangun kesehatan jantung:

1. Terus Bergerak Sebanyak yang Bisa Dilakukan

Meskipun penyintas COVID-19 menjadi lebih mudah lelah, penting untuk tidak berdiam diri saat tubuh pulih dari virus dan menjadi Long COVID-19.

"Imobilitas total merupakan faktor risiko pembekuan darah dan harus dihindari," catat Dr. Rajpal.

Setelah beberapa hari istirahat, ia merekomendasikan untuk kembali ke rutinitas olahraga secara bertahap.

"Jika Anda memiliki gejala saat kembali beraktivitas seperti ketidaknyamanan dada, sesak napas atau detak jantung yang cepat atau tidak teratur, konsultasikan dengan dokter," katanya.

2. Mengonsumsi Makanan Sehat dan Bergizi

Hasil studi yang dirilis tahun 2015 di Journal of American College of Cardiology, menemukan bahwa diet kaya buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, kacang-kacangan, ikan, unggas, lemak, dan moderat di susu dapat mengurangi risiko penyakit jantung hingga sekitar sepertiganya.

Direktur Penelitian Klinis di Ciccarone Center for the Prevention of Cardiovascular Disease, sekaligus profesor dokter di John Hopkins Medicine, Michael Blaha, MD menjelaskan konsumsi makanan yang tepat untuk menjaga kesehatan jantung.

Cara mengatasi Long COVID-19 dengan membangun kembali kesehatan jantung penting untuk menghindari makanan yang diproses secara berlebihan (misalnya makanan cepat saji atau makanan kemasan), gorengan atau yang mengandung banyak lemak jenuh, yang dapat meningkatkan LDL (kolesterol jahat).

3. Medical Check Up

Meskipun untuk saat ini tampaknya bukan waktu yang tepat untuk pemeriksaan rutin, bukan hal yang baik pula menghindari perawatan pencegahan. Dikatakan Alexandra Lajoie, MD, ahli jantung non-invasif di Providence Saint John's Health Center di Santa Monica, California, dengan melakukan pemeriksaan rutin bisa mencegah peningkatan perkembangan penyakit dan ini cara mengatasi Long COVID-19 tepat yang menyerang jantung.

Schiff merekomendasikan cara mengatasi Long COVID-19 yang menyerang jantung dengan memastikan nilai lab yang dipantau secara teratur, terutama untuk gula darah, kolesterol dan trigliserida, dan menindaklanjuti dengan dokter jika dirasa mengalami gejala penyakit jantung, termasuk ketidaknyamanan dada, sesak napas, atau detak jantung cepat atau tidak teratur.

4. Berhenti Merokok

Daftar implikasi kesehatan yang terkait dengan merokok, tentunya termasuk kesehatan jantung merupakan alasan yang cukup meyakinkan untuk berhenti merokok.

Dr. Lajoie percaya bahwa satu-satunya hal terpenting yang dapat dilakukan sebagai cara mengatasi Long COVID-19 yang menyerang jantung adalah menghindari merokok sama sekali.

"Merokok hampir merupakan jaminan bahwa Anda akan mengembangkan beberapa bentuk penyakit kardiovaskular selama hidup Anda," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya