Liputan6.com, Jakarta ASMR adalah kependekan dari Autonomous Sensory Meridian Response. Autonomus atau otonom berarti perasaan yang ada di tubuh, sensori atau sensorik berarti indra merasakan perasaan, meridian mengacu pada energi perasaan di tubuh, dan respons menunjukkan bahwa perasaan itu adalah respons terhadap rangsangan.Â
Baca Juga
ASMR adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sensasi yang dialami beberapa orang sebagai respons terhadap rangsangan audio atau visual tertentu.
Advertisement
Tidak semua orang mengalami ASMR. Akan tetapi, bagi mereka yang mengalaminya, mereka biasanya mengalami sensasi kesemutan atau geli yang menyenangkan. Sesasi itu muncul dimulai dari bagian atas kepala mereka, kadang-kadang menjalar ke tulang belakang dan anggota badan, disertai dengan perasaan relaksasi dan kantuk yang menyenangkan.
Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai ASMR, bagaimana sensasi ASMR, serta dampak fisiologis dari fenomena ini, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari verrywellmind, Kamis (3/11/2022).
Siapa yang dapat merasakan sensasi ASMR?
Secara sederhana, ASMR adalah sensasi yang dapat dirasakan tubuh akibat dari rangsangan audio atau visual tertentu. Sayangnya tidak dapat merasakan sensasi menyenangkan ini.
Saat ini, belum ada penelitian yang cukup mendalam tentang fenomena tersebut, untuk memperkirakan berapa persentase populasi yang memilikinya. Bagi banyak orang yang mengalami ASMR, mereka pertama kali merasakan sensasi bahagia dan menenangkan ini di masa muda sebagai respons ketika menonton seseorang dengan hati-hati melakukan suatu tugas.
Cara terbaik untuk mengetahui apakah Anda mengalami ASMR adalah dengan memikirkan apakah Anda merasakan sensasi tenang atau sensasi kesemutan sebagai respons terhadap rangsangan tertentu. Jika Anda mengalami sensasi menyenangkan ini ketika Anda mendengar, melihat, mencium, atau menyentuh sesuatu, maka Anda mungkin mengalami ASMR.
Penting untuk dicatat, bahwa setiap orang merespons rangsangan dengan cara berbeda. Seseorang mungkin bisa merasakan sensasi menenangkan ketika mendengar bisikan, sementara yang lain mungkin baru bisa merasakannya ketika rambutnya dibelai.
Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang mengalami ASMR mungkin kemungkinan besar juga mengalami sinestesia, sebuah fenomena persepsi di mana satu sensasi memicu respons persepsi terpisah seperti melihat suara atau mencicipi warna, misalnya.
Advertisement
Penelitian Pertama dan Munculnya Istilah ASMR
Merasakan suatu sensasi tersendiri ketika mendapat atau menerima rangsangan jelas telah dirasakan orang-orang sejak lama. Namun, masih banyak orang yang belum tahu bahwa sensasi atau respons tersebut memiliki istilahnya sendiri.
ASMR adalah pengalaman ketika seseorang mengalami sensasi tertentu ketika menerima stimulus atau rangsangan tertentu. Sebelum istilah ASMR muncul, banyak orang di forum online menyebutnya sebagai "kesemutan otak" atau "orgasme otak."
Tetapi baru pada tahun 2010 Jennifer Allen, yang sering menjadi kontributor komunitas internet ini, memutuskan untuk mengangkat wacana dan memberi nama perasaan itu. Dia berharap dengan melakukan itu, dia akan membuat pengalamannya lebih kredibel di mata para ilmuwan dan peneliti. Namun baru lima tahun kemudian pada tahun 2015 studi ilmiah pertama yang meneliti tentang fenomena ASMR.
Craig Richard, seorang profesor fisiologi di Universitas Shenandoah di Virginia, menghubungi Jennifer Allen pada 2013. Keduanya berkolaborasi untuk membuat survei online tentang ASMR, yang kemudian menerima lebih dari 30.000 balasan. Survei tersebut menanyakan pertanyaan tentang jenis sensasi apa yang dialami orang selama ASMR, jenis pengalaman ASMR apa yang mereka sukai, dan banyak lagi.
Tujuan survei tersebut adalah mengumpulkan data untuk studi tentang ASMR. Richard kemudian mendirikan ASMR University, sebuah sumber online yang mendidik, menginformasikan, dan mengumpulkan informasi tentang pengalaman ASMR.
Tanda-Tanda ASMR
ASMR adalah pengalaman seseorang ketika merasakan sensasi menyenangkan ketika menerima stimulus atau rangsangan tertentu. Sensasi yang dirasakan ketika mengalami ASMR bisa berbeda-beda. Namun ada kesamaan yang dirasakan banyak yang orang, yakni sensasi yang menyenangkan dan menenangkan. Selain menenangkan, ASMR disebut juga dapat membuat tubuh merasa lebih santai.
ASMR adalah sesuatu yang juga dapat menimbulkan gejala seperti kesemutan yang muncul mulai dari atas kepala. Sensasi tersebut kemudian mulai menjalar ke bawah seperti merayap melalui tulang belakang. Ketika rangsangan muncul dari suatu karya seni atau musik, sensasi tersebut bisa muncul dari bagian tubuh lain, seperti tengkuk dan punggung. Perasaan geli dan bahagia ketika seseorang mengalami ASMR disebut mirip dengan perasaan ketika seseorang dipijat kepalanya atau digelitik.
Orang yang mengalami ASMR biasanya akan mengalami sensasi seperti merasa tenang, santai, mengantuk. Karena itulah video atau audio ASMR dipercaya dapat mengatasi gangguan insomnia, kecemasan, dan depresi.
Berdasarkan sebuah penelitian, orang yang mengalami ASMR mengalami penurunan detak jantung yang signifikan saat menonton video yang memicu ASMR, dibandingkan dengan peserta yang tidak mengalami ASMR.
Advertisement
Stimulus Pemicu ASMR
ASMR adalah pengalaman ketika seseorang merasakan sensasi kesemutan, menggigil, tenang, dan menyenangkan ketika menerima stimulus atau rangsangan tertentu. Bagi orang-orang yang bisa mengalami ASMR, itu bisa muncul ketika seseorang merias wajah mereka, rambut mereka disisir atau dipotong, bahkan menonton seseorang dengan hati-hati melipat selembar kertas.
Dengan kata lain, ada banyak rangsangan atau stimulus yang dapat memicu seseorang mengalami ASMR. Itu bisa berupa rangsangan yang ditangkap indera penglihatan, peraba, atau pendengaran. Beberapa aktivitas atau rangsangan yang dapat memicu seseorang mengalami ASMR antara lain adalah mengunyah, kontak mata, belaian rambut, bersenandung, cahat, pijat, membalik halaman buku, dan sebagainya. Setiap orang memiliki pemicu ASMR yang berbeda-beda, dan orang mengalaminya pada intensitas yang berbeda-beda.
Dampak ASMR terhadap Otak
ASMR adalah pengalaman ketika seseorang mengalami sensasi menenangkan ketika menerima rangsangan tertentu. Ternyata hal ini juga berhubungan dengan kerja otak seseorang. Dengan kata lain, ASMR menimbulkan dampak pada otak seseorang.
Sebuah studi tahun 2018, melakukan pemindaian pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) pada peserta yang sensitif terhadap ASMR. Pemindaian tersebut dilakukan ketika saat mereka menonton berbagai jenis video ASMR. Para peneliti menemukan bahwa ada sejumlah area otak yang aktif, antara lain sebagai berikut:
1. Korteks cingulate anterior dorsal (dACC): Wilayah otak ini dikaitkan dengan kognisi sosial dan kepedulian terhadap orang lain.
2. Korteks prefrontal medial (mPFC): Wilayah otak ini terkait dengan kesadaran diri, kognisi sosial, dan perilaku sosial. Oksitosin berikatan dengan reseptor mPFC dan meningkatkan relaksasi.
3. Nucleus accumbens (NAcc): Bagian otak ini juga terkait dengan pengendalian perasaan penghargaan, kepuasan, dan emosi lainnya.
Advertisement